16. Rumah sakit

55.8K 3.8K 71
                                    

Vale sudah dipindahkan di Ruang Rawat Inap. Ruangan VVIP yang di pesan oleh Mahesa. Ruangan ini terdapat 1 tempat tidur pasien per kamar, 1 sofa bed dan 1 bed penunggu serta fasilitas lengkap lainnya. Membuat siapapun merasa nyaman.

Berbeda dengan Vale ia ingin segera pulang kerumahnya. Ia merasa tidak nyaman disini. Vale saat ini sedang sendiri di dalam ruang rawat nya. Teman teman dan orang tuanya sudah pulang sedari tadi. Mahesa entah kemana katanya sih ia ingin ke kantin rumah sakit. Tapi sampai sekarang Mahesa belum kembali juga.

Sesekali ia mengusap perutnya mengucapkan maaf kepada bayi didalam perutnya, karena sempat mencelakainya. Andai saja Vale tidak terpancing emosi Angel, pasti keadaannya tidak akan begini.

Tenggorokan Vale terasa kering, ia mengambil gelas yang berada di atas nakas. Ia meneguknya hingga habis.

Pintu ruangan terbuka menampilkan sosok lelaki dengan kaos hitam serta celana jeans hitam panjang. Mahesa membawa kantong yang berisikan 2 bubur serta air mineral untuk mereka berdua. Informasi yang ia dapatkan dari Violin, Vale tidak menyukai masakan rumah sakit kecuali buburnya.

Diletakkan nya kantong itu di atas nakas yang berada di samping bed pasien.

"Darimana aja?" tanya Vale.

Mahesa yang sedang membuka bubur, mendongak menatap Vale. "Dari kantin, beliin kamu bubur."

"Labil banget sih, kadang pake lo-gue, kadang pake aku-kamu. Jadi yang benar yang mana?" tanya Vale geram, Mahesa sering kali mengubah panggilan nya.

"Aku-kamu aja biar lebih romantis," Mahesa mengedipkan sebelah matanya, menggoda Vale. Mahesa membawa bubur nya ke arah Vale. "Mau disuapin atau makan sendiri?"

"Suapin aja bisa ga? aku lagi mau disuapin sama kamu. Mungkin Baby nya mau disuapin Papanya." Vale menunjukan puppy eyes nya kepada Mahesa.

Mahesa terkekeh mendengar perkataan Vale. Lalu segera ia suapkan bubur ke dalam mulut Vale.

Disela sela kunyahan Vale, ia bertanya pada Mahesa. "Ini ga pake sambel ya, Sa?" Mahesa mengangguk membenarkan perkataan Vale. "Ih kok ga pake sih. Jadi hambar rasanya."

"Kamu kan lagi sakit, sayang." Mahesa mengelus rambut Vale. "Lagi juga yang makan bukan kamu doang, Baby nya juga ikut makan." Vale hanya diam membenarkan perkataan Mahesa dalam hati.

"Aku kapan boleh pulang?"

"Ga tahu, nanti coba aku tanya Dokternya dulu."

Vale memakan bubur nya hingga habis. Tapi, pada suapan terakhir perutnya terasa mual, ia turun dari bed pasien lalu segera ke toilet dengan posisi tangan menutupi mulut. Mahesa yang melihat itu segera mengikuti nya dari belakang.

Setibanya di toilet, Vale langsung memuntahkan semua isi perutnya. Mahesa memijat tengkuk Vale agar lebih leluasa. Vale membersihkan mulutnya dengan air keran.

Mahesa mengeluarkan minyak kayu putih dari dalam kantong celananya. Ia sudah menyiapkannya jika suatu saat Vale merasakan mual. Aduh suami-able banget sih.

"Udah?" Mahesa mengoleskan minyak kayu putih di sekitar leher Vale agar lebih baik. Vale hanya mengangguk mendengar perkataan Mahesa. Mereka kembali ke bed pasien, dengan Mahesa menggendong Vale ala bridal style karena ia tahu bahwa Vale lemas.

Vale melihat Mahesa yang sibuk mengoleskan minyak kayu putih pada perutnya. Sesekali Mahesa berbicara kepada bayi nya. "Anak Papa ga boleh bikin Bunda mual ya. Jangan nakal disini." Mahesa menunjuk perut Vale yang sudah sedikit buncit. Lalu mencium nya.

Mahesa ingin menjauhkan tangannya dari perut Vale, tapi Vale menahannya. "Elusin dulu boleh ga?Kayanya dia kangen sama daddy nya."

Mahesa tidak jadi menjauhkan tangannya, ia letakkan lagi tangannya diatas perut Vale lalu perlahan mengusapnya. Mahesa mengambil kursi untuk ia duduk. "Baby nya yang kangen atau kamu yang kangen?"

Accident Before Married [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang