" Tae... Baik, paman" senyumnya
.
.
.
Pagi ini pemeriksaan dilakukan saat Tae sudah mulai membaik. Aku lega dia sudah bangun dari tidur panjangnya. Aku juga lega dia sudah mulai bisa makan banyak tanpa mengeluh.
Hari ini paman memeriksa setiap bagian tubuhnya . Entah mengapa aku sedikit cemas melihat raut serius pamanku itu. Apa ada yang salah dari tubuh Tae.
"Perkembangan tubuhnya sudah membaik. Dengan beristirahat lebih lama lagi dia sudah bisa pulang" jelas paman.
"Terimakasih paman, aku senang mendengarnya" ucapku sembari menengok Tae yang tersenyum tipis padaku.
"Tidak perlu berterima kasih. Tae, jika dalam beberapa hari ini kau mengeluh sakit kepala langsung kabari paman ya. Kau taukan meski kepalamu baik-baik saja, tetap harus berhati-hati "
Tae mengangguk kecil. Paman pun berpamitan dan keluar untuk mengecek pasien yang lainnya. Kulihat Tae lagi yang masih diam itu. Entah mengapa dia sedikit aneh.
Kudekati ranjang pesakitannya dan duduk disampingnya. Menatap dengan mata teduh seolah berbicara padanya jika semua akan baik-baik saja. Ku genggam tangannya erat, menyalurkan kehangatan antar saudara. Tae memandangku dengan mata teduhnya.
"Ada apa Tae? Katakan padaku apa yang kau rasakan sekarang. Apa kau pusing? Mual? ". Pertanyaan hanya dijawab dengan gelengan pelan.
" Chim,.. "
" Hmm? "
" Aku... Aku tak bisa merasakan kakiku"
Ucapan lirihnya sukses membuatku terdiam. Aku teringat jika dia belum mengetahui tentang perihal ini. Aku bingung harus memberitahu bagaimana. Apakah dia sudah siap mendengar penjelasanku.
"Tae.. ". Dia menatapku kembali sembari tersenyum tipis
" Tak apa Chim, katakan saja apa yang sebenarnya terjadi" Dia tersenyum dengan hangatnya. Sungguh aku tak tega untuk memberitahunya akan hal ini. Pikiran buruk seolah memasuki kepalaku.
"Tae... Maaf karena Chim yang sebagai kakak untukmu ini tak bisa menjagamu. Sungguh aku benar-benar merasa sebagai seorang pengecut sekarang"
Aku menunduk malu. Aku benar-benar malu dihadapannya. Bagaimana bisa aku menjadi sepengecut ini. Kurasakan sebuah tangan mengelus punggung tanganku pelan. Tangan itu milik Tae, adik kecilku yang begitu kuat.
Sungguh ingin rasakan aku menangis sekarang juga dihadapannya. Tapi aku tak boleh melakukan itu , aku harus memberitahu tentang kenyataan ini.
"Kakimu lumpuh Tae"
Kulihat raut wajahnya. Sedikit menyendu lalu dia mencoba untuk kembali tersenyum.
"Ahh.. Begitu ya, tak apa nanti Tae akan melakukan kemo lagi. Pasti akan sembuh iya kan Chim. Kaki Tae ak--"
"Total Tae, kakimu lumpuh total. Tak ada kemungkinan untuk kembali lagi" potongku.
Dia seketika terdiam lagi. Terkekeh kecil sembari melihat kedua kakinya yang tak lagi bisa dia gerakkan. Kulihat setetes air mata jatuh di tanganku. Dia menangis dalam kekehannya. Sungguh itu menyakitiku.
Kurengkuh tubuhnya dengan erat. Pelukan sepihak, Tae masih terkekeh. Aku ikut menangis dalam diamku.
Tae mencoba melepas pelukan dengan paksa. Aku pun terpaksa melepas. Kutatap manik matanya yang entah mengapa begitu kosong itu.
"Chim, bisa kita pulang sekarang? " tanyanya padaku. Aku menggeleng pelan
" Kenapa? Bukankah kakiku sudah tak bisa disembuhkan? Lalu apa gunanya aku tetap disini? "
" Kau butuh istirahat lebih Tae. Kau masih sakit"
"Aku memang sudah sakit dari dulu Chim. Dan akan tetap seperti itu. Aku ingin pulang Chim" pintanya lirih sembari menatapku dengan mata sendunya.
"Tidak Tae. Kita akan tetap disini sampai kau benar-benar sembuh"
"Kalau begitu, tinggalkan aku sendiri Chim. Sekarang. "
"Tae,,,"
" keluarlah sebentar kak. Aku tidak akan melakukan hal yang buruk. Aku ingin beristirahat "
Seketika Tae meringkuk dalam tidurnya. Menghiraukan panggilanku, seolah tuli. Aku pun terpaksa harus meninggalkan nya. Aku tau dia pasti butuh waktu untuk merelakan semuanya.
...
Chim keluar dari kamar rawat itu. Tae masih setia dalam posisinya. Setelah dirasa Chim benar-benar sudah pergi jauh,Tae keluar dari balik selimutnya. Mendudukkan tubuhnya yang dirasa cukup berat itu. Terdiam dengan mata kosongnya.
"Apa aku tak pantas untuk hidup, Tuhan? Padahal aku sudah mencoba untuk menjadi anak yang baik seperti permintaan ayah, menjadi orang yang berguna seperti permintaan ibu. Apa iyu masih kurang, Tuhan? Padahal aku sudah merelakan semua yang aku miliki agar semuanya bahagia. Apa itu masih juga kurang Tuhan? Jika aku memang tak pantas hidup, mengapa dulu aku harus terlahir? Tuhan... Mengapa rasanya begitu sakit disini... " Ucapnya lirih sembari menyentuh dadanya yang entah mengapa begitu sesak dan sakit.
" Hiks... Hiks.. Tae, sudah menjadi anak baik Bu. Tapi mengapa hal ini terjadi padaku. Tae, ingin ikut ibu saja di surga.. Hiks.. Hiks.. "
.
.
.
.
YOU ARE READING
So? (The END)
Short StoryDimana kita bersaudara dan akan selamanya seperti itu . . . . . . Main character : Bts V a.ka Tae Bts Jimin a.ka Jim /Chim Bts Suga a.ka Suga Bts Jungkook a.ka Kookie