Regina dan teman-temannya tiba di hotel Marriott setelah menempuh perjalanan sekitar dua puluh lima menit dari bandara Changi. Hotel itu berada di lokasi yang sangat strategis, di pusat keramaian Orchard Road, tepat di depan Ion Mall. Seperti kebanyakkan gedung-gedung moderen, hotel Marriott juga didominasi glass windows dari lantai hingga atap. Ciri khasnya adalah tower yang berbentuk segi delapan.
Saat tiba di lobi yang sedikit terpencil di lantai dua, Tanzila dan Susie buru-buru mengambil foto lalu mempostingnya di Facebook mereka. Baru setelah itu mereka menuju resepsionis. Seorang staf hotel perempuan keturunan Tionghoa menyambut mereka dengan ramah. Mengetahui mereka dari Indonesia, dia segera melayani mereka dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesianya cukup baik dan lancar.
Selesai check in, mereka langsung melenggang menuju lift ke lantai dua puluh. Mereka tidak perlu lagi membawa koper-koper karena seorang room boy sudah membawakannya ke kamar terlebih dulu. Hotel itu memiliki tiga puluh lantai dengan jumlah kamar sekitar 372 dan sembilan belas suites dan enam kamar eksekutif yang mewah dan dilengkapi dengan private lounge. Mereka menempati sebuah kamar duluxe dengan early check in, ditambah fasilitas akses interenet gratis di kamar dengan koneksi yang cepat. Tiba di kamarnya, masing-masing melakukan aktifitasnya. Regina seranjang dengan Tanzila, sementara Susie berbagi dengan Jessica. Regina langsung membuka kopernya dan berganti pakaian. Jessica meneguk segelas air sambil mengamati kamar. Tanzila berbaring merasakan empuknya kasur. Dan Susie menikmati pemandangan urban Singapura dari jendela.
"Wah―kayaknya malam nanti pemandangan akan lebih bagus lagi nih," katanya sambil berdiri menghadap jendela kaca.
Mereka menempati kamar double bed. Sebenarnya kamarnya cukup luas tapi karena terdapat banyak sudut, kamar itu terkesan kecil. Selain itu kamarnya memiliki design dan perabotannya sangat baik, elegan, nyaman dan bersih. Bed linen-nya juga merupakan kualitas terbaik. Amenities kamarnya juga sangat lengkap.
"Ayo, kita jalan-jalan," kata Regina. Ketiganya sahabatnya langsung bergegas meraih tas masing-masing. Mereka menuju lobi.
Setiba di lobi, lagi-lagi Susie mengajak berfoto. Mereka menuju sofa panjang, dan duduk di sana. Regina memotret mereka dengan latar belakang jendela yang menampilkan pemandangan kolam renang.
Kemudian mereka pergi mengujungi tempat-tempat menarik di negara itu. Tempat pertama yang mereka datangi adalah Merlion. Mereka menggunakan MRT dan keluar melalui Esplanade Mall. Regina mengenakan tank top putih bergambar rolling stone, jaket, rok mini dan sepatu boot Jimmy Choo. Kakinya yang panjang tampak semakin indah dipandang. Dan seperti biasa dia membawa kamera prof yang diselipkan di dalam tas bawaannya. Saat mereka tiba di kawasan Marina Bay, matahari di atas negeri Singapura bersinar dengan terik di jam 11.35.
Karena udara yang panas, mereka memilih duduk-duduk di bangku yang terdapat di taman kecil di pelataran Esplanade. Di sana juga terdapat pohon-pohon yang rindang. Angin laut yang sejuk segera membelai kulit mereka. Regina duduk berpangku kaki sambil mengarah ke teluk. Di kejauhan tampak patung Merlion dan pelatarannya dipenuhi para turis.
Regina segera mengeluarkan kameranya dan mulai membidik beberapa objek yang menarik hatinya. Dia memotret pemandangan di pelataran patung Merlion dari kejauhan. Tampak para turis tetap memadati tempat tersebut tidak peduli matahari yang masih garang bersinar. Dari Merlion, Regina berbalik pada para turis baik yang berada di pelataran Esplenade Drive maupun yang melintas di depan taman tempatnya nongkrong. Tidak hanya para turis yang berada di pelataran, mereka yang berada di atas perahu motor yang melintas di teluk tersebut juga menjadi sasaran kameranya.
"Apa lo nggak ingin berkunjung ke SkyPark, Na?" tanya Jessica, ketika Regina sedang sibuk membidikkan kameranya ke gedung Sands SkyPark. Regina berbalik ke arah Jessica.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HALF-BLOOD BOY (Book 1 - Kilian Humphrey Series)
AventuraKetika meninggalkan Amerika dan kembali ke Indonesia demi wasiat terakhir ayahnya, Kilian Humphrey, pemuda berusia tujuh belas tahun, berharap mendapatkan perlindungan dari seorang gadis bernama Regina Seda. Kilian diberkahi tiga hal: tampan, cerd...