L

566 103 2
                                    

Terlihat, di sebuah danau di dekat gubuk kecil. Jake tengah memainkan air yang mengisi separuh cekungan itu, kesana kemari. Dengan sangat nekat, malaikat itu pergi ke bumi, menimbulkan kegelisahan dari Minjae.

Jake menimang2 apa yang harus ia lakukan sekarang, ingin sekali rasanya kembali pada Jay. tapi, entah ia pun tak tahu kenapa. ia malah merasa takut, akan sesuatu yang akan terjadi. entah sesuatu apa itu?

"ck, ini tak berguna" gerutunya, lalu melangkah pergi ke rumah yang dulu pernah ia tinggali.

****

Jay menahan semua amarahnya, saat dengan lancang Sunoo menyebutkan Jake sebagai halangan untuk hubungannya dengan Jay. pemuda Park itu mendesis pelan, dengan mata yang tertutup berusaha merendam emosi yang akan memuncak beberapa detik lagi.

Baru saja berniat pergi menenangkan dirinya, karena pikirannya yang tak sinkron selalu saja memikirkan malaikat itu. tapi, masalah datang menambah penat pikirannya. bertengkar, hanya membuang waktu, terlebih lagi membuang tenaga.

"Cukup, Kim Sunoo!! kau tak pernah mengerti!!"

"Apa yang tak aku mengerti park?" Sunoo terlihat menatap tajam pemuda di depannya.

"Semuanya, segalanya!! sudah ku bilang pada Ayah untuk membatalkan perjodohan ini. lalu kenapa kau masih bersikeras untuk tetap disini?" sedikit membentak mungkin tak apa, Jay menatap nyalang amarahnya benar2 meledak.

"Karena ayahmu tak pernah membatalkan perjodohan itu!! asal kau tahu itu!! kau tak pernah mengerti, kenapa kita dijodohkan. dan sialnya, sekarang aku yang jatuh padamu"

"Aku tak perduli, menyingkir dari sini. kau menghalangi jalanku, Kim."

Jay berjalan maju, lalu menyenggol bahu sempit Sunoo.

"berhenti, membicarakan tentang perjodohan itu. aku muak, pergi jauh daei kastil ini. aku tak membutuhkan orang sepertimu" Jay berjalan menjauh dari Sunoo yang mematung disana.

"Ancaman itu sungguh tak berguna, aku akan tetap disini. karena sebentar lagi, aku akan menjadi istrimu Park. mau tak mau itu akan terjadi"

Jay mengepal erat tangannya, dengan secepat kilat ia melesat. tak mau lagi berbagi tempat yang sama dengan Sunoo. ia lelah, dan muak terus melihat pemuda manis itu.

****

disinilah Jay, duduk termenung di dekat rumah Jake. satu yang membuatnya penasaran, kenapa lampu rumah itu menyala? bukankah, kemarin sebelum ia pulang ke kastilnya lampu itu mati? sungguh, tak ada penerangan lain selain lampu itu.

Di jendela yang terletak, di bagian teras rumah itu. Jay melihat bayangan seseorang yang terlihat karena cahaya terang yang berada di sana.

"Apa ada yang baru menempati rumah itu?" gumamnya perlahan.

merasa tak mendapat jawaban yang pasti. ia pun berniat untuk mengunjungi rumah itu, hanya sekedar memastikan siapa pemilik rumah yang pernah di tempati Jake.

Tok, tok, tok

dengan langkah yang agak ragu, ia mengetuk perlahan pintu yabg terbuat dari kayu itu. desain yang agak kuno selaras dengan warna kayu yang melekat di pintu tersebut. Terdengar derap langkah yang begitu kentara dari dalam sana. ia yakin secepatnya pemilik rumah pasti akan membuka pintu di depannya ini.

ceklek

keduanya tertegun, baik pemilik maupun tamu. Jay tersenyum cerah, saat mengetahui siapa yang membuka pintu rumah ini. pemilik rumah yang sangat ia rindukan, Jakenya. pemuda yang membuatnya cepat atau lambat jatuh ke dalam pusaran cinta.

"Jake" segera ia dekap tubuh pemuda mungil itu.

Jake tak bereaksi apapun, ia tak juga membalas pelukan pemuda Park. Ia hanya diam, tak berniat membalas pelukan dari Jay. membuat Jay melepas pelukannya dan mengeryit heran.

"Kau tak merindukanku?" Jake menggeleng, bukan. bukan ia tak merindukan Jay, hanya saja...  entahlah.. ada yang aneh padanya.

"Aku... aku... tentu saja merindukanmu!!" Jake tersenyum manis, mencoba menyakinkan Jay.

"Bagaimana kalau kita kabur?" Jay mengerutkan keningnya

"maksudmu?"

"kita pergi menjauh dari sini, kita mulai semuanya dari awal. kita bentuk keluarga baru, hanya ada kau, aku dan anak2 kita Jay" Jake merutuki bibirnya yang dengan polosnya bisa selancar itu mengatakan kalimat yang baru saja ia ungkapkan.

Jake sedikit menunduk, pikiran dan bibirnya sungguh tak sinkron.

"Apa pun yang kau inginkan malaikat Sim" Jay mengusap lembut surai Jake.

Jake tersenyum sumringah, menatap lamat kearah Jay.  lalu berpaling ke depan, disana ia melihat siluet seseorang yang berhasil membuatnya memicingkan matanya.

"Ada apa?" merasa tak ada jawaban, jay berbalik menengok ke arah belakang. hanya ada pepohonan rindang yang bergoyang karena angin di penglihatannya, selebihnya tak ada.

"Ada apa Jake?" tanyanya lagi, memastikan yang dilihat pemuda mungil di depannya.

Jake menggeleng.

"Ayo pergi dari sini, kita ucapkan sumpah di lembah. saat pertama kali kita bertemu Jake." Ucap Jay, lalu menarik tangan Jake. membawanya berteleportasi ke lembah yang disebutkan.

tbc

●●○○●●○○

hm....

disini ada Markbam shipper?

kalo ada, tolong dong rekomen ff markbam yang seru, yang genre angst, fantasi, action, ato pun yang incest...

plisss banget..

makasih dah baca vote and komen.. hihi...

Kisah dikala senja ( jayke)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang