"Kar, plis, lo mau jadiin gue ondel-ondel apa gimana? Ini bold banget buat gue, Monyet." Rutuk Nadine sambil berusaha meraih tisu di rak sampingnya untuk menghapus make up yang dilakukan Karen di wajahnya.
"Darimana ondel-ondelnya sih, Nad." Karen mencegah Nadine yang akan merusak karyanya dengan menyambar tangan Nadine. "Ini lo cantik banget tau. Percaya sama gue, semua mata nanti bakal tertuju pada lo."
Nadine mencebik. Sekali lagi menatap refleksi wajahnya dari cermin standing mirror di kamarnya. Memang tidak sepenuhnya seperti ondel-ondel. Hanya saja, Nadine tidak terbiasa full make up gini. Kata Karen sih ini makeup ala western gitu. Beda banget dengan selera Kesya yang lebih ke Korea. Karen memang berkiblat ke fashion barat, makanya pakaian yang ia pilihkan untuk Nadine juga lumayan terbuka.
Tidak seterbuka Karen yang pakai crop tee sampai udelnya kelihatan. Terus dipadu sama black skirt yang cukup ketat. Namun untuk Nadine yang terbiasa pakai kaos gobor dan juga hoodie. Sabrina dress adalah pakaian yang tentu aja nggak pernah akan ada di dalam lemarinya. Apalagi kini bahu Nadine terbuka dengan jelas, Dress ini juga cukup pendek karena hanya menutupi sebagian pahanya. Nadine sudah sempat protes atau minimal pakai jaketlah biar bahunya nggak ke umbar-umbar. Tentu aja, Karen langsung melarang.
"Udah, Nad. Rileks aja," Karen kembali bicara, mengalungkan tangannya di leher Nadine dengan arah mata yang lurus ke depan. Dari dulu Karen sudah greget ingin merombak Nadine yang sangat tidak peduli dengan penampilan. Saat mendapat kesempatan, seperti prediksinya, Nadine bakal kelihatan menakjubkan di tangannya. "Kita kan mau have fun, lupain semua beban yang ada di kepala lo. Termasuk Keenan." Sontak Nadine menoleh. Pasalnya ia belum ada cerita soal Keenan ke Karen.
Seakan mengerti arti dari tatapan Nadine Karen pun membuka mulut. "Daniel yang cerita sama gue. Katanya akhir-akhir ini lo kayak hidup segan mati nggak mau."
Si Bangke. Nadine merutuk dalam hati.
"Dia cerita sama lo?"
Karen memiringkan kepalanya dengan arah mata ke atas. "Tepatnya gue yang maksa sih. Gue nggak sengaja ketemu Daniel di GI. Surprise banget, doi lagi shopping sama kayak gue. Baru tahu gue temen lo itu doyan shopping." Kekeh Karen ketika mengingat pertemuan nggak terduganya dengan Daniel. "Terus karena dia sendiri, gue juga sendiri, kita jalan bareng deh. Ngobrol...dan doi cerita soal lo. Slip tounge sebenarnya, tapi karena gue terlanjur penasaran, gue gunain pesona gue buat bikin dia luluh. And he told me everthing."
Nadine meringis. Andai Karen tahu Daniel akan selalu luluh setiap hal yang menyangkut dirinya. Namun Nadine nggak bisa bilang itu karena nggak mau mendahuli Daniel dalam mengungkapkan perasaanya.
"Lo nggak marah kan gue nggak cerita ke lo lebih awal?"
"Kenapa gue harus marah?" Tanggap Karen santai. "Gue ngerti kali, Nad. Meski kita udah temanan lama, nggak mesti lo harus cerita semuanya ke gue. Selama ada orang lain tempat lo berbagi, it's fine. Kita semua punya urusannya masing-masing sekarang. Baik itu lo, Kesya, Carisa. Mungkin kita nggak sedekat dulu. Tapi kita tetap harus selalu saling dukung satu sama lain. So, gue nggak ada masalah sama itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Romance
RomanceTrue romance isn't Romeo and Juliet who died together but grandma and grandpa who grew old together. Berada di jurusan Teknik yang di dominasi oleh kamu Adam nggak lantas membikin Nadine melepas status jomblonya. Malah Nadine bersyukur jomblo karena...