Coba bahagia, tanpa perlu memusingkan orang-orang yang tidak suka.
Tavisha merasakan perubahan yang sangat besar saat ia kembali menginjakkan kaki di sekolah satu minggu lalu. Tepat setelah ia sembuh dan keluar dari rumah sakit. Kala itu, beberapa temannya juga menjemputnya dari rumah sakit untuk pulang ke rumah.
Sempat ada perayaan sederhana di kelas saat Tavisha kembali masuk melangkahkan kaki di kelas. Tavisha ingat betul bagaimana hangatnya sambutan teman-temannya. Bagaimana wajah teman-temannya yang senang melihatnya lagi. Yang pastinya, tidak pernah Tavisha pikirkan sebelumnya keadaan itu terjadi padanya.
Tavisha juga ingat, bingkisan sederhana berisi salad buah dan diary lucu, tak lupa ada gantungan kunci yang di-custom menuliskan kata 'friend.'
Rasanya, hidupnya jadi lebih ringan sekarang. Sekolah tidak lagi terasa menakutkan.
Tepat saat guru mapel terakhir keluar dari kelas, murid-murid di kelas bersorak senang. Akhirnya, mereka terbebas dari fisika.
"Heh, jangan pulang dulu! Inget, ada tutor sebaya," tegur Raja kala melihat beberapa temannya yang sudah bersiap mencangklong tas. Begitu juga dengan Jean.
Jean mencebik tak bersamangat. "Bisa skip aja nggak, sih? Langsung lulus gitu, capek banget gue. Dahlah, ayo langsung lulus aja."
"Iye, Je. Langsung lulus aja yuk. Mau nikah aja," sahut Deren.
"Nikah kagak punya modal sama persiapa apa-apa siapa yang mau, Ren," timpal Carisa.
"Lo gak mau, Ca? Nikah ajalah yuk. Gas, pulang sekolah ke KUA." Ucapan Deren semakin ngawur.
Tavisha hanya terkekeh menyaksikan percakapan itu. Jean dan Deren adalah perpaduan yang sempurna. Lalu hadirnya Raja sebagai penengah keduanya.
Raja menggerak meja dengan penggaris. "Udah-udah, sekarang jam tutor sebaya. File soal udah gue bagi di grup kelas. Kalian sama ketua kelompok masing-masing didiskusiin dulu. Nanti kalau ada kesulitan——"
"KITA CARI GOOGLE DONG!" potong Jean dengan percaya diri.
Tawa mereka pecah. Apalagi saat Raja melemparkan gumpalan kertas ke arah Jean. Membuat senyum Jean lenyap seketika, berganti dengan tatapan jengkel.
"Lo sensi mulu, sih, sama gue, Ja!"
"Maneh teh mancing emosi wae, Je. Tau sendiri Baginda Raja kita tuh punya kesabaran yang tidak seluas nabastala," sahut Harshaka.
Nael tertawa. "Bener, kesabaran Raja enggak kayak waffer tango yang ratusan lapis."
Raja mendelik. "Diem nggak?! Buruan sama kelompoknya."
Satu kelompok disini diisi oleh tujuh orang, mengingat jumlah murid yang ada adalah 35, jadi mereka terbagi menjadi lima kelompok. Sistemnya, wali kelas menunjuk lima orang menjadi ketua. Lalu lima orang itulah yang membentuk tim mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amaranggana
Teen FictionDidedikasikan untuk semua perempuan yang kerap merasa insecure dan merasa tidak cantik. Setelah baca ini, semoga saja kepercayaan diri kalian bisa tumbuh perlahan. Bcs, you're beautiful with beautiful your mind🌻 ***** "Aturan mainnya, kalau lo ca...