27

890 121 62
                                    

Suara hembusan nafas terdengar dari lelaki yang kini tengah bersandar di dinding atap gedung. Asap putih keluar dari mulut dan hidungnya tiap kali ia bernafas. Tangan kanannya bertumpu di atas lutut kakinya yang terlipat. Darahnya yang hangat mengalir dari tinjunya yang terluka, menetes hingga mengenai lantai yang dingin.

Setelah merasa dirinya sudah cukup tenang, Yujin mengambil hp dari saku celananya dan menekan satu nomor. Tidak butuh lama agar panggilannya diangkat.

"Yah Yujin! Kau dimana? Kami sudah mencarimu beberapa hari ini.." omel Yena.

.....

Tidak mendengar jawaban darinya membuat Yena menjadi tidak sabaran. "Hei kenap..."

"Apa...aku berlebihan?" ucap Yujin pelan namun masih bisa didengar oleh Yena.

Perkataan Yujin membuat bingung lawan bicaranya. "Hah? Berlebihan apanya?"

Yujin melirik seseorang disebelahnya. Tampak seorang lelaki yang terlihat sudah tidak sadarkan diri dengan wajah yang penuh luka lebam dan darah.

"Tapi sepertinya masih hidup..." ucap Yujin melihat dada Yongjo yang naik turun.

"Ahn Yujin...sebenarnya apa yang kau.. Tunggu dulu... Dimana kau sekarang?" suara Yena mulai terdengar panik.

"Apa sebaiknya aku bawa ke rumah sakit saja?" ucap Yujin dengan tenangnya.

"YAAH..." Yena berteriak namun terdengar suara orang lain yang kedengarannya sedang membuat Yena tenang. Sepertinya Yujin harus berterimakasih kepada orang itu karena Yena akhirnya terdiam.

Suara Yena lalu diikuti helaan nafas. "Huuuh... Yujin.. Katakan saja dimana kau sekarang? Aku akan segera kesana.. "

Yujin melihat butiran-butiran berwarna putih mengenai tangannya. Dingin. Yujin mendongakkan kepalanya ke atas. Matanya menatap langit yang mulai meredup dan menurunkan salju. Yujin lalu menutup matanya. "..lantai atas gedung xx.."

"Tunggulah disana dan jangan lakukan apapun! Paham!"

.
.
.
.

Minju memandangi salju yang kembali turun dari balik jendela kamar yang ditempatinya. Kantong mata terlihat jelas di bawah kedua matanya yang meredup itu. Minju selalui dihantui bayang-bayang masa lalunya hingga membuatnya tidak bisa tidur. Minju tidak ingin meminum obat tidur karena ia tidak mau bergantung pada obat.

Hari-harinya seperti kembali kesepuluh tahun yang lalu. Gelap. Tanpa harapan.

Namun Minju selalu bersyukur ia masih mempunyai sahabat-sahabat yang peduli terhadapnya. Hampir setiap hari, sahabat-sahabat Minju datang mengunjunginya. Seperti saat ia dulu. Keberadaan mereka cukup menenangkan Minju.

Tapi setelah mereka pergi, Minju kembali sendiri. Saat ia sendiri seperti ini, ia kembali lagi mengingat kejadian-kejadian "dulu" terutama ketika ia tidur.

Minju mengalihkan pandangannya ke arah benda persegi di atas mejanya. Tidak seperti hari-hari sebelumnya, hari ini ia belum menerima satupun pesan dari Yujin. Apa Yujin sibuk? Tapi kata Yuri, sejak mereka ke Busan, Yujin sudah memundurkan semua jadwalnya hingga satu bulan kedepan.

Apa Yujin akhirnya sudah tidak mau berurusan lagi denganku?

Minju meremas dada kirinya yang terasa sakit. Hatinya masih tidak menerima keputusannya. Hatinya masih menginginkan Yujin.

Minju terlalu pengecut untuk mengubah keputusannya.

.
.
.

Yena berjalan bolak-balik didepan ruangan bertuliskan "Ruang Praktik Dokter Yiren".

Heal Your Broken WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang