So? (The END)

48

Yuhuuu....

Doubleee uppp untuk minggu ini..

.

.

.

Mulai chapter ini, nama Tae jadi Taehyung dan Chim jdi Jimin ya good reader..

Biar kalian lebih bis menghayati ceritanya..   Hehehehe..

.

.

Langsung saja...

.

.

Happy reading...

.

.

Hari ini sudah waktunya sang ayah pulang. Ibu Kim sibuk mengemasi barang-barang sang suami dan Jimin sibuk membantu sang ayah kembali ke mobil.

Setelah semua dirasa cukup, mereka pun kembali ke rumah.

Taehyung yang ada dirumah pun mencoba membersihkan rumah dan merapikam tempat tidur sang ayah sebisanya. Benar-benar sebisanya.

Karena sangat jelas dia begitu kesulitan untuk menata atau merapikan beberapa barang agar terlihat pantas dan rapi untuk dilihat.

Taehyung puas akan hasil ia buat. Rumahnya sudah rapi. Rumah yang jarang sekali ada sendau gurau disana tampak lebih baik dari biasanya.

Taehyung tersenyum tipis, mencoba membayangkan senyum sang ayah yang begitu hangat padanya.

Dia terkekeh pelan, namun dengan segera juga terdiam. Seketika tergiang ingatan tentang perkataan sang ibu yang beliau lontarkan padanya.

Suara pintu apartemen terdengar, Taehyung dengan segera mendorong kursi rodanya menuju kamar.

Menutup pintu kamarnya sebagian dan mengintip dari dalam. Dilihatnya Jimin yang memapah sang ayah dan sang ibu yang berjalan dibelakang.

Taehyung merasa senang melihat sang ayah sudah membaik. Perban yang kata Jimin membalut disekitar kepalanya juga sudah terlepas.

Taehyung benar-benar senang. Tapi dia juga takut. Padahal dia sangat ingin menyapa sang ayah lalu memeluknya. Dia benar-benar ingin melakukannya.

Tapi dia pun mengurungkan niatnya dan menutup pintu kamar sepenuhnya. Mendorong kursi rodanya menuju balkon dan memandang jauh diluar sana.

"Syukurlah, cuacanya sangat baik. Dan hangat" gumamnya.

*Cklek

Seseorang membuka pintu kamarnya. Dilihatnya sang ibu tengah berdiri di ambang pintu.

Taehyung terkejut dan sempat cemas. Mengingat apa yang di katakan sang ibu tempo hari.

Dengan sesegera mungkim Taehyung mencoba untuk tak langsung menatap mata indah ibunya itu.

Mendorong maju mendekati sang ibu yang masih bergeming dan tampaknya melihat bagaimana kamar Taehyung itu disusun.

'Sangat rapi' batinnya

"I-ibu.. Ada apa i-ibu kemari? " Taehyung benar-benar gugup mengobrol dengan sang ibu.

Ditatapnya singkat Taehyung yang masih menunduk.

" Liat mata lawan bicaramu saat bertanya Taehyung. " tegas sang ibu yang jelas membuat jantung Taehyung berdetak kencang.

'Ibu...memanggil namaku' batinnya tak percaya.

Berlebihan memang tapi sungguh, hal itu sudah membuat Taehyung kegirangan hanya karena sang ibu memanggil namanya.

Meskipun masih dengan nada yang dingin. Tapi hati Taehyung merasa menghangat.

Dengan segera Taehyung memandang mata sang ibu.

"Temui dia. " ucap sang ibu

" I-ibu... Aku.. "

" Temui ayahmu atau aku akan berubah pikiran. "

Taehyung merasa sedikit takut dan hanya bisa mengangguk pelan lalu mendorong kursi roda nya menuju kamar sang ayah dan meninggalkan sang ibu yang masih di ambang pintu kamarnya.

" Ibu... " panggil Taehyung pelan yang masih bisa di dengar oleh Ibu Kim.

" Terimakasih banyak.. " ucapnya lagi lalu mendorong kursi roda nya pergi.

Ibu Kim yang mendengar ucapan 'terimakasih' dari sang anak(?) terdiam. Entah mengapa hatinya merasa tercubit nyeri.

" Kau benar-benar anak yang bodoh, Tae" ucapnya sembari menutup pintu kamar Taehyung.

.

.

.

.

.

"Ayah.. " panggil Taehyung

" Sini nak.. " Ayah Kim merentangkan lengannya bersiap memeluk sang anak.

Taehyung dengan susah payah mendorong kursi rodanya. Wajahnya tak pernah lepas akan senyum manis itu.

Dipeluknya erat sang anak. Taehyung pun demikian. Dia benar-benar rindu dengan sang ayah.

"Ayah...  Maafkan Tae.. Karena Tae, ayah harus... "

" Syuutt.... Ini bukan salahmu. Ayah saja yang ceroboh. Jangan menyalahkan dirimu. Ayah sekarang sudah membaik" Ucap sang Ayah Kim sembari mengelus surai lembut sang anak.

"Terimakasih sudah menjadi kuat untuk ayah, Tae..  Terima kasih banyak.. "

.

.

.

.