Laudy Queen Naviola
Semua orang selalu menyebutku dengan sebutan ‘Si Humble’ setiap kali bertatap muka denganku.
Sejujurnya aku tidak mau melakukan akting bodoh seperti ini. Tapi hanya ini yang bisa aku aku lakukan.
Saat aku sekolah dasar, semua orang mmenjauhiku karena wajahku yang berbeda. Banyak lelaki yang menyukaiku saat itu, tentu saja hal itu membuat beberapa perempuan di sekolahku–terutama di kelasku merasa iri.
Dulu di sekolah dasar aku juga di kenal karena selalu cuek dengan sekitar, sampai suatu saat kakak kelasku melabrakku.
Sejujurnya aku juga tidak mengerti kenapa mereka melakukan hal tersebut denganku, maksudku kenapa mereka harus melakukan hal menjijikan itu?
Kakak kelasku bilang sifatku yang cuek justru menarik perhatian banyak kaum adam untuk mendekatiku. Paling parah dari itu semua yang sampai saat ini aku tidak akan pernah lupa, mereka menyebutku bahwa aku kegatelan.
Huh? Mulai saat itu juga aku meminta pindah kesekolah baru kepada orangtuaku. Di sekolah baru milikku, aku bertemu dengan Jinev dan Jirene.
Semua yang aku miliki dari masalaluku aku kubur selamanya dalam-dalam. Bahkan aku mengubah semua kepribadianku menjadi hal berbeda, benar-benar konyol sekali bukan?
Ya, aku takut jika harus berurusan dengan kakak kelas seperti di sekolah dasarku sebelumnya. Jinev orang yang sangat cuek, dulu kita adalah teman sebangku. Jinev hanya akan berbicara jika dia perlu saja selebihnya akan mendiamiku.
Sedangkan Jirene, dari aku SD dia ikut pramuka dengan sangat taat peraturan. Bahkan aku sampai bingung bagaimana bisa dirinya melakukan hal itu dulu.
Seiring berjalannya waktu kita bertiga main bersama, awalnya Jineva menolak bersama kami tapi lama-kelamaan dia ikut juga.
Tak terasa hari sudah mulai larut, ada baiknya aku tidur sekarang karena besok aku ada quiz dari dosenku yang wajib untuk tambahan nilai.
☁🌇☁
Aku berpapasan di depan pagar dengan Jineva, gadis itu sepertinya sedang menunggu seseorang karena dari yang kulihat dia terus mengecek ponsel miliknya.
"Kau sedang menunggu seseorang?" tanyaku kepadanya sembari berdiri dihadapan.
"Aish!" ujar Jinev sembari memegangi dadanya, sepertinya dia terkejut dan tidak menyadari kehadiranku.
"Kamu ini kebiasaan banget selalu muncul tiba-tiba, aku kaget tahu!" balasnya sembari memasukkan ponselnya kedalam hoodie yang dirinya kenakan.
"Ya, aku sedang menunggu Reygan. Katanya dia mau menjemputku, yaudah dengan senang hatiku terima," OMG?! barusan Jineva bilang dia mau dijemput?
Bentar-bentar, Reygan? Namanya aku seperti pernah mendengar sebelumnya, tapi aku lupa dimana.
"Masih lama? Mau aku temenin ga?" balasku menawarkan diri langsung diberi gelengan.
"Tidak perlu, bukankah kau ada kelas pagi? Katanya dosenmu mau mengadakan quizkan?" ujar Jineva membuatku mengingatnya kembali.
Untung saja Jinev membicarakan hal itu, aku tadi benar-benar lupa bahwa sekarang ada quiz.
"Ya sudah aku duluan ya! Bye! Sampai ketemu nanti malam," ujarku lalu melambaikan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMISTAD || TWICE [ongoing]
Fanfiction"Yakin masih mau pertahanin persahabatan ini? Ini mah udah hancur," Nala bertanya dengan menatap sahabatnya satu-persatu. "Kalo kayak begini terus, gue ga kuat!" lalu dia memegangi dadanya dan air mata terjun kembali kepipi melalui matanya. "Lo gila...