#06 - masalah baru, penawaran lama

2.5K 468 47
                                    

Nadine cemberut.

Pasalnya kini dia dijadikan bahan ledekkan oleh teman-teman cowoknya yang akhlakless. Tentu aja, sebabnya, tak lain dan tak bukan karena Keenan yang menemukan barang haram (DVD bokep) di apartemennya. Daniel yang paling kencang ketawanya—bahkan suara tawanya bikin sesisi kantin menoleh ke meja mereka. Dongkol, akhirnya Nadine meraih tahu goreng di atas meja dan menyumpal mulut Daniel yang lagi mangap. Alhasil Daniel mengap-mengap kayak ikan loncat ke daratan.

Bukannya kasihan. Nadine malah bodo amat. Soalnya, suara tawa cowok itu benar-benar menyebalkan di telinganya.

"Ya, mana gue tahu Keenan jadi sok rajin beresin apart gue." Tukas Nadine, masih membela diri.

"Bukan salah Keenan tapi lo-nya yang bego. Bukannya di simpen di kamar malah lo biarin di sofa." Tuding Alex, lalu matanya menyipit, dengan sudut bibir terangkat. "Sengaja ya lo, biar Keenan liat terus lo ajak peratekkin bareng."

"Sampah lo." Umpat Nadine, melemparkan tisu bekasnya, sedangkan anak-anak cowok malah pada ketawa. Karena tahu, hal ini nggak akan ada ujungnya. Nadine pun bangkit berdiri, meraih tote bag-nya. "Udah ah, gue cabut."

"Kemana lo?" Daniel yang duduk di sebelah Nadine langsung mencegat.

"Biasa, ketemu sistah-sistah. Kenapa? Mau disalamin ke Karen?"

Mata Daniel langsung berbinar, mengangguk. "Boleh deh."

"Tapi bayarin makanan gue."
"Ye, si kampret."

Nadine cengengesan, tahu banget Daniel tidak akan menolak untuk membayarkan makanannya hari ini. Jangan dikira Nadine mau menjadi pengantar pesan tanpa adanya imbalan. Zaman sekarang mana ada yang gratis, kencing aja bayar.

Seperti rutinitas biasa, kalau ada waktu senggang dan jadwal sama-sama cocok. Nadine bakal kumpul bareng Kesya, Karen, dan Carisa. Dan tempat titik kumpul mereka adalah kantin Psikologi kalau tidak kantin Hukum. Nadine menolak di tempatnya karena kepalang tahu betapa norak teman-temannya kalau ketemu cewek cantik. Mereka jadi kayak sekumpulan zombie yang ngeliat manusia. Sementara Carisa, memang sudah setahun ini tidak pernah menginjakkan kaki di kantin fakultasnya sendiri. Nadine lupa penyebabnya apa. Kalau tidak salah karena Carisa tidak mau ketemu mantan disana.

Untungnya jarak fakultas Teknik dan Psikologi tidak terlalu jauh. Hanya berjalan sepuluh menit, kini Nadine sudah sampai, mengedarkan kepalanya ke sepenjuru kantin dan menemukan keberadaan Kesya dan Karen yang lagi ngomong serius. Carisa kayaknya sih belum datang. Biasa, princess mah bebas.

"Wih, udah pesan makan nih." Mata Nadine langsung fokus ke makanan. Padahal dia baru saja menyantap bakso, namun melihat ada pisang nugget yang dilumeri oleh coklat dan keju bikin perutnya kayak kosong kembali. "Tahu aja gue masih laper."

Baru aja Nadine akan mengambil satu potong, tangannya langsung ditabok oleh Karen. "Lo gila ya?"

"Apasih, Kar? Ngambil satu potong doang lo bilang gila?" Protes Nadine.

"Kata Kesya lo lagi deket sama Rafael?"

Kening Nadine terlipat. Menoleh pada Kesya yang mengangkat bahunya pertanda tidak tahu atau tidak mau tahu. Lalu kepalanya kembali lurus mengadap Karen yang duduk di depannya. Agak bingung, kenapa kedekatannya dengan Rafael bisa dianggap sebagai kegilaan. Padahal Rafael sangat waras. Semalam aja dia telponan dengan cowok itu sampai jarum jam menunjukkan pukul dua saking serunya obrolan mereka.

"Ya, terus?"

"Itu namanya lo gila!"

"Gila darimane, Maemunah?!" Nadine mulai dongkol. "Lo kalau ngomong yang jelas dong."

Bad RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang