Jake berusaha memutuskan rantai dingin yang mengikat tubuhnya. namun, semakin ia berusaha rantai itu semakin mengikatnya kuat. hingga ia hampir kehabisan nafas. gerakannya terhenti sementara.
ia masih meraup udara dengan rakus. ia mencoba menggunakan kekuatannya, namun nihil. kekuatannya tak dapat ia gunakan. dan sialnya, tubuhnya terasa lemas sekarang. efek terlalu banyak menggunakan kekuatan miliknya.
"BRENGSEK KAU SUNWOO" Teriakannya menggema ke seluruh ruangan istana. ia tak perduli itu, sedangkan Sunwoo yang mendengar teriakan Jake menggema hanya terkekeh pelan.
"Shutt, pangeran Jaeyoon" Jake mengeryit heran saat kedua telinganya mendengar bisikan aneh dari arah balkon kamarnya.
Ia memperhatikan balkon itu, disana ada sebuah tangan besar. ia tahu tangan siapa itu, karena sungguh ia kenal betul dengan rupa pemilik tangan. Pemilik tangan itu Song Minjae. Jake tak menjawab, ia memperhatikan bagaimana tangan itu secara perlahan memanjat dinding balkon, dan nampak seorang pria yang tersenyum dengan lesung pipi.
"Hai" Pria itu melambaikan tangannya dengan suara pelan.
ia berjalan berjinjit ke arah Jake yang duduk di kursi dengan ikatan rantai di tubuh kecilnya.
"Aku akan melepaskanmu, tenang saja pangeran" Minjae menarik Rantai itu secara kuat agar terlepas dari tubuh Jake.
Sudah sangat lama ia berjuang melepaskan rantai yang mengikat Jake. namun usahanya sia2 rantai itu tak mau lepas.
"Ck, apa rantai ini terbuat dari dosa pengeran Sunwoo. sehingga tak dapat dilepas dengan mudah"
"Mungkim saja, hahaha...." Jake terkekeh mendengar gurauan aneh Minjae.
"Jae, coba gunakan kekuatanmu" usul Jake
Minjae mengangguk, lalu ia mengeluarkan kekuatannya. kedua sayapnya terlihat, berwarna putih, seputih salju. manik matanya berubah menjadi berwarna ungu gelap.
Api memercik dari kedua tangan kekarnya. lalu dengan hati2 ia arahkan ke tubuh Jake. sekali tak berarti apa2. rantai itu tetap tak mau lepas.
"Bagaimana ini?" tanya Jake, ia mulai gelisah.
"Tenang saja pangeran, aku pastikan aku akan membawamu pergi dari sini, aku janji" ucap Minjae sungguh2.
Akhirnya, dengan segala usaha pemuda Song itu, rantai yang mengikat di tubuh Jake dapat ia lepaskan.
"Kau lihat? aku sudah bilang kan? aku akan membawamu pergi dari sini! ayo pergi, sebelum ada yang melihat kita" Jake mengangguk, lalu secara perlahan ia berdiri dari kursi tersebut.
Namun buruk baginya, ia terjatuh karena tak bisa menopang tubuhnya sendiri. Untungnya Minjae dengan sigap menggapai tubuh Jake. lalu merengkuhnya sesaat.
"Kau tidak apa?" tanya Minjae, pemuda mungil itu menggeleng.
"Ayo pergi, bisa jalan?"
"Sepertinya tidak Jae, kau lihat sendirikan tadi?" Minjae mengangguk paham.
"Bagaimana kalau kau ku bawa ke rumah sepupuku?"
"Baiklah, terserah kau.. yang penting kita pergi dari sini"
Minjae melepaskan rengkuhannya, lalu menggendong pemuda sim. ia berjalan pelan ke arah balkon kamar.
setelahnya ia mulai mengepakkan kedua sayapnya siap terbang.
Ceklek
sial, kedua telinganya mendengar suara gagang pintu yang di putar. Jake membeku, sedang Minjae tak berani menatap ke belakang. dengan segera ia melesat jauh, setelah satu suara mengusik ketenangannya.
"pencuri, jangan bawa calon istriku.. Song Minjae..." Suara Sunwoo menggelegar, membangunkan suara gemuruh serta kilatan diatas awan.
Jake memeluk takut pemuda Song yang tengah menggendongnya.
"Kakakmu marah padaku"
"Aku tahu"
●●○○●●○○
Tok, tok, tok.
Dengan perlahan Minjae mengetuk rumah sang sepupu. berharap sepupunya masih berada di rumah mereka. dan entah sebuah keberuntungan atau apa? sepupunya itu tengah berada di rumahnya.
biasanya sepupu Minjae akan sangat sibuk bekerja sebagai tabib.
"Ya siap.." pemuda itu menyembulkan kepalanya, ucapannya terpotong oleh sebab ia tersenyum lembut kearah Minjae.
Kedua netranya menuruni wajah Minjae secara perlahan. disana ia melihat pemuda lain sedang dibawa oleh sepupunya. melihat pemuda yang tengah digendong oleh sepupunya itu, pemilik rumah akhirnya membuka pintu secara penuh.
"Masuklah" pintanya perlahan, lalu menjauh dari ambang pintu.
"Huijun, bisa aku meminta sedikit makanan?" tanya Minjae kepada pemuda yang ia sebut 'Huijun'
Huijun tak berbicara sedikit pun, ia menuruti pemuda Song. lalu berjalan menuju dapur, disana ia menyiapkan makanan untuk 2 pemuda lain.
Sementara itu, Jake tak mengeluarkan sepatah kata pun. ia sibuk memikirkan Jongseong, entah kenapa tiba2 ia jadi teringat pemuda itu. tentang rasa, ia masih menyimpannya dengan baik. bahkan rasa itu menimbulkan rasa rindu yabg teramat di hatinya.
ia tak mengerti, mengapa malaikat sepertinya bisa jatuh cinta pada Vampir seperti Jay. ia tahu ini dosa besar, tapi? apa salahnya jika ia memiliki perasaan ini?
"Pangeran kenapa kau melamun?" tanya Minjae tiba2.
"Ah, tidak"
"Aku tahu kau merindukan Jongseong pangeran"
Jake tak dapat berkutik, memang benar ia merindukan pemuda Park itu. Minjae meraih tubuh kurus itu masuk ke dalam pelukannya. mengabaikan derap langkah yang semakin kentara, yang berasal dari Huijun.
pemuda itu membawa satu nampan di tangannya, dengan 2 piring dan gelas diatasnya. memandangi 2 orang yang tengah berpelukan dengan pandangan. sayu. ia menjatuhkan perlahan nampan itu di nakas samping kirinya, lalu tangan kirinya meremat keras baju bagian dada.
"sakit....." lirihnya perlahan"
tbc
○○●●○○●●
janlup votment makasih...
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah dikala senja ( jayke)
Random"berjanji untuk bersama?" Js "berjanji" Jy dan, dihadapan tuhan.. mereka bersimpuh. membuat janji yang akan menjadi penyangga cinta mereka. meskipun dunia menentang keduanya, tak memberikan tempat dimanapun. mereka akan tetap bersama meskipun mengu...