Happy reading..
Mereka bertiga sarapan dengan tenang. Diakhir tahun tak ada kegiatan yang benar-benar menyenangkan bagi mereka. Inginkan bermain ski tapi badai beberapa hari yang lalu merusak rencana mereka.
Pergi ke festival? Terlalu merepotkan dengan memakai baju hangat berlapis. Akhirnya mereka hanya diam dirumah sembari melakukan kegiatan masing-masing. Untung saja Kookie menginap untuk beberapa hari, setidaknya rumah tidak menjadi sepi.
"Kak Tae, bukankah minggu ini kemo? " tanya Kookie sembari berjalan mendekati Tae yang sibuk dengan acara membacanya.
" Emm? Ahh.. Minggu ini aku meminta paman libur. Aku sedang malas melakukannya Kook"
"Hah? Kenapa? Kak Chim tau soal ini? "
Pertanyaan Kookie membuat Tae kembali menghentikan acara membacanya.
" Jangan beri tau dia Kook. " ucapnya datar.
Kookie hanya bisa menghela nafas. Kakaknya itu benar-benar keras kepala. Padahal kemo itu sangat penting untuknya tapi kenapa dia anggap remeh.
..
" Tae? Kita akan pergi kemo besok pagi jadi jang-""Aku meminta ijin untuk tak melakukannya minggu ini."
Ucapan Chim terpotong begitu saja oleh saudaranya itu. Cukup kaget mendengar pernyataan sang adik yang baru saja dikeluarkan nya.
"Apa maksud mu ijin Tae? Aku yang memutuskan kau akan kemo atau tidak. "
"Aku lelah Chim"
" Tidak, kau akan kemo besok. Aku tidak menerima penolakan. "
Chim mulai menjadi keras kepala. Setelah dengan angkuhnya berbicara penuh penekanan dia lalu pergi begitu saja ke lantai atas. Meninggalkan Tae yang berdiam diri menahan marah dan juga kecewa itu. Sedangkan Kookie yang melihatnya hanya bisa terdiam. Bingung ingin membantu apa.
"Kak Tae, kau tak ap-"
"Hah, tidakkah kakakmu itu begitu angkuh Kook? Dia sesukanya mengatur hidupku" kekeh Tae
"Tidak kak, kak Chim hanya khawatir padamu"
"Apa yang harus dikhawatirkan? Kakiku hanya tak normal, aku masih punya sisa tubuhku yang lain. Aku baik-baik saja"
"Kak Tae.. "
" Aku hanya ingin membiasakan diriku tanpa kaki normalku lagi Kook. Sulitkah mengabulkan nya? Kenapa semuanya menjadi terasa sulit Kook... Hiks.. "
Tae mulai terisak pelan. Mati-matian dia menahan tangis akhirnya pecah juga. Kookie tanpa ragu merengkuh tubuh kecil sang kakak.
" Semua akan baik-baik saja kak. Percayalah padaku"
Tae ingin sekali mempercayai hal itu. 'Semua akan baik-baik saja' kata yang sederhana namun lebih kepada sebuah kebohongan baginya. Baik-baik saja? Apa setelah kakinya lumpuh dan tak bisa berjalan semua akan tetap baik-baik saja?
Apa setelah lumpuh dan impiannya menjadi pemain basket hilang akan tetap baik-baik saja?
Ayolah, Tae tidak senaif itu untuk dengan mudahnya mempercayai nya.
...
Aku kesal. Bagaimana bisa Tae dengan mudah meminta ijin karena malas melakukan kemo. Kemo harus tetap dilakukan. Ini untuk kebaikannya. Tae harus sembuh bagaimana pun caranya. Karena Tae adalah harta berharga Chim.
Aku membersihkan diri dan menyiapkan semua keperluan untuk Tae besok. Aku juga akan pergi keluar sebentar untuk membeli beberapa makanan untuk makan malam kami.
*Tap tap tap
"Kau mau kemana kak? " kuhentikan langkahku saat Kookie bertanya. Kulihat dia hanya duduk sendiri di ruang tamu. Tae sudah tak di tempatnya lagi.
" Keluar sebentar membeli bahan makanan, mau titip sesuatu? " tawarku yang ditanggapi gelengan kepala.
" Tidak kak, emm belikan saja kesemek kering untuk Kak Tae"
Ahh. Kookie benar. Tae suka kesemek kering. Aku pun mengangguk lalu berpamitan dan pergi. Aku malas jalan kaki dan berakhir duduk di dalam kursi kemudi mobil ku dan melaju menuju market terdekat.
...
*Tok tok
"Kak Tae, emm? Tak dikunci? Kak Tae, Kookie masuk"
Kookie masuk begitu saja karena pintu kamar Tae tak dikunci. Dilihatnya sang kakak sibuk dengan acara menulisnya di balkok seperti biasa.
"Kak, sudah kubilang jangan ke balkon untuk beberapa hari ini. Angin dingin tak baik untuk dirimu "
Tae melirik Kookie yang mendekatinya lalu melanjutkan kegiatannya. Kookie yang tak didengar mendengus kesal dan duduk disampingnya.
" Kau sedang menulis apa kak? " tanyanya lagi. Si kelinci bongsor itu banyak tanya. Tae masih terdiam mengacuhkannya.
" Ishh.. Menyebalkan. Ayo, ke dalam kak. Udara dingin tak baik untukmu. Lihatlah dirimu, kau bahkan hanya pakai baju tipis"
Kookie beranjak dari duduknya. Tae menghentikan acara menulisnya dan memandang lurus ke taman.
"Jika kau kesini hanya untuk mengaturku, kumohon keluar dari kamarku Kook" usirnya halus. Kookie yang mendengarnya tak percaya dengan usiran halus sang kakak. Dia hanya khawatir dengan kesehatannya.
"Kak.. Mengapa kau... "
" Keluarlah Kook, aku masih bersabar"
"Kak Tae.. "
" Kubilang keluar! "
.
.
.
.
YOU ARE READING
So? (The END)
Short StoryDimana kita bersaudara dan akan selamanya seperti itu . . . . . . Main character : Bts V a.ka Tae Bts Jimin a.ka Jim /Chim Bts Suga a.ka Suga Bts Jungkook a.ka Kookie