I

628 112 7
                                    

Jake berusaha menyusuri tempat2 yang pernah ia kunjungi bersama Jay. sebab ia tak menemui pemuda itu di tempat tinggal biasanya, saat Jake masih berada di bumi beberapa waktu lalu.

Jake mendesah pelan, saat ia tak jua menemukan pemuda bersurai blonde tersebut, di manapun tempat mereka sering kunjungi. sebenarnya kemana, pemuda tampan itu?

"Aku lelah" keluhnya, sambil menyangga tubuhnya dengan tangan mungilnya yang sengaja ia topang di kayu besar sampingnya.

"Jongseong" Ucapnya 3 kali, sudah lebih dari 100 kali ia memanggil2 nama pemuda Park itu, namun tak pernah dapat ia lihat adanya asap putih di sekitarnya.

hari semakin siang, ini kesempatan terakhirnya bertemu dengan pemuda yang ia cintai. kalau terus tak menemukan pemuda itu, maka percuma dan sia2 saja perjalanannya. menemukannya pun terasa sangat tak mungkin, karena ia tak menemukan dimana letak pemuda itu sekarang.

waktu tinggal sedikit, untuk ia tetap berada di bumi.

"Aku tak tahu kau dimana, tapi aku merindukanmu. dan ingin bertemu denganmu, sekarang sepertinya tak akan pernah bisa bertemu denganmu lagi Seongie" Jake mengusak rambutnya Frustasi.

"Mungkinkah, aku memang harus melupakanmu? dan... ehmmm... menjadi istri kakakku yang gila? aku menyerah, menyerah dengan perasaanku sendiri. aku tahu ini salah, tapi lebih salah kalau aku menjadi istri kakak kandungku sendiri.

Harus bagaimana aku? aku tak punya alasan apapun lagi di dunia ini, jika pun kau tak mau menemuiku. Haruskah aku pergi menyusul orang tua ku? ini berakhir, bukan. tapi kisahku, semua akan berakhir mulai hari ini.

aku lelah dengan perasaanku sendiri, aku lelah merindukanmu, aku lelah. lelah berjuang seorang diri, dengan rindu yang menusukku"

Jake menggeleng, menahan rasa panas di mata cantiknya.

"Aku bisa mati dengan perasaan ini" Jake terduduk di samping kayu besar tadi.

Jake memutuskan ubtuk beristirahat sebentar, menghalau rasa pegal di kakinya. karena selama ia mencari pemuda itu, ia hanya berjalan kaki. tak mau menggunakan kekuatannya, karena bisa menarik bangsa iblis untuk menculiknya.

****

Sekitar 3 jam lagi senja akan datang di langit yang biru cerah tanpa awan. Jake menghela nafas sebentar, sebelum membasuh wajahnya di danau yang berada tepat di tengah hutan.

"Dimana kau?" gumamnya, saat tak sengaja matanya menangkap bayangan burung elang yang bertengger di dahan pohon pinus tua.

srek
srek
srek

suara derap kaki yang menginjak ranting kering di atas tanah kentara terdengar di daun telinga Jake. keningnya mengerut, waspada dengan pemilik langkah. di ambilnya belati yang memang tersimpan di saku jubahnya. jaga2 kalau pemilik langkah itu adalah orang jahat yang akan melakukan hal tak diinginkan kepadanya.

Langkah semakin jelas terdengar, dengan iringan suara daun maupun ranting terinjak. Suara itu terhenti, bayangan seseorang kini memenuhi separuh air. bayangannya tak terlihat dengan jelas, karena baru saja ada daun yang menguning jatuh tepat di mana bayangan itu jatuh.

"Siapa kau?" nada berat dengan tambahan serak memenuhi telinganya.

Jake mendelik, sebelum akhirnya berdiri dan membalik tubuhnya.

"Jake, aku tak berniat jahat padamu" ucapnya setenang mungkin, walau begitu ia tetap waspada.

"Darimana kau? setahuku tak pernah ada manusia yang pernah sampai ke dalam hutan gelap ini.

Jake tak bisa sembarangan jujur, dan mengatakan kalau ia adalah malaikat. karena di bumi, banyak yang tak bisa di percaya. bisa saja mereka bersekutu dengan iblis musuh besar bagi malaikat.

"Aku.... tersesat, tak tahu jalan. dan berakhir kelelahan, beristirahat sebentar disini mungkin akan membuatku lebih baik" ucapnya diakhiri dengan tersenyum.

"Jujur saja padaku, kenapa kau ingin bertemu dengan Jongseong?" Lelaki malaikat itu mendelik, kedua alisnya terangkat.

"Apa maksudmu? siapa Jongseong?" ia bersandiwara seakan tak tahu siapa Jongseong, meski begitu ia tetap penasaran darimana pemuda ini tahu apa yang ia cari.

"Aku tahu semua isi pikiranmu, malaikat Sim. kau ingin bertemu dengan Jongseong kan? ah ya perkenalkan aku Park Jisung. sepupu Jongseong." pemuda itu mengulurkan tangannya untuk dapat disambut dengan tangan mungil milik Jake.

Jake menyambut pelan tangan dingin, sedingin es itu. ia tersenyum lembut ke arah Jisung, memberikan sedikit kesan ramah.

"Sim Jaeyoon, panggil saja Jake" ucapnya lalu menyudahi tautan keduanya

"Aku yakin kau bukan manusia biasa. ada apa antara kau dan Jongseong?"

"Hanya teman, tapi bolehkah aku bertemu dengan Jongseong?" tanyanya dengan nada ragu.

Tak disangkan, Jisung menyanggupi keinginan pemuda Sim. hingga sekarang mereka berdua telah berada di kastil tua tempat Jongseong tinggal saat ini.

"Mau ku antar ke kamar Jongseong?" tanyanya ragu, ya.. karena ia telah membawa orang asing ke kastil ini. Jake tak menjawab apapun, ia hanya mengangguk sekaligus memandangi dengan takjub bangunan kastil tua yang berdiri dengan gagah.

Meskipun ia yakin pemuda di hadapannya ini akan mengantarkannya pada Jay. ia tetap waspada, takut2 jika pemuda ini hanya membohonginya.

"Ini kamar Jongseong, kau boleh masuk sekarang" ucap Jisung yang diangguki dengan senang oleh Jake.

rasa bahagia menjalar ke seluruh tubuhnya, mengirim sinyal untuk segera masuk menemui pemuda Vampir yang dicarinya.

Tok, tok, tok

"Masuk"

ceklek

Matanya bersitatap dengan manik kembar pemuda di dalam sana. nampak pemuda itu terkejut melihatnya yang sedang tersenyum ke arah pemuda tadi. dengan langkah tergesa pemuda itu berlari ke arah Jake.

"Jaeyoon"

Bruk

kedua raga mereka saling bertubruk, Jay memeluk erat tubuh mungil itu.

"Aku merindukanmu"

tbc

○○●●○○●●

ada yng kangen?:v

maap baru up, kemarin2 sibuk sekolah.

btw tentang jakejaynya entaran ya... aku masih sibuk buat pub cerita batu

Kisah dikala senja ( jayke)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang