Sebuah tim seharusnya bisa saling meringankan beban satu sama lain. Bukannya membebankan pada yang satu, sedangkan yang lainnya asyik memangku tangan.
Tavisha hanya diam ketika teman-temannya sudah rusuh memilih kelompok. Ia terlalu enggan mempermasalahkan semuanya. Sudah cukup tugas yang guru berikan dan insiden ulangan tadi pagi menyita ruang di kepalanya. Gadis itu tidak mau menambah pikiran dengan memusingkan siapa yang akan menjadi teman satu kelompoknya.Satu yang Tavisha harapkan, semoga teman satu kelompoknya bisa diajak kerja sama. Semoga diriny tidak mengerjakan seorang diri seperti yang sudah-sudah di mana teman sekelompoknya hanya menitip nama saja
Ya, semoga.
"Gue, Tavisha sama Carisa satu kelompok, ya." Bahu Tavisha melemas saat mendengar Davina memutuskan kelompok sepihak, bahkan tanpa mau repot-repot berunding dengannya.
Harapannya untuk bisa mengerjakan tugas dengan ringan harus pupus. Sebab seperti yang sudah-sudah, Davina dan Carisa hanya menyumbangkan ponsel mereka untuk searching tugas mereka. Selebihnya Tavisha yang mengerjakan.
Kalau boleh jujur, ia sangat muak dengan tingkah kedua temannya itu. Tapi, mau bagaimana lagi? Tavisha hanya punya mereka yang mau menerima keberadaannya.
"Wah, parah! Bisaan si Davina," cibir Deren tak terima. Dia juga ingin satu kelompok dengan Tavisha. Supaya bisa terima jadi. Kalau dengan orang lain, dia jadi harus turut serta mengerjakan tugas.
Deren seolah lupa dengan keributan setelah ulangan yang ia lakukan tadi pagi. Tavisha juga tidak mengungkit. Setelah dibawa Raja menuju perpustakaan dan diberi roti bantal serta susu coklat, keadaan hatinya lebih membaik.
"Gue belum kebagian kelompok. Gue ikut kelompok Tavisha!" celetuk Harshaka dengan nada judesnya.
Sungguh, melihat Davina yang tersenyum senang karena berhasil memasukkan Tavisha ke kelompoknya membuat Harshaka ingin sekali mencakar wajah cewek itu.
"Apaan, sih, lo! Nggak, kita udah pas." Davina bersikukuh mempertahankan posisi kelompoknya yang hanya beranggotakan dirinya, Tavisha dan Carisa.
"Tau tuh! Ya kali lo cowok sendiri," timpal Carisa membuat Harshaka berdecih.
"Suka-suka gue lah mau masuk mana. Lagian tiap kelompok itu harus emoar anggota, tinggal nyisa kelompok kalian aja." Harshaka tersenyum sinis ketika Davina tidak membalas ucapannya. Diam-diam dia melirik ke arah Tavisha yang kini menunduk mengambil buku di tasnya.
"Sini, biar gue yang tulis soalnya. Semua harus kebagian nulis. Yang nggak mau ngerjain, silakan keluar. Bikin kelompok sendiri," tegas Harshaka penuh penekanan.
Mendengar Harshaka yang seperti menyindir, membuat Davina kesal setengah mati. Ia menyorotkan pandangannya dengan tajam ke arah Harshaka. Laki-laki itu memang biang masalah. Coba kalau dia tidak datang, tangannya tidak perlu capek-capek melakukan semua itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amaranggana
Teen FictionDidedikasikan untuk semua perempuan yang kerap merasa insecure dan merasa tidak cantik. Setelah baca ini, semoga saja kepercayaan diri kalian bisa tumbuh perlahan. Bcs, you're beautiful with beautiful your mind🌻 ***** "Aturan mainnya, kalau lo ca...