Selama kepergian Kris ke US, aku beraktivitas normal seperti biasa. Hanya saja, kami jarang melakukan video call seperti yang dijanjikan Kris sebelum berangkat. Cuma rutin saling memberi kabar di Whatsapp karena kendala perbedaan waktu 15 jam antara Jakarta dan San Fransisco. Ketika di Jakarta sudah malam, di San Fransisco masih subuh. Kehidupan LDR kami selama dua minggu ini persis lagu 'Jet-lag' milik Simple Plan.
'You say 'good morning', when it's midnight~'
Selama dua minggu ini pun, setiap pagi Mark selalu menjemputku untuk pergi bersama ke kampus. Yap, Mark, adiknya Kris, diberi tugas oleh Abangnya untuk mengantar-jemputku selama dia absen. Aku awalnya menolak, tapi sekali Kris sudah 'bertitah' artinya permintaan itu tak terbantahkan. Mark pun tampak tidak keberatan. Jadilah selama dua minggu ini setiap pagi aku pergi bersama Mark, kadang Wendy juga ikut kalau jadwalnya sama.
"Good Morning," Mark menyapa dari kursi kemudi di hari pertama ia menjemputku.
Selama sepersekian detik aku terdiam karena terpanah akan kemiripan Mark dengan Kris. Kemiripan keduanya secara fisik tidak perlu dipertanyakan. Mark hanya lebih pendek beberapa senti dari Kris. Suara Mark juga mirip dengan Kris, meskipun tidak se-bass kakaknya. Itulah kenapa aku agak terpanah karena menduga-duga apakah yang di hadapanku ini benar bukan Kris.
"Morning, Mark. Udah lama dateng?" Tanyaku basa basi sambil mengaitkan sabuk pengaman.
"Belum lama, Mbak," Jawab Mark sambil tersenyum.
Aku mengernyitkan dahi. "Kita seumuran lho, Mark. Ngapain manggil gue 'Mbak'?
Mark terkekeh pelan. "Biar terbiasa, calon kakak ipar," Godanya.
Aku berdecak. "Ah... bilang aja lo mau terdengar lebih muda. Udah, panggil Nana aja,"
Mark menggeleng. "Sorry, but request rejected. Gue gak mau diomelin Abang karena manggil lo pake nama aja," Tolak Mark.
Berawal dari sinilah aku tahu bahwa Kris ternyata meminta adik - adiknya untuk memanggilku dengan embel - embel 'Mbak'. Wow! Aku jadi terharu. Mark dan Wendy sepertinya juga tidak keberatan memanggilku dengan sebutan 'Mbak'.
Tak terasa hari ini sudah tanggal 14 Februari, yang artinya hari ini adalah Valentine's Day. Sejak beberapa hari yang lalu, sebagian besar perempuan yang ada di sekelilingku tak henti membicarakan tentang hari ini. Entah membicarakan tentang rencana acara atau kado apa yang akan mereka berikan kepada pacar atau gebetan. Awalnya aku biasa saja, karena Valentine dan hari lain bagiku sama saja. Setiap hari aku akan selalu mencurahkan kasih sayang dengan orang tercinta. Ceilehh... bahasa eke...
Akan tetapi, ketika melihat Mbak Vina mendapat buket mawar merah besar dari Kak Chandra pagi ini, lalu Elsa dapat sebuket mawar putih dari Kevin, Krystal dan Hanna dapat banyak coklat dari para pengagum mereka, Reno dan semua anak - anak Avengers dapat banyak hadiah dan surat dari para penggemar, bahkan Bunda mendapat hadiah dari Ayah, dari situlah aku mulai merasa iri. Aku sama sekali belum mendapat ucapan dari Kris, padahal ini adalah Valentine pertama kami sebagai pasangan. Ditambah Kris belum menghubungiku sejak 22 jam yang lalu. Makin turunlah mood-ku.
Aku hanya bisa menatap iri ketika tas Hanna dan Reno penuh dengan hadiah dan surat cinta. Bahkan Kevin yang sudah taken juga dapat beberapa hadiah dari para penggemar setianya. Biasanya di tahun - tahun sebelumnya, aku juga dapat surat cinta atau coklat saat Valentine, tapi tahun ini aku tidak dapat satupun sama sekali. Aneh kan? Apakah pamorku langsung turun drastis setelah taken oleh Kris?
"Ini kenapa cemberut terus dari tadi?" Reno menegur dari sebelahku ketika kami makan siang bersama di kantin.
Aku hanya menggeleng lesu. "Gak apa - apa,"
KAMU SEDANG MEMBACA
GEORGINA
RomansaIni cerita tentang Georgina. Nana, begitu panggilannya, adalah gadis ceria dengan 'resting bitch face'. Ekspresi garang menjadi ciri khasnya. Sehingga ia sering disangka berwatak dingin, jutek dan galak. Tapi dibalik senyum dingin dan tatapan tajam...