N

593 95 4
                                    

"Kau tak apa?" tanya Jake memastikan seluruh tubuh Jay baik2 saja.

Jay mengangguk, pemuda Park itu menajamkan penglihatannya pada seluruh tubuh Jake. kedua bola matanya membulat panik, saat ia melihat luka tusuk ditubuh Jake.

"Lukamu!?"

Jake menyetuh bagian tubuhnya yang tertusuk, seraya meringis pelan saat tangannya bersentuhan dengan lukanya.

"Tubuhku punya kemampuan untuk sembuh dengan  cepat. paling beberapa jam lagi pasri akan kering" ucapnya disertai senyum manisnya.

Jay hanya diam, sedikit merasa khawatir dan bersalah kini menghinggapi hatinya. harusnya ini semua tak terjadi, agar Jakenya baik2 saja. memang sudah seharusnya mereka tak bertemu bukan?

"Jake maaf" Ucapnya, Jake menatapnya bingung.

"Untuk apa?"

"Untuk semuanya"

"Kau bicara apa? sudah.. ayo pergi dari sini. soal luka ku, tak usah di pikirkan. sebentar lagi pasti mengering"

****

"Kalau aku berhasil mendapatkan Jake, apa imbalannya?" Seseorang dengan jubah hitam bergradasi merah duduk bersimpuh di lantai yang dingin dengan suasana mencekam.

"Apapun, asal kau membawanya hidup2" sedangkan di atas sana, seseorang terduduk dengan senyum angkuh di atas singgasananya.

"Aku pegang janjimu... apapun!!"

"Baiklah, selamat bekerja Jongho"

pemuda yang bernama Jongho itu dengan secepat kilat menghilang dari sana. sedangkan seseorang yang duduk di kursi singgasananya hanya menatap datar kepergian pemuda itu.

"Apa kau benar2 akan memberikan keinginan pemuda Choi itu?" Seseorang dari arah barat nampak berjalan ke arah kursi tempat seseorang lain duduk.

"ya, pengecualian untuk Kang Yeosang. aku tahu, dia ingin pemuda itu kembali padanya. tapi, aku akan memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan neraka ini. kau tahu pemuda Kang, dia sangat kuat."

"Ya, dia memang sangat kuat. jadi, apa yang akan kau lakukan pada pemuda Kang itu?"

"Aku akan menjadikannya sebagai tameng saat kita berperang dengan kaum malaikat nanti"

"menarik"

****

"Benarkan, lukaku sangat cepat sembuh. buktinya, sekarang sudah mengering tanpa bekas" Ucap Jake bangga.

"Aku tahu"

"Tahu apa?"

Jay mengendikkan bahunya, malas menanggapi ocehan Jake. membuat Jake mendengus tak suka, lalu ia beralih pada tangan Jay. tangan kanannya Jake langsung menautkan jemarinya pada tangan Jay.

"Aku mencintaimu"

"Aku juga"

****

"Aku lelah, memangnya kita mau kemana?" keluh Jake, sudah hampir setengah hari mereka berjalan di hutan yang terlihat tanpa celah. banyak pepohonan tinggi yang berbaris disisi mereka.

"Ke tempat dimana hanya ada kau dan aku"

"Terserah" Jake lelah, Jay terus menerus mengatakan hal itu setiap kali ia bertanya akan kemana.

"Jay, kau dengar?" Jay tak menjawab, ia hanya menajamkan pendengarannya.

"Sepertinya di sekitar sini ada permukiman, ayo mampir sebentar. aku haus, juga lelah" Jake melangkahkan kakinya mencari sumber suara.

"Baiklah, kau lelah? sini ku gendong naiklah" Jay segera berlari ke depan Jake. lalu berjongkok, untuk memudahkan pria mungilnya naik ke punggungnya.

Jake langsung menaiki punggung pemuda itu. setelah dirasa pada posisi yang pas, Jay segera menjalankan kakinya. ia tak menggunakan kekuatannya, karena mengingat ia belum pulih betul. pertarungannya dan Sunwoo menyita tenaganya, sungguh.

"Apa kita sudah dekat?" tanya Jay

"sepertinya, teruslah berjalan"

"berat sekali tubuhmu, apa yang kau makan sebenarnya? tubuh mungil ini sampai seberat gajah" Jay terkekeh diakhir kalimatnya, membuat Jake mendengus dengan bibir yang maju ke depan.

"Yak, itu hanya kau saja yang lemah." Jake memukul bahu Jay dengan beringas. pemuda Park itu sampai mengaduh sambil meminta maaf.

"Maaf, maaf, maaf. aduh hentikan"

Jake akhirnya menghentikan kegiatannya, saat ia dan Jay sampai di gapura desa.

"Sepertinya kita sudah sampai, turunkan aku Jay" Pinta Jake, Jay langsung menurunkan tubuh mungil Jake.

"Istirahat sebentar ya, aku lelah" Jake mengangguk sebentar, lalu keduanya mendudukkan diri di dekat gapura.

"Apa kau mencium aura aneh?" tanya Jake pada Jay, Jay mengalihkan pandangannya pada gapura yang terlihat kuno itu.

"Tidak, kau merasa aura aneh. mungkin karena kau belum terlalu familiar. auranya tak aneh, aku pastikan kalau ini perkampungan Vampir" ucap Jay menanggapi komentar Jake.

"berarti tak ada air disini yang bisa kuminum, hanya darah. begitu? tidak, aku tidak mau berdekatan dengan benda cair kental berwarna merah itu"

"Ini hanya dugaanku, mungil"

"Apa, mungil? ingin ku bunuh kau?"

"Bunuh saja, nanti kau akan menjadi janda seumur hidup. haha" Jay sibuk menertawakan pemuda disampingnya, sedangkan Jake hanya mendengus  tak suka.

****

Hari sudah hampir larut, keduanya masih berjalan2 mencari penginapan yang pas. diluar dugaan, pedesaan ini ternyata bukan pedesaan para Vampir. penghuni desa ini ternyata merupakan para Penyihir. yang untungnya, memiliki hubungan baik dengan para Vampir.

""kita mampir disini saja, sepertinya tempat ini bagus" ucap Jake, lalu membawa Jay masuk ke dalam.

tbc

****

bosenin gak sih?

Kisah dikala senja ( jayke)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang