Nala duduk di samping Jineva, sedangkan di sebelah kirinya terdapat Mora yang kini sedang tersenyum seraya menatapnya.
"Wah-wah tumben kalian cuma ngumpul bertiga aja," mereka bertiga menoleh ke belakang dan menemukan Senja dengan hoodie hitam dan celana training, pemandangan yang membosankan pikir mereka.
Senja alias si pemilik cafe yang selalu mereka pakai untuk bertemu ini sangat baik dan ramah.
Bahkan saat mereka ingin di cafe hingga malam Senja rela untuk menunggu mereka hingga pulang ke rumah masing-masing.
"Oh, ini belum pada datang semua masih ada yang di jalan," balas Jineva seraya menyeruput kopi kesukaannya, Americano.
"Oh pantas saja, aku kira hanya kalian bertiga yang datang," sambungnya lalu meninggalkan mereka dan menyapa pengunjung lainnya.
Bunyi pintu cafe yang terdapat lonceng berbunyi nyaring dan menampilkan dua perempuan yang langsung duduk di meja yang di tempati oleh ketiga temannya lebih dahulu.
"Tumben berdua aja," ucap Mora menatap Mizel dan Cherry yang sama-sama mengangkat tangannya untuk memanggil barista.
"Diela masih diparkiran, tadi pas mau masuk bareng dia ditelepon jadinya kita masuk duluan," balasan dari Cherry lalu beralih menatap barista yang sudah hadir di dekat meja mereka.
"Aku mesen jus strawberry 1 ya, kamu apa?" tanya Cherry menatap Mizel.
"Seperti biasa," balas perempuan itu lalu melanjutkan permainan di dalam ponselnya.
"Sama coffe lattenya 1 ya," lanjut Cherry, setelah itu mengeluarkan buku sketsa dari dalam tasnya.
"Wah, gambar apa lagi kali ini?" tanya Jinev melirik kearah Cherry.
"Matahari terbenam, seperti ini," seraya memperlihatkan sebuah foto yang ia ambil 3 hari lalu.
Pintu cafe terbuka dan menampilkan Jirene dengan totebag yang selalu ia bawa kemana-mana.
"Hai Senja!" sapanya pada Senja yang berdiri di dekat meja kasir sembari tersenyum manis.
"Hai juga Jirene," sapa perempuan itu balik seraya menatap perempuan itu.
"Terra kemana deh? tumben dateng telat tuh anak," celetuk Nala seraya menatap sekeliling.
"Aku sedari tadi di sini sebelum kakak datang," ucap seorang perempuan yang tak lain adalah Terra.
"Astaga!" ucap Nala seraya memegangi dadanya kaget melihat Terra yang tiba-tiba muncul di belakang tubuhnya.
Pintu cafe kembali terbuka dan menampilkan Syenna dan juga Diela yang langsung duduk di meja yang mereka tempati.
"Kalian ga ada kuliah pagi?" tanya Jineva memandangi temannya satu-satu.
"Tidak ada, kalau ada aku tidak mungkin masih di sini bersama kalian," balas Jirene yang diberikan anggukan semua.
"Btw, kamu beli komputer baru lagikah?" tanya Jirene menatap Mizel, sedangkan Mizel yang ditanya justru diam saja.
Cherry menyenggol lengan gadis itu, lalu gadis itu mengangguk sebagai jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMISTAD || TWICE [ongoing]
Fanfikce"Yakin masih mau pertahanin persahabatan ini? Ini mah udah hancur," Nala bertanya dengan menatap sahabatnya satu-persatu. "Kalo kayak begini terus, gue ga kuat!" lalu dia memegangi dadanya dan air mata terjun kembali kepipi melalui matanya. "Lo gila...