(Bonus) Chapter 7

1.1K 98 7
                                    

Yujin dan ayahnya berjalan kembali menuju ruang rawat Minju. Pak Park, supir ayah Yujin masih terlihat menunggu didepan ruang itu. Ia pun langsung berdiri saat mereka sudah didekatnya.

"Tuan Ahn. Didalam ada nona Suji dan cucu anda. Mereka baru sampai sekitar 10 menit yang lalu." lapor pak Park.

"Baiklah terimakasih. Kau bisa kembali ke mobil..." ucap ayah Yujin.

Yujin pun mengucapkan terimakasih kepada pak Park karena sudah menjaga Minju. Ia dan ayahnya lalu masuk ruang rawat.

"Ayah..." panggil suara bocah lelaki saat Yujin berjalan masuk di belakang ayahnya.

"Mingyu?" Yujin menghampiri Mingyu yang duduk disebelah ibunya. Yujin lalu menggendongnya. "Apa Mingyu sudah makan?" yang dijawab anggukan oleh Mingyu. "Makanannya habis kan?" tanya Yujin lagi. Mingyu kembali mengangguk. "Good boy.." ucap Yujin mencium pipi Mingyu.

"Aku kira kakak membawa Suhyun?" tanya Yujin pada kakaknya.

"Kalian darimana saja? Yujin kenapa HP mu tidak aktif? Aku dan Yena sudah menghubungimu dari sejam yang lalu." omel Suji.

"Oh maaf sepertinya HP ku lupa dicharge. Ada apa?"

"Mingyu rindu ayah ibunya jadi Yena menghubungimu tapi nomermu tidak aktif. Jadi Yena menghubungiku. Aku memang bersama Suhyun tadi tapi aku menitipkan nya pada ibu mertuaku. Jadi setelah menitipkan Suhyun aku menjemput Mingyu dan membawanya kesini." jelas Suji.

"Ah begitu.. Maafkan ayah Gyu-ya. Kamu pasti rindu ibumu hmm?" Yujin tersenyum sedih melihat pandangan Mingyu mengarah ke Minju. "Ibu masih tertidur. Kita tunggu ya nanti ibu akan bangun kok.."

"Mingyu sini sama kakek.. Kamu tidak kangen sama kakek?" ucap ayah Yujin.

Yujin menyerahkan Mingyu kepada ayahnya. "Wah Mingyu semakin besar ya. Kakek sudah kesulitan menggendongmu.." ucap ayah Yujin.

"Itu karena kakek semakin tua.. Ya kan Gyu-ah?" ucap Yujin membelai kepala anaknya yang sekarang berada digendongan ayahnya itu. Ayah Yujin hanya terkekeh mendengarnya.

Suji menatap Yujin dan ayahnya secara bergantian dengan pandangan menyelidik. Dia menyadari ada perbedaan gerak-gerik keduanya. Biasanya keduanya refleks menjauh kalau berada di jarak 1 meter saja atau tersenyum kikuk, tidak banyak berbicara, dan bertingkah canggung. Tapi ini... Keduanya tidak terlihat canggung dan sekarang malah mengobrol sambil tersenyum.

Suji yang penasaran pun akhirnya bertanya. "Lalu aku lihat-lihat kalian berdua seperti sehabis menangis?"

"Hmm.. Sedikit.." ucap Yujin.

"Apa yang kalian bicarakan?" selidik Suji.

"Yaah.. Begitulah.." Yujin mengangkat bahunya.

Suji memicingkan matanya. "Kalian tidak bertengkar kan?" ucapnya lalu melihat ayahnya.

"Tidak Suji.. Kalau kami bertengkar tidak mungkin kami berdua bersama kesini." jawab ayah Yujin.

"Benar juga. Tapi ayah.. Jangan sakiti Yujin lagi." ucap Suji.

"Tidak akan.. Kau ini kenapa selalu curiga padaku..kami tidak bertengkar ya kan Jin?"

Yujin mengangguk. "Ya.. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kami baru saja menyelesaikan masalah kami. Itu saja."

"Oh? Aku harap berjalan baik.." lagi. Suji melihat ayahnya dan Yujin bergantian.

"Apa kau lihat aku dan Yujin seperti sedang bertengkar? Tidak kan?" ucap ayah Yujin mulai kesal.

"Aku tidak tau makanya aku bertanya. Apalagi melihat kalian seperti sehabis menangis..."jawab Suji tidak mau kalah.

"Hei.. Kenapa jadi kalian berdua yang bertengkar? Kak bukankah kamu harus operasi sebentar lagi. Ayah juga sebaiknya pulang saja..."

Heal Your Broken WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang