36

1.6K 177 4
                                    

Happy reading..

.

.

.

Sudah lebih dari dua jam Chim duduk di taman rumah sakit. Semenjak pertengkaran dengan kedua orangtuanya beberapa jam yang lalu, dia masih setia duduk di tempat itu tanpa beranjak sedikit pun. Kookie yang mengkhawatirkannya sempat mengajak untuk masuk ke ruang rawat Tae.

Takut jika sang kakak juga ikut sakit. Kookie juga berkata jika orangtua kakaknya baru saja pulang. Dan akan mengurus biaya administrasi nya.

Mendengar hal itu Chim terkekeh pelan. Miris memang. Sungguh dia tak habis pikir dengan kedua orangtuanya. Apa hanya soal pekerjaan yang ada di kepala mereka. Apakah hanya uang dan uang yang ada di pikiran mereka.

Persetan dengan uang. Dia mulai muak sekarang. Ayahnya yang selalu berkata jika dia paham akan semua keadaan mereka, nyatanya tidak sama sekali. Sedangkan sang ibu bahkan tak peduli.

Bagaimana bisa keluarganya sehampa itu? Bagaimana bisa keluarga nya sekosong itu? Ingim rasanya Chim berteriak dihadapan ayah dan ibu nya. Mengatakan semua hal yang selalu mengganjal pikiran dan hatinya tentang keluarga kecilnya itu. Tapi Chim cukup sadar diri untuk tak berteriak pada orangtuanya.

...

*Cklek

"Kak Chim? Kau sudah makan? "  tanya Kookie yang tengah mengusap tangan saudaranya dengan handuk hangat itu.

Chim menggeleng pelan. Nafsu makannya entah kenapa hilang begitu saja.

" Paling tidak, makanlah buah-buahan atau minum air dengan cukup kak. Sungguh kau terlihat seperti mayat hidup sekarang"

Mendengar celotehan Kookie membuat dirinya terkekeh geli. Seburuk itukah penampilannya sekarang ini. Dia pun akhirnya mengambil segelas air untuk dia minum. Mau tidak mau dia memang harus memaksa dirinya untuk terus sehat agar bisa menjaga adiknya.

"Cha..  Selesai.. Kak Tae terlihat tampan sekarang. Cepat bangun ya kak, Kookie benar-benar kesepian sekarang. Kak Chim itu tak seru kalau kuajak becanda "

Chim yang mendengar aduan Kookie itu tersenyum kecil. Kookie pun membereskan baskom dan handuk basah itu.

" Oh iya..  Kak Chim, Kookie akan pulang sebentar. Klub basket harus berkumpul besok"

"Emm..  Pulanglah Kook, kau juga harus sekolah. Maaf membuatmu harus membolos beberapa hari ini. Biar aku akan menjaga Tae. Terimakasih untuk bantuannya"

"Tak apa kak, aku senang menjaga kak Tae. Lagipula aku membolos ataupun tidak nilaiku tetap akan sempurna" sombong nya

"Cih..  Percaya diri sekali kau"

"Hehehe..  Besok aku akan kesini lagi" ucap Kookie sembari membereskan barang-barangnya

"Iya, titip salam untuk keluargamu. Hati-hati dijalan" lambai Chim pada Kookie yang sudah hilang diambang pintu itu.

...

"Eunghh... "

Seseorang itu bangun dari tidur panjangnya. Membuka matanya perlahan membiasakan cahaya yang menusuk penglihatan nya itu.

Setelah kembali normal, dilihatnya ruangan itu dengan seksama. Tebakannya benar, dia sedang ada di rumah sakit sekarang.

Pandangannya berhenti pada seseorang yang duduk tertidur disamping ranjang pesakitannya. Begitu lelap tanpa terusik seperti orang itu sudah lama tak tidur untuk waktu yang lama. Orang itu Chim. Saudaranya sekaligus kakaknya.

Dielusnya pelan surai sang kakak. Begitu halus dan tipis itu. Rasa bersalah tiba-tiba mendatanginya. Dirasa dia sudah tidur terlalu lama hingga membuat kakaknya itu menjadi khawatir.

Tidak seharusnya dia bersikap dan berkata seperti itu pada sang kakak. Tapi apa salahnya, dia hanya ingin mengutarakan perasaannya yang baru bisa dia katakan beberapa hari lalu. Meskipun berakhir dengan dia harus berguling turun dari tangga setelahnya. Setidaknya, dia merasa sedikit lega.

*Cklek

Seseorang membuka pintu rawat itu.

"Tae? Sudah bangun? "

Tae seketika memberikan isyarat diam pada orang itu. Takut jika membangun tidur saudaranya itu.

" Bagaimana keadaan mu? "

" Tae...  Baik, paman" senyumnya

.

.

.

.

So? (The END)Where stories live. Discover now