Keesokan harinya Yujin harus merelakan rutinitas lari paginya. Dia yang terbiasa bangun pagi saat ini terbangun ketika jam sudah menunjukkan angka 9. Hal yang wajar bagi orang yang baru tertidur jam 4 tadi pagi.
Yujin meregangkan tubuhnya namun tangannya tidak sengaja memukul kepala Yena. Yena mengerang dan membalikkan badannya lalu melanjutkan tidurnya. Oh dia lupa kalau ada Yena yang juga tidur di kamarnya.
Setelah mengumpulkan nyawanya, Yujin menyempatkan diri untuk mandi sebelum akhirnya keluar kamar. Yujin yang kelaparan karena belum sarapan itu berjalan malas menuju dapur namun langkahnya terhenti saat mencium aroma lezat. Yujin lalu melanjutkan langkahnya dan saat mencapai dapur, Yujin melihat Minju yang tengah memunggunginya. Dari aromanya, sepertinya Minju sedang memasak pancake.
Yujin bersidekap lalu menyandarkan dirinya pada dinding didekatnya. Matanya masih fokus mengikuti gerakan Minju walaupun yang Yujin bisa lihat hanyalah punggungnya. Yujin tersenyum melihat pemandangan yang sangat ia idamkan. Bahkan Yujin merasa yakin dia tidak akan pernah bosan jika dihadapkan pemandangan seperti ini setiap paginya...
"Sedang apa?"
"Astaga...kak Yuri.." Yujin memegang dadanya karena ia benar-benar kaget dengan kehadiran Yuri yang tiba-tiba...
"Aku sejak tadi ada disini by the way, mengambil stok telur di rak ini." ucap Yuri menunjuk rak penyimpanan hanya beberapa langkah dikiri Yujin.
"Tapi sepertinya kamu tidak lihat ya.. Yah mau bagaimana lagi, asyik terpesona..." Yuri menaikkan pundaknya dan tersenyum sinis.
Yujin ingin menimpali namun interaksi mereka menarik perhatian Minju yang saat ini berjalan ke arah keduanya.
"Oh Minju-ya...untung saja si Yujin masih ada stok telur jadi kita masih bisa memasak omelet..." ucap Yuri riang sambil mengangkat sekotak telur ditangannya.
Minju ingin mengambil telur-telur itu dari tangan Yuri namun Yuri menjauhkannya.
"Biar aku saja.. Kamu sudah masak pancakenya kan... Sana duduklah dengan Yujin..." Yuri langsung meninggalkan keduanya.
Keduanya entah kenapa sangat canggung. Mereka tidak sengaja saling bertatapan. Yujin langsung mengalihkan tatapannya.
"Ehem.. Sebaiknya kita turuti perkataan kak Yuri... " baru saja Yujin ingin melangkah tapi Minju menahan lengannya. Yujin melihat Minju membuat gestur "berhenti" dengan tangan lainnya. Sedangkan bibir Minju bergerak melafalkan kata "tunggu dulu". Minju melepaskan tangannya yang menahan Yujin lalu berjalan kembali menuju dapur. Minju terlihat mengambil mangkuk lalu berjalan ke arah kulkas. Yujin lagi-lagi hanya diam sedang matanya mengikuti gerakan Minju. Minju menutup pintu kulkas lalu menghampiri Yujin dengan mangkuk yang sudah berisi air dingin dan es batu.
Minju menuju meja makan dan meletakkan mangkuk dan handuk tersebut di atas meja. Minju duduk disalah satu kursi lalu menunjuk kursi didepannya. Yujin yang sedari tadi mengekor Minju pun langsung duduk pada kursi itu.
Minju mengompres handuk setelah ia rendam dalam mangkuk. Minju kemudian menempelkan handuk ke bawah kedua mata Yujin yang membengkak karena menangis kemarin secara bergantian.
Waktu terasa lambat bagi Yujin. Dia bersumpah melihat gerakan Minju menjadi slow motion. Tangan Minju dengan lembut menempelkan handuk secara perlahan. Tatapan mata Minju tertuju pada bawah matanya. Jarak mereka yang begitu dekat membuat Yujin dapat mencium wangi Minju yang menggunakan sabun dan samponya. Ia pun mengamati wajah Minju yang tanpa cela itu. Pandangan matanya turun ke bibir merah Minju yang sedikit terbuka. Yujin meneguk liurnya, ia memang merasakan sensasi dingin di bawah matanya namun sebaliknya, pipinya terasa panas. Yujin yakin wajah dan telinganya seperti kepiting rebus saat ini. Jangan sampai Yuri melihatnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Your Broken Wings
FanfictionMinju mengalami trauma dan Yujin mencoba masuk ke kehidupannya. Genderbender