Jineva kembali kerumahnya, saat sedang menunggu angkot lewat sebuah motor berhenti tepat di depannya membuat Jinev langsung menatap sang pengendara tersebut.
"Lho? Kamu ngapain disini?" tanya Jineva menatap Reygan yang sudah melepas helm miliknya.
Tak lama lelaki itu menyerahkan satu helm lagi kearah Jineva membuat gadis itu mengernyit, "Buat apa?" tanyanya.
"Ayo naik, tadi gue kerumah terus ketemu sama bunda katanya lo lagi didaerah sini makanya gue jemput. Lo balik lagi karena Airy ngajak jalankan?" tanya Reygan membuat Jinev mengangguk pelan.
"WOY! Disuruh naik malah bengong, cepet ayo. Lo udah ditunggu juga. Tadi Bang Khafi malah yang mau jemput lo kesini, tapi bunda ngelarang dan bilang gue aja yang suruh kesini," ujar Reygan membuat Jinev terkejut.
"Oh? Oke-oke," balas Jineva mengambil helm ditangan Reygan dan langsung memakainya.
"Duh, motor lo kok tonggi banget sih? Gue jadi ribet nih naiknya," walaupun mengeluh tentang tingginya motor Reygan, tapi tetap Jineva naik dijok motor Reygan.
"Ga mau pegangan?" tanya Reygan sebelum menyalakan mesin motornya.
"Dih? Yaudah deh gue pegang pundak aja," balas Jineva lalu meletakkan tangannya dipundak Reygan.
"Duh nanti jatuh lho, gimana kalo pegangan dipinggang? Demi alek, kaga ngapa-ngapa Nev," sahut Reygan dari balik helmnya.
Jineva mendengus mendengar perkataan modus yang dikeluarkan dari mulut Reygan, "Ndasmu. Itu mah lo aja yang modus pengen gue peluk, wkwk."
Reygan menghela napasnya, ternyata jurus modus yang dibicarakan oleh Kiming kepadanya kemarin tidak mempan jika diterapkan Ke Jinev. Mungkin dia harus berguru kembali dengan Kiming dan Vero nantinya.
Setibanya di depan rumah milik Jineva, disana Airy beserta Alona sudah menunggu mereka dari atas balkon kamar Windy.
"Cihuy, ada yang baru pulang dari ngedate nih. PJ dong, ya kali engga," ledek Alona dari atas balkon sembari menunjukkan jari kelingking dan jempol miliknya.
"Pacaran? Emangnya Bang Reygan sama Kak Neva pacaran?" tanya Airy menatap Alona dari samping.
Tak lama Windy keluar dan menyusul keduanya yang berada di balkon. "Kak Alona mah kebiasaan, tuhkan Airy jadi aneh kayak kakak."
Alona berdecak, "Ck, kan aku udah bilang aku ga ngajarin Airy macem-macem. Iyakan, Ai? Tuh liat kakak masa dimarahin sama Teh Windy," balas Alona sembari mengerucutkan bibir bawahnya.
"Engga kok Teh Windy, aku ga diajarin macem-macem sama Kak Lona. Teh Windy ngapain disini?" tanya Airy menatap tetehnya bingung, begitupun dengan Windy.
"Lah? Inikan kamar teteh, Airy. Ya kali teteh ga boleh bareng kalian di balkon," balas Windy membuat Airy menepuk jidatnya.
"Betul juga sih, dahlah mau ngadu ke ibu kalo Kak Lona ngajarin aku yang ga bener," setelah ngomong seperti itu Airy langsung beralih menuju Melinda, ibunya.
"LAH?! OYY KOK NGADU?! AKUKAN GA NGAPA-NGAPAIN KAMU!" balas Alona menyusul Airy yang sudah lebih dulu berlari kebawah.
Windy menggelengkan kepala melihat tingkah jail saudarinya, lalu menutup kembali pintu balkon kamarnya yang tadi di singgahi oleh Alona dan Airy.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMISTAD || TWICE [ongoing]
Hayran Kurgu"Yakin masih mau pertahanin persahabatan ini? Ini mah udah hancur," Nala bertanya dengan menatap sahabatnya satu-persatu. "Kalo kayak begini terus, gue ga kuat!" lalu dia memegangi dadanya dan air mata terjun kembali kepipi melalui matanya. "Lo gila...