True romance isn't Romeo and Juliet who died together but grandma and grandpa who grew old together.
Berada di jurusan Teknik yang di dominasi oleh kamu Adam nggak lantas membikin Nadine melepas status jomblonya. Malah Nadine bersyukur jomblo karena...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Buset dah, itu bibir lo pakek apaan sampe merah bener."
Daniel berkomentar sesaat dia kembali dari counter guna mengambil botol aqua kelimanya. Bukan tanpa alasan, hal ini diakibatkan oleh Nadine yang mengerjainya—dengan diam-diam menuangkan lima sendok cabe ke dalam mangkok bakso milik Daniel. Alhasil, Daniel yang tidak kuat memakan makanan pedas di buat kebakaran jenggot dengan wajahnya yang memerah serta mata berair. Sedangkan Nadine tidak usah ditanya, cewek itu malah mentertawai Daniel sambil mengataikanya 'bego' berulang kali.
Nadine tak segera menyahut. Setelah memoleskan liptint di bibirnya cewek itu tersenyum bangga lalu menoleh untuk meminta pendapat Daniel.
"Gimana, Niel? Bibir gue udah cipokabel belum? Kata Kesya liptint ini bikin bibir gue kelihatan glossy gitu." Ucap Nadine terus menjilat bibir sendiri dengan mata yang membulat takjub. "Terus pas gue coba rasanya manis loh, Niel. Kayak buah. Lo mau coba nggak?"
Daniel hanya bisa memandang sahabatnya dengan tatapan judging so hard. Sejak cewek itu ngebet ingin mendapatkan pacar. Tingkah Nadine semakin hari, semakin absurd. Sebenarnya, kalau orang awam yang melihat bakal bilang biasa aja. Tapi untuk Daniel yang sudah tau betapa bobroknya Nadine—tetap akan menganggap perubahan Nadine yang mulai peduli dengan penampilan adalah suatu yang hal yang tidak bisa diterima oleh akal sehatnya.
"Lo beneran nggak mau gue anterin konsul ke Psikolog, Nad?" Akhirnya Daniel bertanya dengan nada suara khawatir. Cowok itu duduk di sebelah Nadine. Bibirnya masih merah akibat sengatan dari cabe yang membelai lidahnya. Tapi sekarang sudah cukup mendingan dari yang awal. "Atau ke Pak Ustad, yuk. Biar lo dirukiyah."
Nadine awalnya bingung. Mukanya melongo tapi beberapa detik kemudian cewek itu langsung menjerit heboh.
"GUE KAGAK GILA, GUWBLOK!"
Daniel langsung menjengit mundur. Mengusap wajahnya. "Setdah, ujan lokal, anjir."
Tak menanggapi. Nadine justru memasukkan kembali liptintnya ke dalam pouch yang dikasih secara cuma-cuma oleh Kesya. Tidak cuma-cuma juga sebenarnya, tentu saja setalah rayuan gombal gimbil dari Nadine—dengan sangat terpaksa Kesya menginfakkan salah satu koleksi pouchnya pada cewek itu.
"Lah, mau kemana lo?" Daniel langsung bertanya bingung sambil mencegat tangan Nadine saat cewek itu bangkit berdiri dari tempat duduknya.
"Kemana pun aku pergi bukanlah urusanmu, wahai Babuku."
"Jelas itu urusan gue!"
"Sejak kapan urusan MAJIKAN jadi urusan BABUNYA juga?!"
"Anjing. Gue bukan babu lo!"
"Jelas lo BABU gue."
Daniel berdecak. "Pokoknya lo nggak boleh pergi."
"Apasi, Niel. Nggak jelas banget. Lo kenapa si—" Nadine berhenti ngomong dan langsung syok saat sekelibat pemikiran muncul di benaknya.