55

1.8K 138 2
                                    

Siang ini hujan.. 

Good reader jangan lupa jaga kesehatan kalian.

.

.

Happy reading, good reader.

.

.

.

Dua hari lagi pertandingan basket Nasional akan segera digelar. Selama hari-hari sebelum pertandingan itu, Jungkook disibukkan dengan berbagai macam latihan dan Taehyung sesekali menegoknya. Taehyung sendiri masih belum membicarakan perihal kemo pada Jimin.

Padahal ia harusnya tahu, jika kemo itu ia lakukan. Justru akan berdampak tidak hanya pada kakinya tapi juga tubuhnya. Dia akan merasa lemas dan seluruh sendi tubuhnya tak bisa digerakkan. Dan Taehyung tahu, itu sangat menyakitkan.

"Tae.. sore ini aku akan mengantarmu pergi kemo. Kau sudah bersiap-siap?" ucap Jimin yang berdiri diambang pintu kamar Taehyung. Taehyung yang sibuk dengan acara menulisnya itu berhenti mendengar penuturan saudaranya itu. Setelah tersadar dari lamunannya, ia mengangguk pelan.

"Pukul empat, jangan lupa" Taehyung mendehem pelan dan Jimin pun keluar dari kamarnya.

Diletakkan pena yang ia genggam dan menatap jauh kearah jendela lalu ke kedua kakinya. Taehyung kembali menghela nafas.

"Tak apa. Kau akan baik-baik saja Tae"

.

Sudah berapa kali Taehyung berbohong pada dirinya sendiri? Jika dihitung dengan kedua jari tangan ditambah dengan kedua jari kaki kurasa itu tak akan cukup. Karena banyak sekali. Hingga ia sendiri tak bisa menghitungnya atau mungkin memang tak ingin menghitungnya.

Bohong jika ia akan baik-baik saja. Bohong jika ia akan baik-baik saja setelah kemo itu selesai. Karena faktanya tidak seperti itu. Dokter bahkan sudah tak bisa melakukan hal banyak. Karena nyatanya kaki Taehyung memang sudah tak ada harapan laki untuk bisa kembali bergerak. Taehyung tahu itu. Sangat-sangat tahu, tapi ia tak ingin memberitahukan hal ini pada Jimin terutama.

Sang ayah sudah tahu begitu juga dengan sang ibu dan Jungkook, pernah Jungkook meminta ijin pada Taehyung untuk memberitahukan hal ini pada Jimin namun ia larang. Karena Taehyung ingin ia sendiri yang memberitahukan semuanya sendiri.

.

.

"Sudah siap Tae?" Taehyung mengangguk pelan. Jimin pun mendorong kursi roda Taehyung menuju mobil. Sang ayah dan ibunya yang tahu akan hal ini hanya bisa menatap diam kepergian kedua putra mereka.

"Semua akan baik-baik saja. Anakmu itu kuat." Ibu mencoba menenangkan sang suami yang terlihat begitu cemas itu.

"Aku harap begitu. Semoga saja."

.

"Aku akan menunggumu disini. Kata dokter kemonya akan berlangsung dua jam. Kau bisa melakukannya kan Tae? Tae.. kau dengar aku" lamunan Taehyung pecah seketika.

"A-ah.. iya Jim."

"Masuklah. Aku titip adikku, suster" sang suster yang mendorong kursi roda Taehyung mengangguk pelan dan membawa Taehyung ke dalam area kemo.

Dengan telaten Jimin menunggu proses kemo Taehyung sembari mengintipnya dari balik jendela. Terlihat jelas Taehyung begitu berusaha keras untuk berjalan meski nyatanya dia lebih banyak terjatuh daripada melangkahkan kakinya. Jimin terkadang ikut meringis melihat betapa kerasnya Taehyung terjatuh di lantai ruangan itu. Tapi hebatnya Taehyung masih bisa tersenyum dan memandang Jimin yang terlihat memandangnya dengan raut khawatir itu.

" I'M OKAY" Jimin bisa membaca gerakan mulut Taehyung. Memberitahukan padanya jika ia..

.

.

.

Baik-baik saja.

.

.

So? (The END)Where stories live. Discover now