#03 - ekspedisi pencarian jodoh

2.7K 483 89
                                    

Nadine bukannya pelit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nadine bukannya pelit. Tapi cewek itu lebih suka menghabiskan uangnya untuk hal-hal yang lebih berguna. Dan nongkrong di Starbuck hanya untuk beli segelas kopi sama sekali bukan hal yang bikin Nadine senang. Kecuali ditraktir sih. Nadine tidak bakal menolak. Bagi mahasiswa yang hidup sendiri di kerasnya Ibukota. Menolak gratisan itu haram hukumnya. Tidak baik menolak rezeki.

Yang membuat Nadine jadi sedikit berat hati adalah satu gelas kopi Starbuck yang akan ia beli bisa digunakan untuk membeli tiga porsi ketoprak. Apalagi ketoprak Mang Suryo yang top markotop. Makin beratlah hati Nadine. Menurut Nadine rasa kopi ini tidak jauh beda dengan kopi Kapal Api harga seribu. Tapi mau bagimana lagi. Semua hal butuh pengorbanan. Lihatlah sekarang ia harus kudu mikir banget memilih harga kopi yang paling murah hanya untuk melakukan ekspedisi pencarian jodohnya.

Hari ini adalah hari dimana Nadine akan bertemu dengan cowok yang akan Leo comblangkan padanya. Makanya Nadine berdandan berbeda dari biasanya. Tidak ada lagi jeans buluk yang hanya ia cuci sebulan dua kali. Ataupun kaos yang warnanya pun sudah pudar. Kali ini Nadine kelihatan sangat feminim dengan dress pink yang dipinjamkan Kesya padanya. Tak lupa makeup minimalis serta rambutnya yang dibikin sedikit bergelombang; membuat Nadine nampak manis dan cantik.

"Jadinya pesan apa, Kak?" tanya seorang barista yang masih mempertahankan senyum simetrisnya pada Nadine. Padahal dalam hati sudah dongkol luar biasa karena Nadine dari tadi banyak bertanya mengenai harga dan komposisi setiap minuman tapi tak kunjung memesan juga.

"Em, bentar ya, Kak. Saya mau mikir dulu." Balasnya masih sibuk menghitung keuntungan dan kerugian apabila ia salah memilih minuman yang akan dipilihnya. Hal yang menurutnya harus dipikirin secara matang sekali.

Bibir barista berkedut. Mempertahankan ekspresi ramahnya. "Bisa dipercepat mikirnya, Kak? Gak enak sama Kakak yang dibelakang dari tadi udah nungguin."

Nadine tersentak. Secara otomatis dia berbalik dan melihat seorang cowok tinggi berpakaian serba hitam tengah memainkan ponselnya. Menyadari kalau dirinya tengah menjadi pembicaraan. Cowok itu lantas mendongak dan tersenyum.

"Nggak papa. Santai aja. Gue nggak buru-buru kok." Sahut cowok itu yang membuat senyum Nadine mengembang.

Diperhatikannya lamat-lamat penampilan cowok itu; yang bisa dibilang ganteng. Melihat dari cara berpakaian sepertinya sih anak gaul Ibukota. Merk pakaian yang dipakaian juga lumayan mahal. Kenapa Nadine bisa tahu? Karena ia sering menemani Daniel membeli baju. Jadi cukup hapal jenis pakaian apa yang mahal dan murah.

"Beneran nggak papa?"

Cowok itu kembali menyahut sembari mengangguk. "Santai. Kalau lo mau, gue bisa bantu lo milih. Kelihatannya lo bingung banget."

"Boleh?"

Sudut bibir cowok itu terangkat. "Kenapa enggak?"

Senyum Nadine kian lebar. Entah kenapa melihat senyuman Nadine cowok itu tertular dan ikut tersenyum lantas bertanya. Mengambil posisi di sebelah Nadine. "Lo lebih suka kopi yang rasanya agak strong atau smooth?"

Bad RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang