Syenna duduk di depan batu nisan bertuliskan nama kedua orangtua miliknya, gadis itu tersenyum lembut menatap kearah batu nisan tersebut.
"Bunda.. Ayah.. Syenna balik lagi nih," lirih Syenna menatap batu nisan orangtuanya.
Tangannya bergerak mencabuti semua rumput yang berada di sekeliling makam ayah dan bundanya. Setelah cukup bersih mencabut rumput liar yang ada di sekelilingnya Syenna menundukkan kepalanya.
Syenna mengambil tissu basah yang ia bawa dan mengambilnya selembar, lalu bergerak mengelap batu nisan kedua orangtuanya yang sudah sedikit usang itu.
"Ayah tahu ga? Orangtua Diela sekarang akan bercerai, ayahnya Diela jahat sama Diela, adik, dan bundanya.. Ga kayak ayah yang sayang sama aku dan bunda sewaktu ayah hidup dulu," curhatnya kepada sang ayah sembari menaburkan kembang yang ia beli sebelum datang kesini.
"Diela kemarin cerita sama kami, kemarin dia ditampar karena ingin melindungi adiknya. Aku ga ngerti kenapa ayahnya Diela bisa sejahat itu, apa ayah tahu kenapa?" tanya Syenna menatap polos kearah batu bertuliskan nama Samudra tersebut beberapa detik kemudia gadis itu menertawai dirinya sendiri.
"Kemarin aku juga makan siang dulu sama Jineva. Jineva baik banget sama aku, masa aku ga minta ditraktir kemarin dia langsung bayarin makanan milikku? Akukan jadi ga enak sama dia karena selalu bayarin gitu," lanjutnya sedih sekaligus terharu mengingat kejadian kemarin.
"Di sini aku banyak ketemu orang baik, tapi aku belum pernah ketemu lelaki sebaik ayah," ungkap Syenna lalu mencebikkan bibirnya.
"Oh iya, aku keren loh yah," bangga Syenna lalu mengeluarkan secarik kertas di dalam tasnya.
"Nih, nilaiku dapat A semua hehe," lanjutnya lalu meletakkan kembali kertas tersebut di dalam tas.
Syenna lalu beralih menatap makam bundanya lalu tersenyum kembali seraya menyapa hangat bundanya dengan panggilan yang sering ia layangkan, "Hai Una Sasha!"
"Una tahu ga? Di kampus dan kostan Jineva udah kayak ibu kedua bagi aku," seru Syenna menggebu-gebu lalu terkekeh.
"Padahal ya una, kalau dipikir-pikir lagi umur kita berdua cuma beda 2 bulan aja," lanjutnya seraya menggelengkan kepala.
"Una sama ayah di sana gimana? Di sana enak ga?" tanya Syenna mengukir senyumnya.
"Oh iya, una tau? Nanti rencananya aku sama temen-temen mau buat akun youtube lho! Isinya vlog kita sehari-hari dan menyanyi. Doain ya una," lanjutnya, tangannya kembali menaburkan kembang dan menyirami kembali dengan air mawar.
Setelah itu Syenna bangkit dari posisi sebelumnya sembari tersenyum menatap makam kedua orangtuanya yang sudah terlihat cantik.
Setelah memastikan makam orangtuanya sudah bersih dan cantik, Syenna berjalan menjauh dari sana untuk pergi kerumah kakek dan neneknya.
Seharusnya dirinya kesini bersama mereka, tapi sang kakek kemarin bilang kepadany untuk pergi duluan saja saat tiba nanti.
☁🌇☁
Syenna melepaskan sepatu yang ia pakai dan meletakkan sepatu tersebut dirak yang tersedia disana.
"Assalamualaikum kakek, nenek.. Syenna udah pulang," panggil gadis tersebut diruangan yang menggema.
Tak lama seorang wanita paruh baya muncul dari dalam sembari memegang sendok sayur membuat Syenna membalalakan matanya.
"Nenek ngapain bawa-bawa sendok sayur?" tanya Syenna langsung menghampiri sang nenek lalu menjulurkan tangannya untuk salim.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMISTAD || TWICE [ongoing]
Fanfikce"Yakin masih mau pertahanin persahabatan ini? Ini mah udah hancur," Nala bertanya dengan menatap sahabatnya satu-persatu. "Kalo kayak begini terus, gue ga kuat!" lalu dia memegangi dadanya dan air mata terjun kembali kepipi melalui matanya. "Lo gila...