Day 35

969 150 13
                                    

Budayakan VOTE Sebelum Membaca!
Happy Reading!
~~~~~~~~~~

    Eunha turun dari mobil yang membawanya sepanjang perjalanan dari rumahnya menuju tempat sepupunya itu tinggal, perasaan cemas tidak bisa ditutupi dari wajahnya, tentu juga karena dia pernah menjadi salah satu korbannya.

    "Tenang lah, jangan terlalu panik kamu sendiri belum terlalu sehat, itu tidak baik untuk kamu."

    "Apa mereka benar sudah ada di rumah?" tanya Eunha, pasalnya rumah itu terlihat sepi.

    "Kenapa kamu tidak coba tekan bel dan memastikannya sendiri?" balas Jungkook yang mana membuat Eunha agak kesal, laki-laki itu terlalu tenang di situasi yang tidak baik seperti ini.

    Akhirnya Eunha memilih untuk menekan bel rumah itu, berharap-harap cemas dengan keadaan sepupunya, dia tadi tidak sempat menghubungi Yerin, karena dia sudah terburu-buru untuk datang, lagi pula siapa yang bisa berfikir disaat seperti ini?

    "Eunha?"

    Perempuan itu sekarang bisa menarik napas lega, sepupunya dalam kondisi baik, namun bisa Eunha lihat dari raut wajah sepupunya itu tidak begitu tenang, seperti ada sesuatu yang sedang dia pikirkan.

    Yerin langsung memeluk Eunha, membuat Eunha langsung membalas pelukan Yerin, mereka berdua sama-sama bisa lega saat melihat keadaan masing-masing, padahal Yerin kira Eunha mungkin tidak akan muncul di hadapannya dalam waktu lama karena insiden penculiknya.

   "Bagaimana keadaan kakak?"

    Yerin tersenyum getir. "Kita masuk ya? Kita bicara di dalam saja, kamu juga pasti lelah kan?"

    Eunha menganggukkan kepalanya, lalu menoleh ke arah Jungkook yang masih berada di sampingnya mobilnya, laki-laki itu seperti tidak tertarik, padahal dia yang membawa Eunha kemari. "Jungkook, kamu nggak mau masuk?"

    "Masuk saja duluan, aku masih ada urusan, jadi aku akan pergi sebentar."

    Eunha mengerti, lalu kembali menoleh ke arah Yerin. "Ayo kak."

    Yerin mempersilakan Eunha untuk masuk terlebih dahulu, hanya ada Taehyung yang sedang berada di dalam kamar, sementara Yeonjun masih berada di rumah keluarga Kim, Yerin masih takut jika laki-laki itu melakukan sesuatu saat Yeonjun sedang bersama dengan dirinya.

    Perempuan itu meminta sepupunya untuk duduk sementara dia menyiapkan minuman untuk Eunha, sejak kemarin hatinya masih gusar, keberadaannya masih menjadi ancaman untuk orang-orang disekitarnya dan lagi laki-laki itu masih belum ditangkap, walau sejak kemarin laki-laki itu juga tidak menghubungi Yerin, tapi perempuan itu yakin bahwa dia masih dalam bahaya.

    "Yerin? Ada siapa?"

    Yerin menoleh, lalu melihat Taehyung datang dengan kacamata baca yang masih bertengger di wajahnya, ada perasaan lega namun juga terusik saat melihat wajah laki-laki itu,Yerin mungkin akan terus membuat laki-laki itu dalam kesulitan.

    Seakan tahu apa yang Yerin pikirkan, Taehyung melangkah mendekati perempuan yang berstatus sebagai istrinya itu, lalu menariknya ke dalam pelukan, kemarin setelah pulang dari rumah sakit, Yerin terus mengatakan tentang perpisahan, tentang dia yang hanya menyusahkan Taehyung dan semacamnya.

    "Yerin, sebaiknya kamu berhenti berfikir untuk pergi."

    "Laki-laki itu masih belum ditangkap, semuanya akan dalam bahaya karena aku! Aku tidak bisa terus berada bersama kalian, aku tidak bisa Taehyung, aku tidak mau kalian terluka lagi."

    Suara isakan Yerin mulai terdengar, Taehyung menghela napas, istrinya itu tidak bisa berhenti menyalahkan diri sendiri, padahal dia sudah mengatakan kalau itu tidak apa-apa, justru jika Yerin pergi malah akan berbahaya untuk perempuan itu.

    "Biarkan aku pergi Taehyung, aku harus pergi, aku tidak bisa bersama kalian lagi."

~

    "Kamu sudah menemukan lokasinya?"

    "Hei aku ini juga manusia, bukan robot."

    Sinb menghela napas. "Jadi belum ketemu?"

    "Aku memang manusia, tapi aku lebih baik dalam segala hal, aku sudah menemukan di mana laki-laki bajingan itu berada, dia benar-benar seperti orang yang tidak takut mati, atau mungkin dia adalah laki-laki sakit jiwa."

    Sinb baru saja mau mengumpat, namun segera berubah menjadi kebingungan karena ucapan Umji. "Apa maksud kamu?"

    "Sinb, bagaimana kalau kamu jadi bawahanku saja? Mungkin itu akan lebih baik, aku akan membuat kamu agar lebih bisa menggunakan otakmu."

    "Tidak perlu mengatai aku, katakan saja apa yang kamu ingin katakan, aku tidak punya waktu banyak."

    "Huft, dia ada di rumah keluarganya, apa polisi tidak menyelidiki rumah itu?"

    "Bagaimana bisa? Semua sudah di geledah."

     "Mana aku tahu, kan kamu yang melakukannya."

     "Pasti ada kesalahan Umji, dia tidak mungkin ada di sana."

     Umji berdecak, "kalau sampai aku menemukan laki-laki itu di rumahnya bagaimana? Hah bekerja tanpa imbalan benar-benar tidak menyenangkan."

    "Umji!"

     "Baiklah baik, bagaimana kalau saat kamu libur, kamu datang ke rumahku dan mengurusi Yeji? Agar aku bisa belanja dan mencoba menghabiskan uangku yang tidak mungkin habis?"

    Sinb ingin sekali mengumpat, padahal dulu semasa sekolah temannya ini tidak terlalu gila, tapi kenapa sekarang sudah sampai level maksimal?

    "Terserah kamu saja."

    "Baiklah mungkin aku butuh waktu sekitar tiga hari, jadi kamu juga tetap harus bekerja jangan hanya menerima hasil saja." Umji menepuk-nepuk bahu Sinb lalu langsung beranjak pergi meninggalkan temannya itu.

    Sampai sekarang tidak ada yang dia ketahui tentang Umji, atau mungkin memang tidak ada yang mengetahui sisi gelap perempuan itu.

~

    "B-bercerai? Kak kamu jangan aneh-aneh, kenapa tiba-tiba mau bercerai, apa yang salah? Aku tidak melihat ada sesuatu yang salah di antara kalian, ke salah pahaman kalian juga sudah selesai, lalu apa penyebabnya sekarang?"

    "Jika aku tetap bersama mereka, aku seperti parasit, mereka akan terluka karena keberadaanku."

    "Kak, ini hanya terjadi sekali saja, polisi akan menangkap laki-laki itu dan semuanya akan selesai, tidak ada lagi yang akan mencelakai kakak dan keluarga kakak."

    "Tapi itu jika mereka berhasil menangkapnya kalau tidak?"

    "Kakak tidak percaya pada Sinb? Dia pasti berhasil kak."

    "Sinb sudah pernah berada dalam bahaya karena aku."

    "Lalu kakak akan pergi begitu saja setelah banyak orang yang sudah berkorban untuk kakak? Mereka ada di posisi itu karena mereka harus melindungi kakak! Kalau kakak pergi begitu saja bukannya semua malah sia-sia? Ini yang laki-laki bajingan itu inginkan!"

    "Tapi Eunha, kamu nggak paham, aku takut, aku merasa terbebani karena kesalahan ini."

    "Ini bukan salah kakak, siapa yang tahu laki-laki itu terobsesi kepada kakak? Aku mohon kak, jangan gegabah, semua akan baik-baik saja, kakak hanya perlu menunggu sebentar."

.
.
.
.
.
~~~~~~~~~~~~~~
Dah lah yang di pikiranku cuma
"Yang penting tamat"
Semoga cepet kelar deh ini book udah dua tahun kaga kelar"

  

   

Lie's [TAERIN ft BANGCHIN] [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang