Honeymoon

1.7K 234 62
                                    

Terlepas dari bising dan panasnya kota Seoul ataupun Cilacap, satu minggu pasca menikah, Hyun Jae dan Haura ber-honeymoon ke Kepulauan Riau, Indonesia. Tepatnya ke Bintan, ke salah satu pulau privat area; Pulau Cempedak, wilayah yang pula sangat dekat dengan Singapura.

Berluas 17 hektare, selain dikelilingi pulau-pulau tak berpenghuni, Pulau Cempedak menyuguhkan topografi berbukit yang dikelilingi pasir putih dan batu granit putih. Pantainya sangat lembut dengan nuansa biru jernih dan semilir angin yang sejuk. Dijajarkan dengan hutan bakau, pula hutan hujan yang dipenuhi beragam fauna langka seperti trenggiling hingga berang-berang laut.

"Yeobo .... "

Suara bass itu berhasil membuat Haura yang tengah berjongkok bermain pasir di teriknya surya mentari, menatap wajah pemilik muara suara itu yang memanggilnya sayang dalam bahasa Korea.

Radius tiga meter dari arah Haura, dengan suara ombak yang tak kunjung jemu, tampak Hyun Jae yang sudah membidik dengan kamera DSLR-nya memotret istrinya itu.

"Ya!" cicit Haura yang langsung sadar akan laku Hyun Jae. Namun, lelaki bongsor suaminya itu tak acuh, malah memotretnya berulang-ulang dengan cepat.

"Aku tidak suka dipotret sembarangan. Jangan memotretku." cicit Haura lagi seraya mulai mengangkat tubuhnya, setelah kedua tangannya yang terlumpur pasir putih sudah ia bersihkan dengan mencucinya di riak ombak bibir pantai.

Hyun Jae menjeda potretannya, menyempatkan menukik senyum hingga lesung pipitnya tampak, menyela, "Apakah memotret istri sendiri diam-diam adalah tindak kriminal, Yeobo?"

Haura cemberut. "Iya karena itu tanpa seizinku, jadi termasuk tindak kriminal, Oppa," ledek Haura, lalu berjalan lebih menjauh dari arah Hyun Jae dengan angin sejuk yang terus menyergap tubuhnya sampai hijab pasmhina warna cokelat muda dan dress panjang putih bahan flowy-nya terberingsut.

"Kau mau ke mana lagi, Yeobo? Kau terus-terusan menjauh dariku," keluh Hyun Jae sampai tak sempat menilik hasil potretnya dulu, mengekori Haura setelah berhasil meraih sandal jepit putih Haura yang tertinggal di pasiran putih pantai.

"Aku mau kembali ke villa," sahut Haura tanpa menengok ke arah Hyun Jae di belakangnya, terus melangkah pelan.

"Tanpa mengajakku dan membiarkan aku kepanasan sendirian di sini?" Hyun Jae merajuk dengan terus mengekori Haura.

"Buat apa mengajak jika kau sudah menguntitku tanpa diminta," jawab Haura enteng, masih dengan sikap tak acuh yang sama, meledek serius.

Hyun Jae ber-huh lemah. Bukan karena sebal, melainkan gemas.

"Yeobo," panggilnya sesaat kemudian.

"Hmm," sahut Haura, masih dengan laku tak acuh yang sama juga.

"Kajima!" seru Hyun Jae. Nada bassnya menada putus asa.

Diawali dengan ber-huh gemas juga, kaki telanjang Haura yang terus memberikan bekas jejak di pasir putih menghentikan laju jalan, menengok ke belakang. Tertampaklah Hyun Jae sedikit berlari untuk cepat sampai ke arahnya dengan menentang sepasang sandal jepitnya itu.

"Mianhae, aku sungguh lupa dengan sandal jepitku, Oppa," rikuh Haura setelah menyadari melewatkan sandal jepitnya, setelah suaminya itu berhasil mensejajar berdiri di hadapannya.

"Sini, berikan kepadaku," lanjut Haura sembari kedua tangannya mulai beringsut mengambil sandal jepitnya di tangan Hyun Jae.

Bukan diberikan secara cuma-cuma, Hyun Jae malah mempersulit Haura untuk mengambil sandal jepitnya. Sebelah tangan kekarnya yang memegang sandal jepit Haura ia alihkan ke belakang tubuhnya.

Syahadat di Langit SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang