Regina bersama teman-temannya kembali ke Jakarta di hari Sabtu subuh. Siang harinya dia mencoba menghubungi Daniel tapi ponsel pemuda itu tidak aktif. Malam harinya Regina mencoba kembali menghubunginya, tapi ponsel Daniel tetap tidak aktif. Akhirnya dia menghubungi Jessica dan sahabatnya itu mendesak minta bertemu empat mata saat itu juga.
"Ada apa?" tanya Regina saat Jessica muncul di halaman rumahnya.
"Kita bicara di kamar saja," kata Jessica langsung nyelonong ke dalam rumah Regina. Mereka pergi ke kamar Regina dan bicara di sana.
"Lu dah berhasil hubungi Dan?" tanya Jessica memulai pembicaraan. Gadis itu duduk di depan meja belajar Regina dengan wajah cemas. Seluruh penampilannya malam itu tampak gelisah. Regina yang duduk bersila di ranjang, menduga ada yang tidak beres.
"Belum. Gua dah menghubungi seharian, tapi ponselnya tetap tidak aktif. Kemana dia?" tanya Regina sambil menatap lurus-lurus ke wajah Jessica.
"Kemungkinan dia menghindari lu," sahut Jessica. Suaranya terdengar gusar.
"Sepertinya begitu," aku Regina. "Makan malam kami berantakan, gara-gara si bocah sialan itu."
"Apa yang terjadi?"
"Kami sedang makan malam dan tiba-tiba bocah itu muncul. Dia mengaku sebagai tunangan gua dan Daniel tidak terima. Mereka berkelahi, dan Daniel pingsan. Gua nggak tau selanjutnya karena bocah sialan itu menyeret gua pergi dari restoran. Karena masalah itu gua ingin bertemu dengan Daniel."
"Kenapa Daniel menyusul lu ke Singapura?" tanya Jessica menyelidiki. Regina heran dengan pertanyaan Jessica. Sahabatnya tidak tertarik sama sekali dengan peristiwa yang dia ceritakan.
"Dia melamar gua."
"Lu terima?" desak Jessica. Regina semakin bingung. Jessica sama sekali tidak terkejut dengan beritanya. Ada apa? Pikir Regina. Apa Jessica sudah tahu masalah Daniel melamarnya? Apa Daniel yang menceritakannya?
"Tidak. Maksud gua―belum."
"Oh―begitu." Begitu saja reaksi Jessica. Tidak terkejut. Datar-datar saja. "Baguslah," katanya sambil menarik napas.
"Ada apa?" tanya Regina, penasaran.
"Ada gossip tentang Daniel," kata Jessica to the point. Regina terenyak. Wajah serius Jessica menunjukkan hal yang dikatakan memang serius. Gosip apa yang dia tidak ketahui tentang Daniel, pikirnya dengan jantung berdebar.
"Apa?" suara Regina seperti tersekat di tenggorokan.
"Saat gua pergi ke kampus tadi siang, gua mendengar gossip kalau Daniel akan menikah. Gua pikir itu pasti ada kaitannya dengan berita dia menyusul lu ke Singapura. Saat gua konfirmsi ke Robby, benar. Daniel akan menikah, tapi bukan dengan lu."
"Apa?" Regina tidak percaya apa yang didengarnya.
"Sebenarnya Daniel sudah menghamili gadis lain."
"Apa?!" Regina tersentak seperti tersengat listrik. "Dengan siapa?" desaknya, sedikit percaya sedikit tidak.
"Teman kita juga."
"Siapa?" desak Regina dengan suara keras.
"Wulan."
"WHAT?!!" Regina menghempaskan kedua tangannya ke tempat tidur lalu melompat turun dari ranjang dengan cepat sekali. Jessica hampir tak percaya melihat kecepatan Regina bergerak.
"Lalu kenapa dia mengajak gua menikah?" kata Regina yang tau-tau saja sudah berdiri di hadapan Jessica. Sahabatnya yang masih dengan rasa heran dengan kecepatan Regina, menggeleng pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HALF-BLOOD BOY (Book 1 - Kilian Humphrey Series)
AbenteuerKetika meninggalkan Amerika dan kembali ke Indonesia demi wasiat terakhir ayahnya, Kilian Humphrey, pemuda berusia tujuh belas tahun, berharap mendapatkan perlindungan dari seorang gadis bernama Regina Seda. Kilian diberkahi tiga hal: tampan, cerd...