Butuh waktu lama bagiku untuk menyadari bahwa seharusnya aku tidak berteman dengan orang yang tidak mau repot-repot bertanya tentangku, bahkan untuk sekedar bertanya kabar pun mereka enggan.
Hari itu, hari di mana Tavisha menginjakkan kaki di sekolah impiannya untuk yang pertama kalinya. Rasanya senang bukan main, terlebih saat masuk jurusan yang diidam-idamkannya.
Harapannya saat itu, ia ingin bisa bersekolah dengan baik dan bisa punya teman baru yang menyenangkan. Sayangnya hingga berminggu-minggu sekolah di sini, tidak mendapati seseorang yang mau mengajak Tavisha untuk berteman.
Mereka hanya menganggap Tavisha seolah angin lalu. Entah hanya perasaannya saja, mereka semua seperti mengasingkannya. Hari-hari Tavisha terasa hambar bak sebuah makanan yang tak diberi garam. Begitu monoton, sepi, dan hampa tanpa kehadiran teman.
Tavisha dikenal sebagai seorang gadis penyendiri, tak banyak bicara dan pastinya memiliki paras yang tak nyaman untuk ditatap lama-lama. Begitu penilaian mereka tentang Tavisha Kalya Amaranggana.
Tak lebihnya hanya seorang si penyendiri yang punya masalah jerawat dan bertubuh gemuk.
Hingga akhirnya ketika kenaikan kelas 11, ia sudah pesimis. Pun tak berharap banyak kalau kehidupan di kelas 11 akan lebih baik.
Tapi, rencana Tuhan siapa yang tahu? Tavisha dipertemukan dengan Davina dan Carisa. Kedua orang itu menjadikan Tavisha bagian dari mereka. Tentu saja Tavisha sangat senang karena akhirnya dirinya memiliki teman.
Menjalani kehidupan bersama mereka berdua membuat banyak hal yang berubah dari Tavisha si penyendiri. Ia lebih suka jika bersama-sama mereka, dan bahkan tanpa sadar ia pun mengikuti Davina juga Carisa. Sebab menurut Tavisha kehidupan keduanya amat indah. Disukai banyak orang, berparas cantik, humble, dan terkenal.
Tavisha ingin seperti mereka yang keberadaannya selalu dihargai. Yang kalau mereka tertawa, dia ikut tertawa. Bukan jadi alasan mereka tertawa karena menertawakan kekurangan yang dimilikinya.
Tavisha selalu ingin, tetapi rasanya tidak mungkin. Ia jelas berbeda jauh dengan kedua temannya itu. Baik dalam segi fisik dan penampilan, maupun dalam segi bersosialisasi. Tavisha cenderung kaku.
"Minggir, udah tau badan gede. Masih aja diem ngalangin jalan," cibir Jean sambil menyenggol bahu Tavisha dengan keras. Tavisha yang sedang tidak dalam posisi siap, terhuyung ke depan. Namun, hal itu membuat Tavisha tersadar dari lamunannya.
Setelah sakit kemarin dan masuk sekolah di hari ini, Jean tetap saja menyebalkan. Dibandingkan ketiga teman Jean yaitu Raja, Harshaka, dan Natanael entah kenapa Jean paling gencar sewot dan mencelanya.
"Tau, mana lembek banget lagi. Didorong dikit udah kegeser. Lemah," ejek Deren lalu beranjak bersama Jean.
Tavisha mengepalkan tangannya. Bukankah ini sudah keterlaluan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Amaranggana
Teen FictionDidedikasikan untuk semua perempuan yang kerap merasa insecure dan merasa tidak cantik. Setelah baca ini, semoga saja kepercayaan diri kalian bisa tumbuh perlahan. Bcs, you're beautiful with beautiful your mind🌻 ***** "Aturan mainnya, kalau lo ca...