H

688 106 5
                                    

Ceklek

Minjae dengan sangat pelan menutup pintu kamar yang sekarang tengah di tempati oleh Jake. Decitan pintu berbaur dengan suara langkah Huijun yang semakin mendekat ke arahnya.

"yang kau bawa itu pangeran Jaeyoon bukan?" tanyanya memastikan pemuda yang dibawa oleh sepupunya itu.

"hm.. kenapa?"

"Tidak, tapi ku dengar pangeran Jaeyoon sedang dicari oleh para prajurit sore tadi saat aku sedang  berada di pasar" ujarnya panjang lebar kepada Minjae.

"kau tidak menculiknya bukan?" sekarang Huijun sudah berada di samping Minjae.

"tidak, untuk apa aku menculiknya? dengarkan aku, aku hanya membantunya Jun" Minjae berujar dengan pelan, takut mengganggu ketenangan Jake.

"Membantunya melarikan diri? aku sudah tahu, apa yang terjadi sekarang di istana. kenapa kau ingin membantunya? bukankah ini akan berakibat besar untukmu? bagaimana kalau para prajurit itu menemukanmu, apa yang akan mereka lakukan padamu?"

Minjae meraih tangan Huijun, lalu ia tuntun menjauh dari kamar yang di tempati Jake.

"Huhhhh" ia menghela nafas sebentar sebelum menyahut ucapan Huijun.

"Jun tenang, tak akan ada satu pun orang yang bisa menemukan kami. dan tidak akan pernah ada apapun yang akan terjadi nanti" Minjae berujar dengan santai.

"Tapi... kau tahu seperti apa yang mulia raja Sunwoo? dia lebih kejam dari para iblis jae. apa kau pikir dengan membunuh keluarganya itu bukan perbuatan yang kejam? dan kau... kau bisa saja di bunuh olehnya kalau para prajurit itu menemukanmu" telujuk Huijun berada tepat di wajah tampan Minjae. pemuda berdimple itu, meraih pelan tangan Huijun, lalu menjauhkannya dari wajahnya.

"Aku tahu tapi percaya padaku tak akan terjadi apapun nanti"

"Terserah kau, selamat malam jae" Huijun berjalan menjauhi Minjae yang masih tersenyum kearahnya.

Ceklek

pemuda manis itu, menutup perlahan pintu kamar miliknya.

Ceklek

Huijun kembali membuka pintu kamarnya, lalu menyembulkan kepalanya.

"Tidurlah Min, sudah terlalu larut. jangan suka bergadang, tak baik."

Minjae mengangguk, lalu membuka knop pintu di sebelah kamar Huijun.

****

Suara binatang malam beradu dengan suara angin yang berhembus sepoi2. Jay berbaring dengan wajah lesunya. hari ini sangat melelahkan baginya, karena ia disuruh melawan sang ayah. yang notabenenya memiliki kekuatan yang lebih besar darinya.

perkelahian mereka hanya dilandasi oleh belajar. tidak benar2 terjadi masalah antara 2 orang anak ayah itu. Jay sudah sangat banyak berkembang, jadi dia tak terlalu kewalahan melawan sang ayah.

Ceklek

ia menaruh penuh perhatiannya ke arah pintu yang baru saja di buka tanpa izin. perlahan terlihat pemuda tengah tersenyum hangat kepadanya.

"Selamat malam pangeran Jongseong" Sapanya ceria, lalu berlari ke arah Jay.

Pemuda itu mengangkat tubuhnya naik ke atas kasur milik Jay. lalu ikut berbaring diatas sana.

"Coba ku tebak hari ini, apa saja yang kau lakukan?"

"hmm.... kau pasti tadi sore baru saja melawan ayahmu kan?" lanjutnya lagi.

Jay mengangguk, tak berniat merespon lebih perkataan pemuda itu.

"Jadi, kapan kau akan menikahi Sunoo hyung?"

"Jungwon-ah, dengar hyung. Hyung tidak akan menikahi Sunoo, apapun yang terjadi. tidak akan pernah!!" Pemuda Park menatap lekat pemuda Yang.

"Kenapa?" Jungwon balik bertanya, sungguh ia penasaran dengan alasan sepupunya ini.

"Hm... karena Hyung mencintai orang lain" jawab Jay enteng.

"Mwo?" Jungwon mengubah pisisinya menjadi terduduk di atas kasur ukuran King size milik Jay.

"kau menyukai seseorang? tak adil." lanjutnya cemberut.

"kenapa tak adil wonie?"

"kenapa kau boleh membatalkan perjodohanmu, sedangkan aku tak boleh?"

"Kau mau berpisah dengan Dongkyu? kau yakin? bukankah sebulan yang lalu kau bilang kau mencintainya?"

"eh, iya juga ya.. hehe" pemuda yang asalnya cemberut itu kini terkekeh pelan.

"Hyung ini sudah malam aku akan kembali esok hari. aku pergi, selamat malam hyung-ie"

"Malam" Jay tersenyum lembut le arah Jungwon yang sudah menghilang dari balik pintu.

ia menghela nafas kasar, berharap malam ini ia bisa bermimpi tentang malaikat yang mengisi hatinya.

"Selamat malam Jaeyoon"

Sedangkan di atas sana Jake terkekeh, ia mendengar dengan jelas seruan Jay. Sungguh seruan Jay membuatnya terbangun. ini adalah salah satu kekuatannya, yaitu bisa mendengarkan apapun yang dikatakan orang2 di bumi.

tapi, hanya berlaku saat ia berada di kayangan saja. tidak kalau ia berada di bumi.

"besok aku akan menemuimu" sahutnya.

****

"Mau kemana pangeran?" Tanya Minjae penasaran, dengan Jake yanh mengenakan jubah hitam, yang biasa ia bawa kalau sedang ingin keluar dari istananya.

"oh Minjae, aku pikir....." Jake menggantungkan kalimatnya, ia takut kalau2 Minjae tak memberikan izin padanya untuk menemui pemuda Park.

"bertemu dengannya lagi? kau yakin akan aman? kau sendiri  buronan sekarang." Minjae selalu tahu isi hati Jake, karena ia memang bisa melakukan hal itu.

Jake menunduk.

"Aku mohon, aku janji ini yang terakhir kalinya aku menemuinya" ucapnya sungguh2.

"Fyuhhhh, baiklah. tapi janji, ini yang terakhir" Jake menatap ke arah Minjae yang terlihat tak rela.

Jake tersenyum senang, lalu mengangguk antusias.

"jangan pulang terlalu malam, aku tak mau para prajurit itu menemukanmu pangeran."

"Baiklah"

"Mau kuantar?"

"tidak usah aku bisa sendirian."

Jake melesat menuju bumi, sedangkan Minjae mengawasinya dari balik awan. di atas sana, Huijun tersenyum menatap Minjae. sebelum akhirnya menghampiri pemuda berdimple itu.

"Kau sangat menyayanginya"

"ya.. dia sudah kuanggap sebagai adikku sendiri" ucapnya berbohong.

tbc

●●○○●●○○

Btw, ada yang setuju gk? kalo aku remake Us Jayke jadi Us JakeJay?

Jake seme btw

gatau, tiba2 kepikiran bikin Jake jadi semenya Jay.

Ehmmm... Remakenya mungkin bakal beda, cuman ya..... masalahnya tetep sama... hehe..

Kasih aku saran plisss.....

Kisah dikala senja ( jayke)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang