Matahari di kota Borong muncul dengan suram karena pagi itu langit sedikit mendung. Keluarga Regina bersyukur pesta pernikahan anak mereka kemarin berlangsung dalam cuaca yang cerah. Jika hari ini hujan, tidak ada yang perlu dikuatirkan.
Ketika pagi datang menjelang, Regina masih terpulas dalam mimpinya. Dia baru tertidur dua jam yang lalu setelah berusaha menepis berbagai bayangan yang bermain di pikirannya.
Kilian yang sudah terbangun mendapati Regina tertidur dengan posisi tengkurap. Matanya menangkap tali bra Regina yang tersembul dari bawah bantal. Tanpa mempedulikan gadis itu, dia pergi ke kamar mandi dan membasuh diri.
Tak lama kemudian, dengan perasaan kikuk di pagi hari, dia pergi mendapati Fernando dan anggota keluarga yang lain. Markus dan Fernando menemani Kornelis menikmati kopi dan roti goreng sambil menonton televisi. Maria dan Anna sedang membantu yang lain menyiapkan sarapan mereka di dapur.
"Selamat pagi," sapa Kilian saat bergabung dengan para orang tua tersebut.
Markus dan Fernando langsung mengalihkan mata mereka dari televisi.
"Nyenyak tidurmu?" tanya Fernando. Kilian mengangguk santai.
"Ina belum bangun ya?" tanya Markus.
"Belum," kata Kilian.
Tiba-tiba Maria keluar dari dapur dan tergopoh-gopoh melewati mereka. Kilian memandang Maria dan menduga wanita itu pergi mencari Regina. Dugaannya benar, tak lama kemudian Maria telah muncul disusul Regina dengan wajah kantuk. Dibalik wajah kantuknya tampak ekspresi marah ketika matanya beradu dengan Kilian.
"Kilian, kemari sebentar," panggil Maria. Pemuda itu datang menghampiri mereka. "Duduklah di sini."
Kilian mengambil tempat di sebelah Regina. Mereka berhadapan dengan Maria. Regina merasa ibunya sedang menatapnya tapi dia pura-pura meneguk air putih di depannya.
"Apa semalam Regina tidur di lantai?" tanya Maria pada Kilian. Regina langsung tersedak. Pemuda itu menoleh ke arah Regina. Dia merasakan kakinya disepak Regina.
"Tidak," sahut Kilian.
"Kamu tidak tahu karena saat aku mimpi berjalan kamu sudah tertidur lelap," sela Regina cepat.
"Mimpi berjalan?" Kilian tampak bingung.
"Begitu," kata Maria dengan wajah tak puas, tapi kemudian dia berdiri. "Ya - sudah, Mama tidak akan mempersoalkannya," katanya sebelum pergi meninggalkan keduanya.
"Kenapa kamu tidak membangunkanku?" tanya Regina sambil berbisik. "Mamaku hampir saja mencurigaiku."
"Tidurmu pulas sekali," sahut Kilian.
"Sepulas apa pun tidurku, kamu kan bisa memanggilku," kata Regina. Dia berbalik ke arah Kilian. "Kamu sengaja ya, agar aku bermasalah dengan orang tuaku?"
"Kamu yang mencari masalah kenapa menyalahkan ku?" protes Kilian. "Lain kali, jangan libatkan aku pada masalah yang kamu buat," katanya lagi dengan ketus. Regina melotot kesal.
Saat itu Jessica muncul. Regina langsung ceria. Ketika sahabatnya duduk menikmati sarapan bersama, Regina pergi sebentar ke kamarnya dan kembali dengan membawa sebuah sebuah kantung berukuran kecil di tangannya. Dia kemudian duduk di depan Jessica lalu menyodorkan kantung yang terbuat dari kulit hewan pada Jessica.
"Apa ini?" tanya Jessica sambil mengamati kantung kulit di tangannya.
"Itu untuk lo," kata Regina. Jessica membuka kantung tersebut. Dia terkejut mendapati dua buah gelang tangan yang terbuat dari gading gajah.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HALF-BLOOD BOY (Book 1 - Kilian Humphrey Series)
AdventureKetika meninggalkan Amerika dan kembali ke Indonesia demi wasiat terakhir ayahnya, Kilian Humphrey, pemuda berusia tujuh belas tahun, berharap mendapatkan perlindungan dari seorang gadis bernama Regina Seda. Kilian diberkahi tiga hal: tampan, cerd...