56

1.8K 130 1
                                    


Thor balik lagi...

.

.

Sebagai penyemangat untuk besok yang sudah hari senin, maka dari itu Thor akhirnya up..

.

.

Happy reading, Good Reader^^

.

.

Kompetisi basket akhirnya dimulai, Taehyung dan sekeluarga menonton Jungkook dengan antusias. Taehyung menepati janjinya pada kelinci bonsornya untuk menonton pertandingan penting itu. Melihat betapa kerennya Jungkook bermain di lapangan tanpa sadar membuat Taehyung iri.

'Seandainya kaki tidak sakit. Mungkin aku masih ada dan bermain di lapangan itu saat ini.' Batinnya dalam hati.

Seandainya saja, ya seandainya saja. Taehyung terus merututi dirinya yang begitu lemah dan tak berguna. Dia yang seharusnya berada di lapangan dan membanggakan keluarganya. Dia seharusnya berdiri tegak dan bermain dengan teman setimnya dan mencetak score sebanyak mungkin lalu menang. Dia seharusnya disana. Di lapangan itu dan menjadi pebasket professional.

Tapi nyatanya tidak. Nyatanya itu mustahil. Nyatanya itu tak akan pernah terjadi dalam hidupnya mendatang. Taehyung tahu, tidak, ia sangat tahu diri akan hal itu.

Jimin terus memandang pertandingan dan Taehyung secara bergantian. Sedari tadi setelah pertandingan baru dimulai, saudaranya itu lebih serinng melamun dan tak benar-benar memperhatikan pertandingan berlangsung. Itu membuatnya cemas.

"Kau baik-baik saja Tae? Apa kau tidak enak badan?"

Jimin membuyarkan lamunan Taehyung dan tersenyum tipis padanya.

"Aku baik-baik saja Jim" Jimin mengangguk pelan. Mereka pun kembali fokus pada jalannya pertandingan.

Selama pertandingan tim Jungkook sudah banyak mencetak score banyak, selisih antar tim lawan hanya berbeda 3 angka. Jika di menit terakhir Jungkook bisa mencetak 1 angka untuk timnya, secara otomatis tim basketnya akan menang.

Pada detik-detik terakhir Jungkook dengan sigap dan cepat mendribble bola menuju ring lawan. Dengan keahliannya yang tak bisa diragukan lagi, Jungkook akhirnya mencetak angka dan berakhirlah pertandingan itu.

Taehyung dan Jimin tentu saja merasa senang. Jungkook, kelinci bongsornya, akhirnya menjadi kapten yang hebat. Jungkook yang bersorak gembira itu akhirnya menemukan keberadaan Taehyung dan keluarganya. Dengan bahagia ia melambaikan tangannya ke udara sembari berucap 'Kami Menang!' pada Taehyung. Tentu Taehyung ikut membalas lambaian itu dan bertepuk tangan dengan keras.

.........

Setelah pertadingan selesai, Taehyung dibantu dengan Jimin menuju ruang ganti tim sekolahnya. Jungkook dan timnya tentu merasa senang mengingat Taehyung dulu juga bagian dari mereka. Sang pelatih pun ikut senang melihat Taehyung, anggota basket terhebatnya, menengok tim mereka.

"Hyung, kita menang!!.. Yeay!!..." Jungkook dan timnya dengan senangnya bersorak dihadapan Taehyung dan membuat Jimin menutup kedua telinganya spontan.

'Aku baru sadar, club basket orangnya urakan semua' batinnya dalam hati sembari mendoakan telinganya tak tuli setelah keluar dari ruangan itu.

"Kalian semua sudah berusaha kelas. Aku salut dan bangga pada kalian. Aku benar-benar senang. Maaf, aku tak bisa ikut bermain dengan kalian" ucap Taehyung yang membuat ruangan itu seketika terdiam.

"Kau bicara apa kapten? Ini semua karenamu juga, semua kedisiplinan yang kau ajarkan pada kami dulu inilah hasilnya. Jadi jangan merendahkan dirimu kapten." Ucap salah satu dari timnya yang dijawab bersautan dengan anggota lainnya.

Jimin tentu menghangat mendengar ucapan itu. Tentu dia juga bangga dengan Taehyung. Baginya Taehyung yang sekarang dan Taehyung yang dulu tetaplah sama. Tidak kurang dan tidak lebih.

"Setelah ini ayo kita makan ayam!" ucap sang pelatih tiba-tiba yang tentu saja dijawab dengan antusias oleh anggota timnya.

"Kau ingin ikut juga hyung?" tanya Jungkook yang akhirnya bicara. Taehyung menggeleng pelan.

"Aku lelah Kook, mungkin lain waktu saja." Ucap Taehyung sembari menatap kedua kaki. Jungkook seketika paham apa yang dimaksud 'lelah' dari Taehyung. Bisa diperkirakan, badannya pasti sudah lemas dan ngilu. Sungguh Jungkook tak tega melihat wajah pucat Taehyung yang ternyata sudah terlihat jelas sedari tadi.

Jungkook mengangguk pelan dan mengatakan pada anggota timnya jika Taehyung harus beristirahat sehingga tak bisa ikut merayakan kemenangan mereka. Jimin dan Taehyung akhirnya pamit undur diri dari ruang ganti itu.

Tepat di depan gedung pertandingan, Ayah dan Ibu Kim sudah menunggu mereka berdua. Ayah yang cukup peka dengan kondisi Taehyung akhirnya menghampiri Jimin yang mendorong pelan kursi roda Taehyung.

"Biar ayah saja Jim, tolong kau buka kan pintunya." Ucap Ayah dan mengambil alih Taehyung. Jimin pun membuka pintu samping dan belakang.

"Kau tak apa, Tae? Wajahmu sedikit pucat." Taehyung menggeleng pelan menjawab pertanyaan dari sang ayah.

.

.

.



So? (The END)Where stories live. Discover now