Prolog

6.5K 519 154
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Ih, ada jerawat di jidat gue!" Teriakan itu sontak saja menyita perhatian murid-murid yang ada di kelas. Tapi tidak dengan Tavisha. Gadis itu tetap duduk tenang dengan headset di telinganya. Walaupun sebenarnya, ia masih bisa mendengar teriakan itu.

Bagaimana tidak? Carisa berteriak tepat di samping Tavisha. Sedangkan Tavisha memutar lagu dengan volume rendah.

"Visha, lihat nih! Duh, ini gara-gara ganti face wash. Aturan mah gue nggak usah ganti face wash!" gerutu Carisa dengan tangannya yang memegang cermin.

Diam-diam Tavisha meliriknya. Gadis itu mengembuskan napas pelan. Kapan terakhir kali dirinya memegang cermin? Ia takut berhadapan dengan benda itu.

"Buset, satu doang santai aja kenapa, sih? Lebay banget sampai dibuat snapgram," celetuk seorang cowok yang baru saja masuk ke kelas dengan memasukkan ponselnya ke saku celana.

"Gue insecure kalau jerawatan gini. Lo nggak bakal paham karena lo nggak ngerasain," balas Carisa kesal.

"Baru satu doang! Apa kabar sama Tavisha tuh yang jerawatnya seabrek," sahut temannya yang lain dan membuat banyak gelak tawa pecah di kelas itu.

Lagi-lagi, Tavisha tetap diam. Ia bersikap seolah tidak mendegar dan asik dengan dunianya sendiri. Tavisha hanya punya dua tangan yang tentu saja tidak cukup untuk membungkam mulut-mulut tidak bertanggung jawab itu. Tapi, ia bisa menggunakan dua tangannya untuk menutup telinganya.

Candaan seperti ini sudah biasa ia terima. Kerap sekali fisiknya dijadikan bahan candaan. Sekali waktu, pernah Tavisha mencoba berontak. Namun, coba tebak apa yang ia dapatkan setelahnya? Bukan permintaan maaf atau pengakuan rasa bersalah. Melainkan kata-kata, 'Dih, baperan! Kita cuma bercanda kali!'

Lalu mereka kembali mengejeknya.

Setelah itu, Tavisha tidak mau berucap seperti itu lagi. Walau sebenarnya dalam hati ia merutuk. Banyak yang berlindung di balik kata 'baperan' daripada meminta maaf.

"Iya juga, banyakan jerawat Tavisha. Tapi tetep aja gue nggak percaya diri kalau ada jerawat giniii," rengek Carisa meletakkan ceemin itu.

"Tanya tuh sama Tavisha, gimana dia bisa percaya diri dengan wajah penuh jerawat kayak gitu. Tanya sekalian gimana ngatasinnya," balas Deren--teman sekelasnya.

"Lah? Emang diatasin? Perasaan nggak ada perubahan apa-apa. Nggak pernah diatasin dia tuh," sambung Davina.

Tavisha ingin menggebrak meja melepaskan emosinya. Namun, ia sadar bahwa itu sia-sia. Tidak akan ada yang menggubrisnya. Justru mereka akan semakin gencar menjadikan fisiknya bahan candaan.

Mereka tidak tahu seberapa keras Tavisha mencoba mengobati jerawat-jerawatnya. Mereka tidak tahu seberapa lelahnya terus mencoba. Mereka tidak tahu. Mereka tidak peduli.

AmarangganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang