C

803 138 10
                                    

Hari ini, hari terakhir Jake berada di bumi. dan pastinya, hari ini adalah hari terakhirnya bertemu dengan Jay. Di depan pintu, Minjae sudah berdiri menunggu Jake selesai berkemas.

Di kejauhan, Jay menatap miris kearah tumah yang ditempati Jake. ia tersenyum samar, saat melihat Minjae tengah berdiri di ambang pintu.

Ia ingin sekali pergi menghampiri Jake, sekedar mengatakan 'selamat tinggal Jake'. tapi kakinya terasa berat, setelah melihat Minjae. Ia memilih untuk tetap berdiri disini menatap pedih kearah Jake. Lagi2 rasa yang aneh, kenapa ia kembali merasakan perasaan yang aneh ini?

Ia menghela nafas perlahan, senyumnya kembali merekah. saat melihat pemuda yang ia tunggu sudah keluar dari rumahnya.

Jake menatap sendu ke arah bawah, Minjae yang menyadari tatapan berbeda Jake itu terdiam sebentar.

"Ada apa pangeran?" tanyanya, kepada Jake yang tengah murung.

"ah, tidak" Jake berusaha menampilkan senyum manisnya, tapi tetap saja Minjae tak dapat di bohongi.

"Ingin bertemu Vampir itu untuk terakhir kalinya?" Tanya Minjae, yang membuat Jake yang membuat Jake menatap bingung pemuda di depannya.

"K-kau!?"

Minjae menutup sebentar matanya, sebelum bersitatap dengan Jake.

"Aku tahu, dia disana. dibalik pohon cemara, 200 meter dari sini." Ucapnya dengan nada berat.

Lantas, Jake menoleh kearah pohon cemara tunggal yang berusia beratus2 tahun. pohon yang besar, mampu menyamarkan tubuh Jay. Walaupun begitu, siluetnya masih terlihat meski agak samar dari tempat Jake berdiri.

"Pergilah, tapi hanya sampai tengah hari saja. karena Ayahmu menyuruhku untuk membawamu pulang sebelum senja" pelan Minjae, pada Jake.

Jake mengangguk pelan

"Terimakasih Minjae"

Minjae tersenyum, lalu mengangguk pelan. sambil memperhatikan Jake yang tengah berjalan menghampiri Jay di pohon cemara.

Jay merasa penasaran, dengan gerakan Jake. yang mana, tengah berjalan kearahnya. ia menatap lamat pemuda mungil itu. sedangkan Jake hanya tersenyum, sambil mengayunkan kedua kakinya kedepan dan belakang.

"Seongieeeeee" teriaknya, sesaat setelah sampai di depan Jay.

Jay tersenyum canggung, ia menatap heran kearah Jake.

"kenapa kemari? bukannya kau akan pulang Jake"

"euhmmmm, benar.. tapi Tak ada salahnya.. kalau kita bermain sebelum pulang, bagaimana?"

"Baiklah, mau kemana kita?"

"Euhmmm, gunung, danau, taman. ah tidak2" ia bergumam dengan ekpresi tengah berpikir

"bagaimana dengan..." Belum sempat Jay berucap, Jake sudah lebih dulu menyelanya.

"Pantai, aku ingin ke pantai Seongie"

Jay terkekeh, lalu mengusak pelan rambut Jake.

"Ayo" ucap Jay bersemangat.

"ya... Ayo" Jake menggandeng tangan Jay, lalu berjalan riang ke arah pantai.

Minjae menatap keduanya, sampai siluet mereka benar2 tak terlihat. Ia tersenyum, sampai lesung pipinya terlihat.

"Kau terlihat bahagia bersama Jay, pangeran"

****

Deburan ombak, serta terpaan angin dingin menusuk kulit, begitu rerasa di bawah bayangan pohon kelapa yang berjarak 150 meter dari bibir pantai. Jay memejamkan matanya menikmati hembusan angin pantai yang dingin.

Keduanya terdiam seribu bahasa, sibuk menikmati nyamannya suasana pantai. meski pun sudah agak siang, cuacanya masih terasa dingin.

"Aku pasti akan merindukan ini semua" Jake berucap lirih.

sedang di sebelahnya, Jay. hanya mengangguk pelan, ia juga begitu.

"Apa kau akan tetap disini?"

"Hah? maksudmu?" kedua alis Jay bertaut, ia tak mengerti dengan ucapan pemuda manis di sebelahnya.

"Maksudku, kau tidak akan pimdah kemana pun? bukan kah kau bilang seminggu yang lalu, kau punya rumah selain disini?"

Jay mengangguk pelan

"Iya, tapi... mungkin aku akan tetap disini"

"Boleh aku memelukmu?"

"Iya, tentu saja."

Dengan segera Jay mencondongkan tubuhnya. mendekat kearah si manis, lalu menubruk pelan tubuh Jake. mengusap punggung belakang Jake yang menenggelamkan kepalanya di dada bidang Jay.

"Jay, bagaimana bila aku mengatakan aku jatuh cinta padamu? apa yang akan terjadi? apa yang akan kau jawab? apa yang akan kudapatkan? aku benci ini semua..." Jake membatin, kedua matanya terasa panas, dan berakhir liquid bening jatuh dari netra cantiknya.

Pelukan mereka masih belum terlepas. Jake mekin mempererat pelukan keduanya.

"Jake? kau menangis? ada apa?"

Jay melepas pelukan mereka, Benar saja Jake menangis disana. airmatanya terlihat jelas turun membasahi kedua mata cantik Jake.

Jake menggeleng, tak mau Jay tahu tentang hatinya. tapi, tanpa sepengetahuan Jake. Jay tahu tentang isi hati Jake Bahkan tentang Jake mencintai Jay. Salah satu kekuatan Vampir adalah mengetahui isi hati orang lain.

"A-aku... tidak apa Jay..."

Jay tersenyum simpul, kedua tangannya ia arahkan ke permukaan halus wajah Jake. ia tersenyum sebentar.

Cup

bilah bibirnya menyentuh kening mulus Jake. Sedangkan Jake melotot tak percaya, ketika benda kenyal berwarna merah milik Jay melekat apik di kening mulusnya. pipinya kembali memerah sempurna, ah sungguh kenapa pemuda di depannya suka sekali membuatnya gugup.

"Jangan merindukanku! aku yakin suatu saat nanti kita akan bertemu. sampai jumpa Jake" Jay berucap, lalu menjauhkan bibirnya dari kening Jake.

"Ayo pulang, ini sudah lewat tengah hari. mari kuantar"

****

"Aku pergi Jay... sampai jumpa lagi...." Jake kembali menitikkan airmatanya, menatap ragu keputusannya untuk pulang ke kayangan.

"Iya, jaga dirimu baik2. oh iya, aku ingin memberikanmu liontin ini." Jay merogoh saku celananya, lalu memberikan liontin berwarna merah darah yang menyilaukan mata.

"Liontin ini?" Jake menatap ragu Jay.

"Liontin ini hanya kaum kami yang memilikinya. Kau bisa ambil ini sebagai pengobat rindu kalau kau merindukanku" Jay tersenyum, lalu mulai memasangkan liontin merah menyala.

"Selamat tinggal"

Jay melambaikan tangannya, saat ia pergi meninggalkan Jake yang siap kembali ke kayangan bersama Minjae. Jake membalas lambaian Jay dengan pelan, airmatanya kembali menitik sempurna.

****

Aku gak bisa up sering2 ya.. guys. maaf banget.

Harusnya jadwalnya besok, tapi aku up hari ini. takut gak sempet.

Kisah dikala senja ( jayke)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang