Guru Kehidupan

965 294 40
                                    

Benar kata Mama, buka ponsel pagi-pagi saat waktu dhuha itu pamali. Buktinya, Haura mendapat sial dengan itu, apalagi karena buka ponselnya dengan singgah ke medsos.

Haura mendapatkan notifikasi tanda dari akun resmi Hyun Jae. Lelaki ini menandainya dalam feed berisi foto-foto dengan roti sobek Mr. Bean darinya. Sebagai wujud terima kasih, tetapi dengan caption norak sekali.

Terima kasih bingkisan roti sobeknya, Rubah Kecil. Saranghae.

Haura belum jemu membulatkan sepasang matanya dengan ponsel dipegangnya dengan kedua tangan. Hatinya bertambah kesal dengan menggulir dan membaca beberapa komentar yang membanjiri postingan.


Siapa itu Rubah Kecil, Hyun?

Crush?

Omo. Sepertinya kau sudah bisa melupakan Jiyeon, ya?

Akhirnya kau bisa melupakan Jiyeon juga. Aku bahagia mendapat kabar ini. Selamat, Bro!

Ya! Diam-diam kau sudah punya crush baru, Hyun.

Tunjukkan kami Rubah Kecil-mu, Hyun Jae.

Akhirnya kau bisa melupakan Jiyeon. Selamat!

Bau-bau sudah memiliki kekasih baru.

Omong-omong, roti itu mirip wajahmu, Hyun.

Siapa yang membuat roti itu? Aku ingin memesannya.

Haura menghempaskan napasnya kasar. Mengutuki si paman tiang listrik dalam benak mendapati banyak komentar yang beranggapan si Rubah Kecil adalah crush.

Perbarui postingan feed-mu dengan jangan membawa-bawaku, Ahjussi. Menyebalkan sekali kau!

Begitu titah yang dikirimkan Haura lewat DM, tetapi sial, Hyun Jae tidak sedang online.

"Ayo berangkat, Ra."

Suara Bu Ainun, alias mamanya Haura terdengar hingga kamar Haura.

"Iya, Ma. Bentar lagi," sahut Haura. Cepat-cepat menaruh ponselnya ke nakas. Mencopot mukenah yang masih dipakainya, beringsut enyah dari sisi ranjang, ke meja rias dan segera memakai hijab merah maroon.

"Sekalian bawa Yasin dua, Ra," seru Bu Ainun lagi.

"Siap, Ma," sahut Haura yang sedang menyematkan bros ke kerudung.

Sekon kemudian, setelah dirinya sudah berpenampilan rapi, Haura segera beringsut mengambil 2 buku Yasin di rak gantung kamarnya. Keluar menyusul Mama.

"Dandannya lama ya, Ra. Kayak mau ke kondangan aja," sindir Bu Ainun begitu Haura sampai ke ke ruang keluarga tempatnya menunggu Haura.

Haura nyengir. Padahal boro-boro dandan, tetapi ia tak mau berkomentar apa pun karena takut malah berujung ketahuan main ponsel pagi-pagi.

Tanpa membuang waktu lebih lama, mereka pun segera beringsut ke pemakaman untuk berziarah ke makam ayah Haura.

***

Syahadat di Langit SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang