Liburan ke Pulau Jeju

1.2K 332 37
                                    

Paman Zubair, adik ibunya Haura ini menuntaskan janjinya untuk membawa Haura ke Pulau Jeju ketika keponakannya ini fasih berbahasa Korea.

Di hari ke-2 di Jeju, rombongan kecil Paman Zubair berdestinasi wisata ke sebuah desa tradisional yang berada di kaki Gunung Halla bernama Seongeup Folk Village. Desa ini menyajikan ornamen desa yang serba kuno dengan lebih dari 3000 rumah tradisional di dalamnya.

Dinding rumah tradisionalnya terbuat dari material batu vulkanik yang direkatkan dengan tanah liat, tiang-tiang penyangganya dari kayu, atap dari bambu, dan genteng dari jerami. Sebagian depan rumah pun ada yang dilengkapi selasar dan berbagai macam alat tradisional.

Di desa ini terdapat juga kuil konfusius, reruntuhan benteng, sekolah, bahkan kantor pemerintahan. Menjadi lokasi syuting drama Korea bertema sejarah juga, salah satunya drama "Jewel in The Palace".

Pulau Jeju memang mempunyai pesona alam tersendiri, salah satunya adalah kesuburan tanah yang dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat Seongeup Folk Village dengan ditanami tanaman sayur dan buah-buahan, apalagi ditemani dengan panorama Gunung Halla, sempurna indahnya.

Kini Haura bersama rombongan kecil Paman Zubair yaitu Bibi Nara, Ayana, dan Fatma sedang berjalan kaki mengitari gang di pemukiman. Menikmati keasrian desa itu yang disuguhkan dengan angin kencang. Sesekali Haura pun tampak memotret hal yang baginya menarik dengan kamera DSLR yang sedari awal terkalung di lehernya.

Contohnya seperti detik ini, Haura sedang membidik Ayana yang menguap lebar dan lupa menutupinya dengan sebelah tangan.

"Ya!" decak Ayana saat menoleh mendapati Haura jail dengan mengambil fokus kamera pada dirinya. Gesit menutupi lensa kamera dengan sebelah tangan. Sempurna meraibkan gambar menarik di layar LCD kamera.

Tidak jadi memotret, Haura melenguh lesu. "Kenapa ditutupi? Nggak asyik banget!"

"Jail, ya? Nggak sopan. Aib!" ketus Ayana, bibirnya mengerucut.

Bukan menjawab, Haura tertawa renyah dengan Fatma yang berjalan bergandengan dengan Bibi Nara di depannya, menengok, mengisyaratkan mereka berdua untuk jangan berisik dengan menyentuhkan jari telunjuk ke bibir.

Bibir Haura terkatup mendapat teguran dari bocil itu yang imut mengenakan hijab instan nude. Sedangkan Ayana jail menjitak Fatma, otomatis terkena protes rengekan, "Eonni nakal, Umma."

Ada patung Dolhareubang yang mereka jumpai sehabis beberapa sekon terus berjalan. Sebuah patung batu kakek-kakek yang kata ibu pemandu wisata tadi berfungsi sebagai pelindung, penjaga benteng atau pemukiman.

Pahatan patung Dolhareubang ini memiliki mata melotot, mulut terkatup dengan topi serdadu di kepalanya. Pose patungnya berdiri setengah membungkuk dengan pundak tegap serta kedua telapak tangan ditempelkan ke perut. Patung ini juga termasuk patung ikonik-nya pulau Jeju, tak salah jika di desa ini banyak menjumpai patung ini.

Uniknya, menurut kepercayaan warga Jeju yang turun temurun dari jaman dulu, jika kita ingin mempunyai anak laki-laki, maka gosokkan tangan ke hidung besar Dolhareubang. Pun, jika menginginkan anak perempuan, menggosoklah bagian telinga patung Dolhareubang. Membuat Haura dan Ayana detik ini rusuh saling menyuruh untuk menggosokan tangan mereka ke bagian hidung atau telinga. Berakhir terdengar suara bocil Fatma yang menceramahi mereka berdua, "Jangan percaya tahayul, Eonni." Sontak membuat Paman Zubair dan Bibi Nara tersenyum geli.

Syahadat di Langit SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang