Sabtu pagi, Maria terbangun dari tidurnya. Dia menoleh ke sisinya. Markus tidak terlihat di sana. Dia pasti tertidur di ruang keluarga karena bergadang menonton sepak bola, pikir Maria.
Perlahan Maria turun dari ranjang dan pergi ke kamar mandi untuk membasuh diri sebentar. Setelah itu dia keluar ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. Saat melewati ruang keluaraga, dia hanya menemukan Joshua tertidur di karpet sambil mendengkur. Dia tidak melihat Markus di sana. Pikir Maria, Markus mungkin pergi tidur ke kamar anak-anak. Dia langsung menuju ke dapur dan dia terkejut mendapati Markus sedang duduk mengopi sambil menghadap selembar kertas di hadapannya.
"Apa kamu tidak ingin tidur lagi?" tanya Maria sambil membuka rice cooker dan mengeluarkan penanak nasinya.
"Sebentar lagi," sahut Markus dengan suara parau. Suaranya jelas mengatakan kalau dia perlu untuk segera pergi tidur.
"Apa yang kamu lakukan? Pergilah tidur, atau kamu akan kena flu," kata Maria sambil mencuci panci penanak nasi.
"Regina, sudah meninggalkan rumah tadi pagi-pagi sekali," gumam Markus. Maria menoleh. Markus menunjuk surat dihadapannya. Wanita itu bergegas menghampirinya. Markus mendorong surat yang ditinggalkan Regina ke arah Maria. Maria meraih surat tersebut dan langsung membacanya.
Mama dan Papa, maaf aku tidak sempat pamitan. Aku ditugaskan ke Singapura untuk beberapa waktu. Aku akan menelpon Mama dan Papa setibaku di sana. Tuhan memberkati.
Salam sayang
Regina
Maria meletakkan surat itu sambil memandang Markus.
"Kamu sudah mengabarkan Fernando?" tanyanya. Markus mengangguk.
"Sudah. Mereka justru sudah tiba di Singapura lebih dulu," kata Markus sambil tersenyum. Tiga hari yang lalu dia menemukan lembaran print tiket Regina di keranjang sampah di ruang kerjanya. Dari lembaran itu, Markus tahu kalau Regina akan pergi ke Singapura. Setelah mendiskusikannya dengan Maria, Markus menelepon Fernando menawarkan perubahan tempat pertemuan mereka.
'Tiu, bagaimana kalau kalian mampir ke Singapura dulu. Regina akan bertugas di sana selama seminggu,' kata Markus di telepon. Sebelumnya dia sudah menelepon ke kantor Regina dan mengecek kepastian keberangkatan Regina.
"Kamu sudah kasi tahu, Ina?" tanya Maria pada punggung Markus.
"Aku akan menelponnya besok," ujar Markus sambil terus melenggang pergi.
Maria menarik napas sejenak, kemudian dia berbalik dan melanjutkan pekerjaannya. Tidak ada yang perlu dicemaskan karena dia tahu Regina tidak akan pernah melakukan hal yang mengecewakan mereka. Anak gadisnya bersikap demikian karena dia tidak tahu saja bahwa Adrian sudah pernah melakukan hal besar dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HALF-BLOOD BOY (Book 1 - Kilian Humphrey Series)
AventuraKetika meninggalkan Amerika dan kembali ke Indonesia demi wasiat terakhir ayahnya, Kilian Humphrey, pemuda berusia tujuh belas tahun, berharap mendapatkan perlindungan dari seorang gadis bernama Regina Seda. Kilian diberkahi tiga hal: tampan, cerd...