"Tebus anak anda dengan uang 50 juta atau dia saya bunuh?" tanya penculik dibalik telepon yang tersambung dengan seorang ayah yang sekarang sangat khawatir dengan keadaan anaknya.
"Tolong jangan apa-apakan anak saya. Saya janji akan memberinya segera pada anda. Tapi tolong lepaskan anak saya." ujar Emir yang sangat ketakutan karena anaknya-Jirene sedang diculik.
"Saya akan mengabari anda kembali. Ingat. Jangan sampai anda lapor polisi, jika anda lapor. Nanti yang akan anda lihat hanya tubuh anak anda yang sudah tidak bernyawa."
Setelah mengucapkan hal itu kepada Emir, penculik itu langsung menutup teleponnya. Sudah lebih dari 24 jam sejak Jirene diculik.
"Asik, sebentar lagi kita bakal dapetin duit yang banyak!" ujar penculik itu kepada rekannya, mereka berdua bertos ria tanpa menyadari...
-di dalam anting yang sedang dipakai Jirene sekarang terdapat alat pelacak.
Berbeda situasi dengan yang terjadi di sana. Di kediaman Jirene sekarang, Emir sedang melakukan pelacakan dengan alat yang dia pasang dianting anaknya.
Emir selalu berpesan kepada Jirene untuk tidak melepas anting yang dia kenakan. Untunglah sekarang anting itu berfungsi dengan baik dan seharusnya.
Emir-dulu dia adalah team cyber di kepolisian Bandung. Terkenal dengan kecerdasan dan kelihaiannya dengan komputer dan perangkat lunak membuatnya diberi julukan "Bayangan"
Bukan tanpa arti. Julukan itu berikan oleh Emir karena saat melakukan pekerjaannya, dia benar-benar menyerupai dan pihak lawan tidak merasa kehadiran dirinya.
"Aku sudah melacaknya. Akan aku kirimkan kepadamu." ujar Emir sembari memegang earphone ditelinga.
"Yep. Cepetan ya." ujar Benyamin-ayah dari Jineva.
Tak hanya sendiri, Benyamin dibantu oleh 3 rekannya. Ada 1 polisi perempuan yng berguna untuk mengamankan Jirene nantinya.
"Ini bener tempatnya?" tanya Robi diangguki oleh Benyamin.
Ke-empat orang itu bergegas keluar dari mobil dengan perlengkapan mereka. Mereka juga tidak menggunakan seragam dinas, melainkan pakaian kasual.
Setibanya di dalam, Benyamin langsung menendang salah satu penculik. Penculik itu langsung jatuh tersungkur.
"SIALAN!" umpat penculik itu.
Tanpa banyak basa-basi lagi, Benyamin memberikan bogem mentah kearah wajah sang penculik. Seorang penculik lagi sudah diamankan oleh Robi dan satu rekan lainnya.
Ace-polisi wanita itu dengan sigap memeluk Jirene yang menangis. Baju anak itu sudah sobek.
"Bajingan kayak kamu ga seharusnya hidup di dunia ini!" balas Benyamin hendak memukul kembali penculik tersebut.
"WOY BEN! UDAH AYO KITA LANGSUNG BAWA AJA. KASIHAN JIRENE!" ujar Robi membuat Benyamin menurunkan kepalannya.
Benyamin mengambil borgol disaku celananya dan langsung dikaitkan ketangan penculik.
"Tolong bawa dia." ujar Benyamin kepada satu rekan lainnya.
Rekannya itu mengangguk dan langsung membawa penculik masuk kedalam mobil, yang akan mengantar mereka kedalam sel penjara nantinya.
"Apa dia sudah benar-benar melecehkanmu? Maaf ya, om dan yang lainnya telat datang." Benyamim meminta maaf kepada Jirene yang masih menangis.
Jirene menggeleng, "Hampir saja om. Tapi untungnya om langsung mendobrak pintu. Terima kasih om dan tante udah bantuin Jirene."
Benyamin mengangguk sebagai jawaban. Lelaki itu langsung membawa Jirene kedalam mobil-yang berbeda dengan penculik itu tentunya.
"Sekarang om anter kerumahmi ya." ujar Benyamin diangguki Jirene.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMISTAD || TWICE [ongoing]
Fanfiction"Yakin masih mau pertahanin persahabatan ini? Ini mah udah hancur," Nala bertanya dengan menatap sahabatnya satu-persatu. "Kalo kayak begini terus, gue ga kuat!" lalu dia memegangi dadanya dan air mata terjun kembali kepipi melalui matanya. "Lo gila...