Misteri Kematian Jiyeon

1.1K 324 46
                                    

Peringatan udara dingin dan waspada udara dingin sudah dikeluarkan sehari lalu. Pasalnya suhu udara turun hingga minus 15 dan minus 12 derajat celsius dalam tiga hari terkahir ini di Seoul dan sekitarnya. Angin pula sesekali bertiup kencang, namun bukan halang rintang bagi Ara ahjumma untuk tetap berniat pergi ke restoran tteokbokki pesanan tuannya, Jiyeon Choi.

Sebenarnya Jiyeon sudah membatalkan keinginannya untuk menyantap tteokbokki itu di cuaca sedingin ini, karena ia sadar itu akan sangat merepotkan Ara Ahjumma untuk keluar malam membelinya, padahal pula sudah ada peringatan dari Badan Meteorologi Korea untuk waspada.

"Tidak usah, Ahjumma. Aku sudah tidak menginginkannya lagi. Aku akan tidur sekarang." Jiyeon menarik bed cover-nya hingga ke leher.

"Jangan sungkan, Agassi. Ahjumma akan bergegas membeli tteokbokki yang pedas kesukaanmu. Apakah kau menginginkan tambahan lelehan keju di atasnya?" Ara Ahjumma tetap bersikukuh mengindahkan keinginan Jiyeon. Dengan takzim masih tetap berdiri kokoh di samping ranjang Jiyeon.

Jiyeon membuka matanya yang sempat ia kejap untuk berpura-pura tidur. Bergeming sesaat membayangkan memakan tteokbokki pedas dengan lelehan keju di atasnya yang disinggung Ara Ahjumma itu.

Jiyeon pun membasahi bibirnya dengan lidah. Batinnya mendesah dengan bujukan Ara ahjumma yang sungguh menggoda. Ia memang sedang sangat menginginkannya, tetapi cuaca di malam hari ini sedang buruk hingga minus 13 celcius, ia tidak tega memerintah begitu saja Ara Ahjumma untuk keluar membelikan.

"Cuaca di luar tidak seekstrem di Amerika Utara yang dapat membekukan Danau Erie, Agassi. Tidak apa-apa, Ahjumma akan baik-baik saja."

Ara Ahjumma mencoba meyakinkan Jiyeon sampai membahas perihal kasus cuaca dingin ekstrem di Amerika Utara yang pernah terjadi, menjadikan Danau Erie, bahkan rumah-rumah warga di tepian menjadi beku.

"Tapi, Ahjumma ...." Jiyeon melirik ke arah Ara ahjumma.

Jiyeon sungguh menginginkan tteokbokki, tapi ia sungkan memerintah Ara ahjumma untuk membelinya. Andai saja ia sedang tidak dalam mode baru sembuh dari sakit demamnya kemarin, pasti ia akan bergegas sendiri tanpa takut terkena marah sosok Hyun Jae yang banyak mengaturnya.

"Ahjumma berangkat, Agassi. Ahjumma akan segera kembali. Tetaplah berbaring nyaman di kasurmu." Ara Ahjumma membuat keputusan sepihak, ia langsung beringsut pergi meninggalkan Jiyeon begitu saja.

Jiyeon mendesah lemah mendapati laku Ara ahjumma, pasrah begitu saja. Dengan sepasang manik mata jernih yang masih mengawasi punggung Ara Ahjumma sebelum raib dari kamarnya, ia menukik senyum, lalu berseru, "Gomawo, Ahjumma. Baik-baik di jalan."

Ara Ahjumma menimpal senyum saat berbalik untuk menutup pintu kamar Jiyeon.

"Ahjumma akan segera kembali, Agassi," imbuhnya.

***

Tidak ada halangan berarti selama perjalanan, Ara ahjumma dengan cepat sampai di restoran tteokbokki langganan Jiyeon, bergegas memesannya.

Syahadat di Langit SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang