15

1K 138 19
                                    

Yujin berjalan menyusuri jalan setapak dengan memegang sebuket bunga ditangannya. Disekitarnya hanyalah hamparan rumput hijau namun terdapat nisan yang berbaris rapi di atas tanah berumput yang rata. Tidak banyak karena tempat yang Yujin kunjungi adalah makam keluarga dari ibunya. Yujin pun tidak mengenal makam-makam itu. Ia hanya mengetahui makam milik ibu,  kakek,  dan neneknya.

Tidak lama kemudian, Yujin menghentikan langkahnya saat mencapai makam yang dituju. Jarak makam itu cukup jauh dengan makam yang lainnya. Yujin memberikan salam lalu melihat nisan bertuliskan "Ahn Somin", ibunya. Beberapa buket bunga sudah terletak didekat nisan ibunya.  Yujin meletakkan buket bunga berisikan anyelir pink dan baby breath putih kesukaan ibunya itu didekat buket bunga lainnya. Ia lalu duduk disamping makam ibunya. 

Kondisi sunyi dan sepi membuat tempat itu terasa damai, sangat cocok menjadi tempat peristirahatan terakhir. Semilir angin menerpa rerumputan dan juga wajah Yujin yang hanya berdiam diri sedari tadi.

"Ibu...bagaimana kabarmu? Akhirnya Yujin datang... Maafkan karena Yujin tidak pernah mengunjungi ibu setelah hari pemakaman. Yujin harus pergi untuk mengejar mimpi Yujin,  seperti yang ibu selalu inginkan..."

.....

"Akhirnya Yujin bisa menggapai impian... Yujin juga sudah tidak bebas dan nakal seperti dulu.  Yujin suka berolahraga agar selalu sehat...Hidup sudah berjalan sesuai keinginan Yujin. Tapi entah mengapa semuanya terasa hampa..." Yujin kembali diam sebelum kembali berbicara.

"Sampai akhirnya Yujin bertemu dengannya...dan menyukainya.. Yujin sudah bertekad ingin melindungi dan membuatnya selalu bahagia..." Yujin tersenyum sejenak lalu raut wajahnya berubah menjadi sedih.

"Tapi sepertinya dia tidak menerima perasaan Yujin... Meski begitu Yujin akan tetap memenuhi janji Yujin. Tidak apa walau hanya sebagai sahabat..  Tidak apa..." Yujin tersenyum sedih.

Wajah Yujin mengadah ke langit di atasnya.

"Ah... Tapi ibu pasti sudah tau semuanya kan? karena Yujin yakin ibu selalu mengawasi Yujin dari atas sana..."

Yujin lalu membaringkan tubuhnya diatas rerumputan.  Wajahnya masih menghadap langit dengan matahari yang tertutupi awan. Meski begitu cahaya matahari masih sedikit menyilaukan matanya. Yujin lalu menutup kedua mata dengan lengan kanannya.

"Terkadang Yujin berpikir, apa Yujin...sudah sesuai dengan harapan ibu? apa ibu bangga memiliki anak seperti Yujin?"

"Sampai sekarang,  rasa bersalah itu tetap ada. Kejadian saat itu masih terekam jelas dalam ingatan....."

"Seandainya..seandainya saja saat itu..." Yujin berhenti lalu menggelengkan kepalanya.

"Ah maafkan aku.. Ibu pasti akan memarahi Yujin karena berpikiran seperti itu..."

"Ibu jangan khawatir dengan Yujin disini. Yujin sudah dewasa dan hidup dengan baik.... Aku merindukanmu ibu... Aku harap ibu bahagia disana..."

.
.
.
.
.
.
.

Bunyi sirine memekakkan telinga siapapun yang mendengarnya. Terkecuali Yujin.  Dia hanya terduduk lesu dipinggir jalan. Kedua lengannya dipegang oleh seorang lelaki paruh baya yang menahannya untuk tidak berjalan lebih jauh. Terdapat banyak luka di wajah dan sekujur tubuhnya.  Punggungnya terasa sangat pedih. Telinganya masih berdenging dan mengeluarkan sedikit darah.  Namun dia tidak mempedulikan semua itu.  Pandangannya hanya terfokus pada mobil yang sudah terbalik dan terbakar api dihadapannya.

Beberapa pemadam kebakaran membawa selang berlarian melewatinya menuju mobil yang terbakar. Dua orang perawat dan seorang polisi mencoba berbicara padanya namun Yujin tidak bergeming hingga akhirnya dia tidak sadarkan diri.

Heal Your Broken WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang