Rachelica Aurelli Mizella
Aku sedang malas. Ya, itu adalah gambaran yang bisa kalian bayangkan. Aku sedang berbaring diatas kasur empuk yang biasa kutiduri.
Tapi panggilan telepon yang berasal dari ponselku terus berbunyi nyaring. Dengan kesal aku langsung mengangkat panggilan telepon tersebut. Ternyata dari Kak Jineva.
"Apa?" tanyaku dengan nada yang biasa aku gunakan saat berbicara dengan semua orang.
Oke akan aku jelaskan, ini memang nada asliku yang seperti ini dari sananya! Jadi gausah sok tahu dan bilang yang macam-macam tentang aku.
Dari sini aku bisa mendengar Kak Jineva yang sedang menghela napas. Ada apa ini? Tidak biasanya dia bersikap seperti ini.
"Kau tahu berita tentangku ga?" tanya Kak Jineva membuatku mengernyit laku memikirkan sesuatu yang pastinya tidak bisa kalian pikirkan.
Aku duduk disofa setelah mengambil air botol mineral dan menenggaknya. "Gak, kan aku ga ikutin berita gosip seperti itu."
"Alah kamu pasti bohongkan? Kamukan tsundere, Zel. Bentar aku kirimin maksud ucapanku tadi," ujar Kak Jinev.
Sial, aku dibilang tsundere. Sok tahu banget kalo aku kepo dan peduli sama kehidupan orang lain. Padahal aku saja hampir menghabiskan waktu terbanyak dikamar ini.
Apa?! Kalian mau ikut-ikutan juga? Udah deh diem aja gausah ngebuat aku tambah kesal.
Terdiam selama beberapa saat sebuah noti masuk kedalam ponselku. Aku langsung membaca pesan tersebut.
"Zel, cepat lihat chat dariku," ucap Kak Jinev membuatku harus memutar bola mata.
Ck. Tanpa dia suruh ya pasti aku bakal bacalah, ya kali ada pesan masukaku anggurin aja. Gini-gini aku tuh paling berharap ada yang chat aku, tapi sialnya tidak ada satupun yang chat kecuali anak-anak AMISTAD.
AMISTAD? kalian masih nanya nama apa itu? Duh dasar, itukan nama groupku. Parah sih kalian.
Foto yang tadiku unduh sudah terlihat jelas. Tak lama mataku melotot melihat gambar diponselku.
Buset?! Apaan ini? Gila-gila!
"Ini kamu sama siapa anjir?" tanyaku yang sialnta tidak bisa menyembunyikan nada terkejut yang aku keluarkan.
Kak Jinev menghela napasnya lalu mulai menjelaskan apa yang terjadi semuanya, termasuk dengan foto yang dia kirimkan kepadaku.
EDITAN?! INI EDITAN? ternyata selama ini ada orang yang jauh lebih gabut daripada diriku hingga membuat editan sebodoh ini.
Aku mendengus, bisa-bisanya ada orang yang berpikiran sejahat ini untuk mengerjai orang lain.
"Kamu bisa ga bantuin aku? Duh aku takut banget kalo sampai ibu sama ayah aku tahu soal kabar ini," ujar Kak Jinev dengan nada cemas.
Aku menghela napas dan langsung menyetujui permintaan Kak Jineva. Aku juga tidak tega melihat dia akan memohon kepadaku. Lebih baik aku menyetujui lebih awal.
"Ya sudah aku tutup ya," lanjutku lalu mematikan sambungan telepon.
Aku berjalan menuju bar mini dimana aku masak makanan instan. Aku langsung membuat kopi goodday kesukaan varian freeze biasa.
Setelah selesai menyeduh kopi aku duduk dimeja komputer milikku dan langsung menyalakan alat canggih ini. Pertama-tama aku harus mencari tahu dimana letak kekacauan pertama ini berasal.
30 menit mencari akhirnya aku menemukan orang pertama yang menjadi dalang huru-hara ini.
Baru saja aku ingin melakukan hal asik yang akan kulakukan tapi tiba-tiba.. Apa-apaan ini?!
KAMU SEDANG MEMBACA
AMISTAD || TWICE [ongoing]
Fanfiction"Yakin masih mau pertahanin persahabatan ini? Ini mah udah hancur," Nala bertanya dengan menatap sahabatnya satu-persatu. "Kalo kayak begini terus, gue ga kuat!" lalu dia memegangi dadanya dan air mata terjun kembali kepipi melalui matanya. "Lo gila...