Malam telah turun, ketika Regina terbangun. Dia tertidur selepas kembali dari Merlion. Kamar tampak sepi, hanya dirinya seorang. Teman-temannya entah hilang kemana.
Regina menengok jam tangannya. Pukul 18:45. Dia segera bangun dan menyalakan televisi. Dia mencari channel musik, kemudian pergi mandi. Dia berendam beberapa lama di dalam bathtub sambil membaca emails dari ponsel pintar dan menikmati suara musik dari televisi. Sebuah pesan dari Blackberry messenger masuk. Regina membukanya. Kiriman dari Jessica. Dia dan yang lain sedang menunggu Regina di lobi hotel. Sesuai rencana, mereka akan pergi berjalan-jalan dan menikmati suasana malam di Singapura, khususnya di sepanjang Orchard Road.
Regina bergegas menyelesaikan mandinya dan pergi berpakaian. Dia membalas pesan Jessica sambil berjalan menuju lift.
Kilian memilih meninggalkan kamar dan menunggu Fernando di lobby. Mereka akan makan malam di luar. Dia berharap dia bisa bertemu Regina di Orchard Road. Status Twitter-nya menyebutkan dia bersama teman-temannya akan berjalan-jalan di sepanjang Orchard Road. Siang tadi dia mengikuti Regina ke Merlion, tapi sayangnya, dia tidak bisa melihatnya lebih dekat. Seharusnya dia mengikuti mereka sejak dari hotel dan ikut menggunakan MRT―bukan sebaliknya menyusul mereka dengan taksi.
Kilian mengikuti perkembang terbaru Regina lewat akun Twitter-nya. Ketika dia tahu gadis itu akan ke Singapura, dia telah bersiap-siap menunggunya di hotel. Pertama kali dia melihat Regina di lobi hotel, dia sangat terkesan. Gadis itu jauh lebih menawan dibandingkan foto-fotonya di Facebook, Twitter dan Instagram. Gadis itu tinggi, proporsional dan gesit. Walau hanya dari kejauhan dia memandang Regina tapi tidak bisa dipungkiri Regina adalah gadis yang menarik dan tampak lebih muda dari usianya.
Dia berharap ada kesempatan jika dia bisa melihat gadis itu lebih dekat. Kesempatannya di lobi dan Merlion telah terlewatkan begitu saja.
Ketika pintu lift terbuka di lantai dua puluh, Kilian terkejut. Di depannya berdiri Regina. Benar-benar tak diduga. Gadis itu mengenakan mini dress putih berbahan satin dengan motif daun berwarna ungu yang dibalut jaket. Mata mereka beradu sesaat tapi mata Kilian buru-buru beralih ke tombol-tombol angka.
Dengan mata yang hampir tak berpaling, Regina melangkah masuk ke dalam lift dan berdiri bersisihan dengan Kilian. Dia menduga pemuda itu salah seorang model internasional, karena hanya jenis wajah seperti itu yang sering dia jumpai di majalah atau fashion show.
Kilian beringsut saat Regina berada di sisinya. Aroma tubuh Regina mengejutkannya. Dia tidak memiliki penciuman yang tajam layaknya para Whole, tapi saat itu, entah bagaimana, dia bisa mencium aroma segar tubuh Regina. Aroma yang sangat familiar. Aroma khas tubuh ibunya, aroma wangi daun hijau segar setelah hujan dan aroma rumput yang baru dipotong.
Sebuah pesan masuk ke ponsel Regina. Gadis itu membaca dengan cepat pesan Jessica. Mereka menunggunya. Kemudian mata Regina telah beralih dengan cepat ke pemuda itu. Dengan seksama dia mengamatinya. Pemuda itu mengenakan jaket kulit berwarna cokelat, kaos hitam, celana kargo cokelat dan sepatu sneaker dan membawa sebuah backpack hitam. Di kupingnya menggantung sepasang kabel earphone berwarna putih. Pemuda itu memiliki postur tubuh yang tinggi dan tegap, cocok dengan postur para model dunia. Kulitnya putih pualam, rambutnya berwarna cokelat tampak berantakan dan memiliki wajah sempurna. Pemuda itu sepertinya memiliki darah blesteran antara Eropa dan Tionghoa. Regina menebak dengan melihat garis-garis perpaduan barat dan timur dalam diri si pemuda. Sejenak Regina merasa pernah melihatnya di suatu tempat.
Merasa diperhatikan pemuda itu menoleh ke arahnya. Regina berpaling, menghindar. Tapi beberapa detik kemudian, dia kembali melirik ke arah pemuda itu dengan hati-hati. Seutuhnya pemuda itu terlihat dingin dan murung. Regina menjadi penasaran.
"Do I know you?" tanya Regina tiba-tiba. Dia tidak mampu menahan rasa penasarannya. Kilian terkejut dengan pertanyaan Regina. Jantungnya berdebar lebih cepat. Apakah Regina mengenalinya? Apakah gadis itu telah mengenalnya sebagai calon suaminya? Kilian mencoba tenang. Sambil mencopot earphone putih dari kupingnya, dia berbalik dan berkata. "Sorry?"
"Do I know you?" tanya Regina lagi. Kali ini Kilian memandang lurus ke mata Regina. Tampaknya Regina tidak mengenalinya. Kilian merasa lega. Karena itu dia bersikap acuh. Regina menduga sikap dingin yang diperlihatkan Kilian karena rasa tidak senang dengan rasa ingin tahu yang diperlihatkannya. Regina menjadi kikuk. Dia berusaha tersenyum, tapi senyumnya tampak seperti orang yang sedang sakit gigi. Kilian justru berpaling dengan cepat.
Tak berapa lama pintu lift terbuka di lobby dan pemuda itu bergegas keluar. Regina mengikutinya dari belakang. Dia memperhatikan punggung pemuda itu dengan kekaguman yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HALF-BLOOD BOY (Book 1 - Kilian Humphrey Series)
AdventureKetika meninggalkan Amerika dan kembali ke Indonesia demi wasiat terakhir ayahnya, Kilian Humphrey, pemuda berusia tujuh belas tahun, berharap mendapatkan perlindungan dari seorang gadis bernama Regina Seda. Kilian diberkahi tiga hal: tampan, cerd...