Yujin membuka kedua matanya dan melihat ke atas. Aneh. Dia merasa asing dengan langit-langit di atasnya ini. Terakhir kali ia mengingat kalau dirinya sedang berada di kamar apartemennya dan ia yakin ini tidak seperti langit-langit di apartemennya. Seingatnya dia tertidur setelah makan bubur dari ibu Minju dan meminum obatnya.
Yujin mencium bau obat-obatan disekitarnya. Saat ia melihat ke arah kiri, ia menemukan infus sudah menggantung disana dan selangnya mengarah ke tangan kirinya. Yujin sadar kalau dia sedang di rumah sakit saat ini.
Yujin merasa kerongkongannya sangat kering. Ia mencoba untuk duduk namun badannya terasa pegal dan lemas. Sebenarnya sudah berapa lama ia tertidur...
"Yujin-ah sudah bangun? "
Yujin menoleh ke kanannya. Ia melihat Yuri dan juga Minju sedang menatapnya cemas.
"Aku..ingin..air.." serak Yujin.
Minju langsung mengambilkan gelas berisi air sedangkan Yuri membantu Yujin duduk. Minju ingin memberikan gelas itu ke Yujin, namun mendadak ia berhenti. Yuri yang melihat Minju terdiam langsung mengambil gelas dari tangan Minju dan membantu Yujin minum. Yujin benar-benar haus sampai menghabiskan satu gelas air minum tanpa tersisa.
"Trimakasih kak... "
"Hmm. Bagaimana keadaanmu? Sudah baikan?" tanya Yuri setelah meletakkan gelas di atas nakas.
"Sudah mendingan... Walaupun badanku terasa pegal-pegal, tapi aku tidak lagi sakit kepala dan sepertinya panasku sudah turun. Sebenarnya berapa lama aku tertidur? "
"Syukurlah.. Kalau dihitung sejak kak Yena menemukanmu maka sudah 7 jam tapi sebenarnya bisa lebih dari itu... Apa yang terjadi?"
"Entahlah.. Aku merasa sudah baikan saat memakan bubur dan meminum obat dari kak Yena. Aku pun tertidur. Aku merasa mengigau dan tubuhku berkeringat, setelah itu tidak tahu lagi... " Yujin mencoba mengingat.
"O...oh benarkah.. Hmm kalau begitu tunggulah sebentar aku akan panggilkan dokter.. " Yuri kemudian keluar dari ruang rawat Yujin.
Yujin menatap Minju yang sedang melihat ke arah pintu. Yujin sebelumnya dapat melihat wajah Minju yang cemas saat melihat dirinya.
"Tenang saja kak. Aku sudah tidak apa-apa kok. Maaf membuatmu khawatir..." ucap Yujin sambil tersenyum.
Minju menoleh ke arah Yujin yang sedang tersenyum manis ke arahnya. Senyum lesung pipi Yujin yang membuat matanya hampir menghilang. Jantung Minju berdebar cepat dan Minju yakin wajahnya memerah sekarang.
Yujin mengernyit melihat wajah Minju memerah. "Kak Minju kenapa? Kakak demam? Apa tertular dariku? " tanya Yujin cemas.
Minju yang salah tingkah menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Benarkah? Tapi kenapa merah seperti itu?"
Yujin sepertinya tidak percaya dan malah ingin turun dari ranjangnya. Minju langsung mengambil notes dan pena dari dalam tasnya lalu menuliskan sesuatu.
Aku tidak apa-apa hanya kepanasan saja. Jangan khawatir. Tidurlah lagi.
Yujin menyipitkan matanya, mencoba membaca tulisan kecil Minju pada jarak yang lumayan. Setelah terbaca, Yujin kembali duduk. "Kalau kepanasan kakak bisa menurunkan suhu ac nya.. Aku juga sudah mulai kepanasan kok.. "
"Kalian bicara apa?" tanya Yuri yang baru masuk.
"Tidak.. Hanya saja kak Minju bilang dia kepanasan dan aku juga mulai merasa gerah. Bisa tolong kakak turunkan saja suhunya.. " jelas Yujin.
Yuri menatap Minju yang terlihat sekali sedang menghindari tatapannya. Namun Yuri masih bisa melihat wajah Minju yang memerah. Yuri mengangkat sebelah alisnya dan mulai mengerri. Dalam hatinya dia menertawai Minju. Ayolah..dia sudah mengenal Minju lebih dari satu dekade, dia tahu kebiasaan sahabatnya itu bagaikan membalik telapak tangannya. Tapi sudah lama Yuri juga tidak melihat sahabatnya bersikap seperti ini, tentu ini membuatnya senang. Dia tidak sabar menceritakan kejadian ini kepada Yena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Your Broken Wings
FanfictionMinju mengalami trauma dan Yujin mencoba masuk ke kehidupannya. Genderbender