Special Chapter.

1K 86 2
                                    

Happy Reading, Good Reader^^

.

.

.

.

.

Waktu berjalan cepat, pelan tapi pasti dan setiap momen harus juga diingat. Taehyung menyukainya. Ia begitu menyukai secangkir teh dengan bunga daisy di dalamnya. Taehyung menyukai senja yang sebaik mungkin ia nikmati di balkon kamarnya.

Warna jingga memasuki sela-sela jendela kamar dengan sopan. Beberapa sudut ruangan terkena sinarnya dan membuat Taehyung tersenyum tipis. Ia kembali menyesap teh yang beberapa menit lalu dibawakan oleh bibi Jung.

Keadaannya masih sama. Masih duduk di kursi roda yang sekarang menjadi kaki untuknya. Taehyung menyentuh pahanya pelan. Memukulnya dan kemudian mengelusnya seolah meminta maaf karena menyakitinya dengan sengaja. Taehyung kembali tersenyum.

Entah mengapa ia begitu suka melakukannya akhir-akhir ini hingga menjadi sebuah kebiasaan. Itu bukan sebuah penyiksaan diri bagi Taehyung, karena sepenuhnya ia sudah merelakan kedua kakinya mati dan diganti dengan kursi roda.

Ia menerima semuanya. Rasa sakit dan rasa bahagia, apapun rasa yang diberikan oleh Tuhan, ia sudah sepenuhnya menerima.

Itu sudah cukup baginya. Memiliki saudara yang perhatian disela-sela kesibukannya, memiliki ibu yang masih terlihat muda dan begitu sayang padanya, memiliki seorang ayah yang juga tak kalah sayangnya. Taehyung sudah cukup dengan hal itu dan ia tak ingin meminta lebih karena takut dianggap tamak di mata Tuhan-nya.

Sudah lima tahun berlalu semenjak saat itu, Taehyung sekarang menjadi penulis senior di tempatnya bekerja. Ia akan sekali duakali mampir untuk menyapa para rekannya di kantor bersama dengan paman Jung yang membantunya menyiapkan apapun kebutuhannya di luar rumah.

Taehyung masih sama. Ia masihlah pemuda yang baik hati dan murah senyum, hingga setiap orang yang melihatnya akan langsung jatuh hati dalam pandangan pertama.

Sama seperti Taehyung, Jimin pun juga banyak berubah. Setelah lulus dari kuliahnya, ia sekarang bekerja di tempat sang ayah. Menjadi orang yang dapat diandalkan dan tentu memiliki reputasi yang baik dengan kerja kerasnya.

Sebelum memikirkan ingin bekerja dimana, beberapa perusahaan sudah mengundangnya untuk bekerja tapi melihat bahwa sang ayah sudah beranjak tua ia memilih untuk tetap bersama dengan sang ayah.

Jimin tak pernah lupa untuk menyempatkan diri melihat keadaan adiknya yang juga memiliki dunia sendiri di kamarnya. Sesekali ia akan membawakan kue dan makanan lain untuk Taehyung saat pulang dari bekerja, Taehyung selalu suka Jimin membawakannya makanan.

Ibu Kim pun juga, paras cantik meski terus beranjak tua tak menutupi satupun keanggunan beliau. Beliau terus mencoba menjadi ibu terbaik untuk Taehyung dan Jimin. Meski harus mengurus butik dan yang lainnya, tapi semua itu hanyalah kegiatan sambilan di sisi lain ia merawat keluarganya. Ibu Kim sudah banyak berubah dan hal itu begitu dapat dirasakan terutama oleh Taehyung.

Ayah Kim masih seperti biasa, sama seperti Jimin yang selalu menyempatkan diri untuk melihat putranya Taehyung. Sesekali saat di akhir pekan, mereka membuat piknik kecil-kecilan di halaman belakang dan menghabiskan waktu hingga senja datang. Taehyung menyukainya. Ia menyukai menyukai rumahnya yang sekarang.

*Cklek

Seorang wanita paruh baya memasuki kamar Taehyung tanpa ia sadari. Hal itu membuat wanita itu tersenyum manis ketika melihat putranya masih setia menatap senja hingga melamun.

"Taehyung?" panggil wanita itu. Taehyung seketika tersadar karena sentuhan lembut di bahu kanannya.

"Ah, Ibu.. ada apa bu?" wanita itu adalah ibu Kim. Beliau kemudian ikut duduk di samping putranya.

"Makan malam sudah siap, Jimin dan Ayah sudah menunggu kita. Kau selalu lupa waktu sudah melihat senja sore Tae." Taehyung tersenyum mendengar ucapan sang ibu.

"Mereka cantik bu.."

"Apa yang kau pikirkan sampai membuatmu melamun tadi?" Taehyung kembali menatap cahaya senja yang sudah hampir menghilang ditelan malam.

"Hanya tak sadar teringat beberapa kenangan random, bu" Ibu Kim masih setia melihat sang putra yang dulu sempat ia abaikan keberadaannya.

"Hal seperti ini terkadang masih membuatku tak percaya." Taehyung menatap kedua kakinya, begitu juga Ibu Kim.

"Jika saja mereka tak terluka apa aku masih bisa mendapat kasih sayangmu seperti sekarang ini bu? Jika saja mereka masih sehat, apakah aku masih bisa menggapai cita-citaku dulu bu? Jika saja..... terkadang hal semacam ini masih sering kupikirkan. Jika saja itu tak terjadi, apa aku masih bisa mengganggap rumah ini adalah rumah teraman bagiku." Taehyung melihat wajah sang ibu yang tampan menyendu. Ah, aku membuat ibu sedih lagi, pikir Taehyung.

"Tapi seketika aku tersadar setelah melihat ibu masuk kedalam kamarku dan duduk disampingku seperti sekarang ini. Tuhan begitu baik, Taehyung pikir ini memang harus terjadi padaku. Jika tidak, mungkin aku sudah kehilangan diriku sekarang. Aku bersyukur karena pada akhirnya rumah ini benar-benar rumah teraman bagiku. Terimakasih untuk semuanya bu."

Ibu Kim kemudian memeluk Taehyung erat. Ia kembali merasa bersalah karena pernah membiarkan putranya itu terluka dan menanggung sakitnya sendiri. Beberapa kali ia mengucapkan kata maaf pada Taehyung.

"Jangan meminta maaf lagi, bu. Aku sudah tak apa. Maaf membuat ibu sedih lagi." Taehyung mengusap pelan airmata di pipi sang ibu.

*Cklek

"Taehyung-ah, ayo makan mal—apa yang baru saja terjadi? Ibu kenapa menangis?" Jimin kelabakan ketika melihat ibu tercintanya menangis di samping Taehyung.

"Ah, bukan apa-apa Jim. Hanya tadi Taehyung bercerita sesuatu.." Jimin menatap Taehyung seolah meminta jawaban.

"Aku bercerita tentang buku yang baru kutulis, karena sedih makanya ibu menangis." Bohong Taehyung.

"Ayo ke ruang makan. Kasian ayah sudah menunggu." Ajak ibu Kim yang sudah berhenti menangis. Kedua putranya mengangguk dan Jimin segera mendorong kursi roda Taehyung dan bersama menuju ruang makan.

'Tetaplah seperti itu putraku. Aku menyayangi kalian.' Batin ibu Kim ketika melihat punggung kedua putranya yang akan keluar dari kamar.

.

.

.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
So? (The END)Where stories live. Discover now