7. Insiden Ulangan

1.9K 380 59
                                    

Bukan kamu yang terlalu lemah. Tapi menusia-manusia itu yang keberadaan hatinya patut dipertanyakan. Tidak apa-apa. Tuhan tahu apa yang kamu perbuat. Dan setiap perbuatan akan selalu ada balasannya bukan? Jangan berhenti jadi orang baik, ya.

 Dan setiap perbuatan akan selalu ada balasannya bukan? Jangan berhenti jadi orang baik, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebenarnya Tavisha masih ketar-ketir sejak kejadian tadi malam. Ketika Saga mengangkat telepon dari Deren. Sepanjang perjalanan menyusuri koridor, Tavisha membayangkan kira-kira apa yang akan terjadi padanya nanti. Kata-kata seperti apa yang akan dirinya terima nantinya.

Tavisha mengembuskan napas pelan. Masa SMA-nya sangat jauh dari ekspetasinya dulu. Dunia putih abu-abu terasa kejam seiring ia jalani. Tidak jarang Tavisha mengeluh diam-diam. Mengeluh tentang betapa lelahnya ia menerima garis takdir yang diberikan. Sesekali, Tavisha ingin menepi dari segala kerumitan ini.

Namun, Tavisha tidak tahu bagaimana caranya.

Sudahlah, memikirkan tentang hidupnya hanya membuatnya merasa menyedihkan.

Gadis itu berhenti sejenak. Mengembuskan napas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya dengan perlahan. Ia mengusap bahunya sendiri. Bibirnya berkomat-kamit merapalkan semangat untuk dirinya sendiri.

Setelah dirasa lebih baik, Tavisha kembali melanjutkan langkahnya.

Ia melangkahkan kakinya menuju kelas. Baru beberapa langkahnya di dalam kelas, gebrakan meja membuatnya terperanjat.

"Lo kemarin main sama siapa woi malem-malem?" Deren bertanya dengan nada suara yang sangat keras.

"Masa kemarin yang ngangkat telepon cowok dong? Wah, Visha, polos-polos kalau malem main sama cowok ye," sambung Deren.

Tavisha menggeleng. Membiarkan Deren terus bersuara sementara ia berjalan menuju tempat duduknya.

"Heh, gue tanya! Lo emang suka main sama cowok, ya kalau malam? Udah berapa cowok tuh?"

Ucapan Deren membuat emosinya tersentil.

"Ba--"

"Bacot, lo bisa diem nggak?!" Suara itu menyela ucapan Deren dan menghentikan Tavisha yang hendak menggebrak meja. Gadis itu menolehkan kepalanya ke belakang.

Seorang pemuda dengan wajah khas bangun tidur menggebrak meja dengan kesal.

"Pagi-pagi udah nyinyir wae. Lo ganggu tidur gue yang semalem begadang nadahin air hujan yang merembes ke rumah karena genteng gue bocor," sambung cowok itu--Harshaka.

"Dih, apaan, sih, Shak? Gi--"

"Cicing maneh teh. Gandeng. Lo ngomong lagi gue tinju beneran," omel Harshaka lalu meletakkan kepalanya ke meja lagi.

Tavisha menggeleng pelan. Tingkah Harshaka benar-benar di luar bayangannya.

Tidak mau ambil pusing, Tavisha memilih mengeluarkan buku matematika dan mempelajarinya.

AmarangganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang