A

3.1K 209 25
                                    

Jake berjalan pelan menuju hutan perbatasa antara 2 desa. sampai disana ia memejamkan kedua matanya. lalu mulai bergumam pelan.

"Jongseong" gumamnya sebanya 3 kali.

Lantas, sekelebat kabut sama megelilingi tubuh mungilnya. terakhir, kabut itu berada tepat di depannya. dan berubah menjadi seorang pemuda bertubuh tinggi tegap dengan wajah rupawan dan rahang tegas yang membuat siapapun akan memandangnya dengan tatapan memuja.

"Hai" sapanya, menatap lekat pemuda cantik di depannya. yang hanya berjarak beberapa inci dari wajahnya

Jake membuka matanya, saat nafas hangat menyapu wajah miliknya. Terdiam sejenak, saat melihat betapa dekatnya wajah tampan di depannya. lantas memundurkan diri perlahan untuk beberapa langkah. agar jantungnya baik2 saja di dalam. karena sekarang tengah berdetak tak teratur.

"Mau kemana kita seongie?" tanyanya melepas kecanggungan yang terjadi.

"kemana pun asal bersamamu, cantik"

Semburat merah samar menghiasi pipi putih susu si mungil, lantas ia menutupi wajahnya dengan kedua tangan mungilnya. agar tak terlihat memerah oleh netra gelap Jay. 

Jay menggenggam pelan tangan Jake. lalu keduanya melangkahkan kaki entah kemana. menyusuri hutan lebat yang hampir tak terjamah.

"lepas sarung tanganmu Jake" perintah Jay sambil mengangkat kedua tangan mereka ke udara.

Jake mengeryit tak suka, lalu melepas tautan mereka.

"cuaca pagi ini sangat dingin, makanya aku menggunakan sarung tangan ini. agar melindungi tanganku dati cuaca dingin" Ucapnya, sambil menatap lekat ke arah sarung tangan yang terbuat dari benang sutra.

"Lepas saja, biar tanganku yang menghangatkan tanganmu Jaeyoonie"

"Tapi tanganmu sangat dingin Jay, ah tidak. keseluruhan kulit tubuhnya sangat dingin, seperti es batu tuan Vampir" Jake berucap dengan senyum remeh.

"tapi, aku ingin menggenggam tangan ini. karena aku merindukan tangan ini" Ucap Jay menunduk... berharap agar di mungil mengikuti keinginannya.

Jake menghela nafas, sebelum akhirnya melepaskan sarung tangannya. lalu menautkan jemari mungilnya ke jemari besar milik Jay. mencari kehangatan dalam dinginnya kulit si tampan.

keduanya berjalan tanpa henti, sampai tak sadar. jika sekarang mereka sudah semakin masuk ke dalam hutan lebat.

"mau lihat pertunjukkan?" tanya Jay yang kini sudah berada tepat di depan Jake.

Jake mengangguk singkat.

Jay memejamkan matanya, lalu membukanya perlahan. nampak iris berwarna merah darah berbaur hitam yang tak begitu kentara di mata indah pemuda Park itu. Jake menatap takjub pada wajah temannya.

'indah' Jake mendeskripsikan mata Jay dengan satu kata.

"Cantikkan?" Jay berucap sombong, membuat pemuda Sim memiringkan sudut bibirnya.

"kau kira aku tak punya?" Jake berujar, lalu melakukan hal yang sama. seperti yang dilakukan oleg pemuda Park.

iris indah, berwarna biru laut yang bercampur dengan warna hijau terang. singgah di netra merah gelap Jay, Pemuda itu menatap Takjub pemuda Sim.

"kau cantik Jake" ucapan tiba2 tanpa sadar keluar dadi bibir merah Jay. ia menatap canggung pemuda di depannya.

Sedangkan yang lebih kecil kembali mengeluarkan semburat merah di pipinya. Selalu seperti ini, saat ucapan tiba2 sering keluar dari mulut Jay. si mungik akan bereaksi berlebih. Jake tentu tahu, ucapan tiba2 itu tak berdasar. tanpa ada kesadaran dari pemuda Park, meluncur di bibirnya.

Tapi, kenapa ia sering bereaksi seperti ini?

Seketika hening, tak ada yang berani bicara melepas kecanggungan yang datang menghampiri keduanya. merubah suasana yang semula menghangat, kini berubah dingin hampir membeku.

Detak Jantung tak dapat ditahan oleh Jay, padahal setahunya. ia lahir tanpa detakan di jantungnya. tapi kenapa? sekarang ia merasa perasaan yang... entahlah.. ia sendiri sulit mengartikan rasa unfamiliar ini.

"Ah, ayo kita kita ke Danau" perkataan tiba2 dari mulut Jay berhasil mencairkan suasana.

pemuda itu berjalan mendekat kearah Jake lalu menggenggam tangannya lagi.

****

diarah barat, matahari sudah semakin tergelincir ke peraduannya. cahaya oranye keemasan turut menghantar aktivitas yang kita sebut 'Senja'

Silau keemasan nampak singgah di kulit mulus Jake, yang tengah menatap kagum kearah warna senja. Sedangkan pemuda di sebelahnya, menatap memuja kearahnya. Sungguh, perasaan aneh lagi2 menghampiri pemuda Park. ah, apalagi ini?

Wajah Jake memang cantik berbaur manis disana. dan sekarang akibat kilau senja, kata 'Cantik' itu menaikkan levelnya. membuat siapapun yang melihatnya akan menatap memuja pada Jake. salah satunya pemuda Park.

"Ayo pulang" Ucap Jake, setelah gelap sudah2 benar2 menyapa keduanya.

Jay mengangguk.

"satu minggu lagi aku akan pulang ke kayangan" ucapnya, dengan wajah penuh ragu.

"Tidak apa"

Jay tersenyum simpul ke arah Jake, entah kenapa.. rasanya sakit sekali saat ia mengetahui Fakta itu. padahal suda sangat sering ia dengar, dan ia tahu kalau suatu hari saat ini akan datang. saat dimana Jake akan meninggalkannya.

Disaat seperti ini, ia kembali mengingat perkataan kakaknya Park Seonghwa

"Cinta tumbuh, saat kita tak rela"

tidak, tidak mungkin ia mencintai seorang malaikat. karena itu sebuah dosa besar untuk kaum vampir.

Malam semakin larut, saat Jake kembali kerumahnya, ralat rumah sementara. sedangkan Vampir itu,memilih untuk menepi dari keramaian desa di kastil tua berlumut yang menempel lekat bak lem di setiap dindingnya.

****

Sim Jaeyoon, atau yang lebih dikenal sebagai Jake. pemuda itu merupakan pangeran di kayangan yang juga merupakan putra kedua Sim Daniel dan Sim Seongwoo yang menjadi pemimpin di kayangan.

Jake diasingkan ke bumi karena kesalahan yang yang ia lakukan. dan ini menjadi pukulan telak baginya, karena ia telah jatuh pada pesona Vampir bernama Jay. bagi bangsanya, kalau mereka mencintai seseorang bukan dari bangsanya maka akan dikatakan 'kotor' dan akan menerima kutukan.

tbc

○○●●○○●●

Janlup votment kalo suka....

Kisah dikala senja ( jayke)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang