29. Permintaan Maaf

1.6K 311 57
                                    

Tiga kata ini, jangan sampai lupa.
Tolong, maaf, dan terima kasih.

Tiga hari Tavisha di rumah sakit, Nael kembali duduk bersama Jean

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga hari Tavisha di rumah sakit, Nael kembali duduk bersama Jean. Jean tidak lagi duduk di bangku pojok. Melainkan bersebelahan persis dengan Nael. Mereka kembali menjadi chairmate.

Tidak ada perbedaan yang menonjol ada Tavisha atau tidak. Seolah mereka tidak peduli dan pura-pura tidak menyadari bahwa gadis itu tidak masuk.

"Je, punya label atau correction tip enggak?" tanya Nael.

"Lo serius tanya gue, El? Harusnya lo tau modal satu bolpen itu udah lebih dari cukup buat gue," jawab Jean santai.

Nael berdecak. "Andai ada Tavisha, tempat pensilnya kayak toko ATK, Je."

"Ya udah sono lo ke rumah sakit pinjem ke Tavisha," jawab Jean asal.

"Lo pikir Tavisha bakal bawa correction tip ke rumah sakit?" Nael mulai nyolot.

"Lo tuh sekarang batas kesabarannya tipis, El. Natanaelku yang penyabar perlahan memudar," ujar Jean dengan nada sedih dan bibir yang mengerucut.

Sungguh, hal itu membuat Nael bergidik ngeri. Tidak ada lucu-lucunya sama sekali, justru membuat Nael geram ingin menutup wajah Jean menggunakan bantal.

"Dihh, nyebut lo, Je. Lo pisah tempat duduk sama gue jadi tambah nggak waras, ya."

"I'm fine without you," balas Jean santai.

Daripada semakin diladeni dan ditegur oleh Pak Pras——guru matematika, Nael memilih diam saja. Tidak ada habisnya jika meladeni seorang Jean. Seolah mulutnya tidak pernah kehabisan kosakata untuk membalas ucapannya.

Nael akhirnya memilih mencoret saja bagian yang salah. Walaupun sebenarnya, cowok itu lebih nyaman jika diberi correction tip saat salah. Tulisannya bisa terlihat lebih rapi dan lebih nyaman untuk dibaca. Namun, daripada kelamaan mencari benda itu, Nael memilih langsung mencoretnya saja dan melanjutkan mengerjakan soal.

Keadaan berangsur damai sampai bel istirahat kedua berbunyi. Pak Pras pun keluar dari kelas setelah murid-murid memberi salam. Jean mengangkat tangan untuk meregangkan ototnya. Sedangkan Nael mengusap wajahnya dengan tangan, lalu mengacak rambutnya singkat.

"Je, congrats, ya!"

Jean mengerutkan kening bingung mendengar ucapan Davina. Dia rasa tidak ikut lomba atau memenangkan apapun. Kenapa gadis itu memberikannya selamat?

"Lo ngigo, Dav?" tanya Jean.

"Kagak. Ya congrats aja, berkat Tavisha nggak masuk lo jadi bisa balik duduk sama Nael. Emang itu cewek tuh pengganggu banget. Semuanya bisa direcokin sama dia. Nggak tau diri," celoteh Davina.

"Iya, gue juga kesel tau sama dia. Kayak, lemah banget gitu? Disenggol diem aja, nggak bisa bela diri dia sendiri. Harus banget gitu nunggu Shaka atau Raja bantu? Cih, ngerasa cinderella kali, ya," sahut Renata, teman sekelas mereka.

AmarangganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang