12. Aku Tidak Cantik

1.9K 375 27
                                    

Bagaimana bisa saya menghargai diri saya sendiri. Sedangkan orang-orang tidak henti-hetinya membuat saya merasa tidak berarti dan tidak dihargai?

 Sedangkan orang-orang tidak henti-hetinya membuat saya merasa tidak berarti dan tidak dihargai?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu Tavisha, ya?" sapa sebuah suara. Tavisha yang baru saja pulang sekolah sedikit terkejut saat mendapati seorang perempuan yang membukakan pintu rumahnya.
Jika dideskripsikan, ukuran tubuh perempuan di hadapannya ini begutu ideal. Wajahnya putih bersih, dan ketika tersenyum. Muncul lesung pipit. Sangat cantik hingga membuat Tavisha merasa ... ah sudahlah. Dia tidak membuat suasana hatinya jadi buruk lagi.

"I-iya, Kak." Dari milyaran atau bahkan triliunan kata yang ada di muka bumi. Tavisha hanya bisa melisankan dua kata itu.

"Maaf hehe bukannya aku gak sopan. Tapi Mama kalian lagi ngurusin masakkan. Jadi aku minta izin buat bukain pintu. Eh iya, kenalin. Nama aku Tasya. Panggil aja Aca, ih aku tuh pengen banget ketemu kamu. Cuman Jae selalu bilang nanti terus. Akhirnya kita ketemu juga, salam kenal, ya Visha."

Oh tidak, perempuan ini kelewat ramah atau bahkan sangat ramah melebihi ramahnya admin olshop. Sangat berbanding terbalik dengan sikap jutek kakaknya. Meskipun begitu, keduanya sangat serasi. Kak Jae itu tampan. Kakak ini juga cantik. Pasangan yang serasi bukan?

Tavisha hanya menanggapi ucapan Tasya dengan senyum kaku. Dia sudah sangat lelah sebenarnya. Ingin membersihkan diri dan rebahan di kasur. Akan tetapi, saat melihat betapa antusiasnya Kakak ini. Tavisha jadi sungkan untuk mengatakan apapun.

"Aca,  ngapain diri di situ?!" Tavisha menghela napasnya.

"Ini lagi kenalan sama Visha. Dia lucu banget tau," kata Tasya tanpa melepas pandangannya dari Tavisha. Dia sangat ingin punya adik perempuan. Sayangnya tidak bisa, di keluarganya Tasya adalah anak tunggal. Dan Mamanya sudah tidak bisa mengandung lagi.

"Ngapain sih ngobrol sama dia. Udah ayo masuk. Kita lanjutin nugasnya biar bisa jalan," ujar Jae dengan nada ketus. Tak lupa dia melayangkan tatapan sinisnya pada sang adik.

Jujur saja. Ditatap seperti ini membuat Tavisha merasa sedih sekaligus marah. Sedih, karena kakaknya seolah begitu membencinya. Marah, karena dia sendiri tidak tahu apa salahnya sampai Kak Jae terlihat begitu membencinya.

Kadang Tavisha merasa, jadi anak kedua itu terasa seperti beban berat. Posisinya tidak pernah benar. Di mata papanya, Tavisha hanya seperti anak tidak penurut karena Tavisha tidak seperti Kak Jae ataupun Saga yang mengikuti pilihan papanya. Dan ketika dimarahi, biasanya dia akan dibandingkan dengan Saga juga Kak Jae. Tidak cukup di situ. Kak Jae ikut-ikutan memarahinya.

Mengingat semua itu membuat mata Tavisha berkaca-kaca.

"Kamu kok gitu? Tavisha anaknya seru. Dia juga cantik—" Jae memotong ucapan sang kekasih. Lalu menatap jengah ke arah Tavisha yang menundukkan kepalanya.

"Makanya aku saranin kamu pakai kacamata tuh gini. Masa modelan dia kamu bilang cantik? Yang bener aja lah!" Mendengar perkataan Jae membuat Tasya melotot. Dia menggeplak bahu kekasihnya lalu beralih menatap Tavisha. Kentara sekali kalau Tavisha terluka dengan ucapan kakaknya.

AmarangganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang