Fernando da Costa kembali ke Amerika. Dia tiba di Los Angeles menjelang malam. Hari itu dia langsung pulang ke rumah besar mereka di kawasan Brentwood. Dia menyukai rumah itu dan ingin mempertahankannya. Jika mereka pindah ke Indonesia, rumah itu tidak akan dijual. Dia berharap para Insiders tidak menemukan tempat tinggal mereka, sebelum kepindahan mereka nanti.
Fernando segera menuju ke lantai dua. Rumah itu selalu terlihat sepi. Tentu saja, karena hanya mereka berdua yang menempati rumah itu. Bila dia berpergian ke suatu tempat, Kilian akan tinggal sendirian di rumah. Dia tidak pernah merasa cemas bila meninggalkan Kilian sendirian, karena dia sudah mengajarkan banyak hal pada pemuda itu. Lebih dari dua belas tahun dia mengasuh dan membesarkan pemuda itu seorang diri. Tidak mudah baginya mendidik seorang anak laki-laki tanpa peranan seorang ibu. Tapi selama kurun waktu dua belas tahun itu, Fernando bisa membuat pemuda itu tumbuh dewasa. Dia berhasil membuat pemuda itu menjauh dari tindakan-tindakan yang bodoh. Bahkan bagian tersulit – masa dimana ketika Kilian mengalami akil balik, Kilian tumbuh tanpa menjadi pemberontak seperti remaja kebanyakkan.
Fernando menghentikan langkahnya di depan kamar Kilian. Dia menjadi ragu-ragu untuk mengetuk pintu. Dia berpikir sejenak. Bagaimana reaksi Kilian nanti tentang perjodohannya. Mungkinkah anak itu akan menolak mengingat usianya yang masih sangat muda. Jika masalah usia, dia mungkin bisa berdalih dengan budaya mandiri di kalangan remaja Amerika. Usianya sedang menuju delapan belas tahun dan seperti kebanyakkan remaja yang lain di Amerika, di usia tersebut mereka biasa meninggalkan rumah dan membangun kehidupannya sendiri. Fernando berharap besar jika perjodohan itu akan menjadi kunci jawaban atas permasalahan yang sedang dihadapi Kilian. Namun Fernando menyadari jalan di depan Kilian tidak mulus, setelah menikah pun, ada persoalan lain yang menunggunya, yaitu bagaimana reaksi Regina, jika setelah menikah, dia mengetahui rahasia besar pemuda itu.
"Koko," panggil Fernando sambil mengetuk pintu. Kilian mendongak saat Fernando membuka pintu. Seperti biasa, Kilian selalu menenggelamkan diri dalam sebuah buku di kamar tidurnya.
"Kamu ada waktu? Papa ingin bicara sebentar," kata Fernando. Kilian mengangguk. Kemudian dia menyusul Fernando di ruang keluarga. Dia mengambil tempat duduk di sudut dekat perapian.
"Papa tidak menginap?" tanya Kilian sambil mengamati wajah Fernando yang dipenuhi garis kelelahan.
"Tidak. Hari ini, aku hanya menemui seorang sahabat."
"Siapa?" tanya Kilian. Fernando sedang menuangkan wine dan kemudian mengambil tempat di depan perapian. Dia menyalakan perapian sejenak.
"Markus Seda. Kamu ingat kan? Dia sahabat Papimu juga," jelas Fernando. Kilian mengangguk pelan. Tentu saja dia tahu tentang Markus Seda. Ayahnya dan Fernando sering menyebut nama itu.
"Aku pergi menemuinya, karena Papimu juga meninggalkan sebuah surat wasiat untuknya. Aku harus menyerahkan surat itu sendiri padanya." Fernando melirik sejenak ke arah Kilian. Dia mendengarkan Fernando tapi wajahnya tidak menunjukkan ketertarikkan.
"Kamu tidak ingin tahu apa isi surat itu?" tanya Fernando. Kilian memandang Fernando sejenak. Kemudian menggeleng pelan. "Bagaimana kalau surat itu mengenai hal yang penting? Bagaimana bila menyangkut hidupmu?"
Kilian menatap Fernando. Dia berhasil membangkitkan rasa ingin tahu dalam diri Kilian. "Apa itu?" tanya Kilian tertarik.
Fernando tidak langsung menjawab. Dia mengeluarkan sebuah amplop cokelat dan menyerahkannya pada Kilian. Pemuda itu meraihnya dan segera membukanya. Dia menarik secarik kertas dari dalam amplop tersebut. Dengan cepat dia membacanya. "Pernikahan?" kata pemuda itu sambil mendongak. Dia tidak menyangka jika ayahnya serius akan menikahkan dia dengan Regina.
"Iya. Kamu akan menikah dengan Regina," sahut Fernando dengan suara penuh semangat. Wajahnya terlihat gembira, seolah-olah dia membawa kabar sukacita.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HALF-BLOOD BOY (Book 1 - Kilian Humphrey Series)
AdventureKetika meninggalkan Amerika dan kembali ke Indonesia demi wasiat terakhir ayahnya, Kilian Humphrey, pemuda berusia tujuh belas tahun, berharap mendapatkan perlindungan dari seorang gadis bernama Regina Seda. Kilian diberkahi tiga hal: tampan, cerd...