Chapter 12 - Birthday

3.4K 230 2
                                    

Kalau ditanya apa bulan favoritku, tanpa pikir panjang aku pasti menjawab bulan September. Alasannya sangat simpel karena itu bulan kelahiranku. Ulang tahunku jatuh pada tanggal 14 September. Dan itu adalah hari ini!

Aku selalu berdandan lebih niat di hari ulang tahunku. Kalian pasti ingin tampil terbaik di hari spesial kan? Apalagi kalau diabadikan ke dalam foto, penampilan mesti paripurna dan jadi center of attention dong. Seperti hari ini, aku mengenakan pakaian favoritku dan menata rambut beda dari biasanya.

Setelah bersiap - siap, aku turun menuju ruang makan. Ayah, Mbak Vina dan Gio sudah duduk manis di meja makan untuk sarapan. Bunda dan Mbak Siti, ART keluarga kami, tampak sibuk di dapur. Tipikal pagi di rumah kami.

"Happy birthday, Ayah," Aku memeluk Ayah dari belakang dan mencium pipinya dengan penuh kasih sayang.

Ayah menghentikan kegiatan membaca korannya dan berbalik membalas pelukanku. "Happy birthday juga Nana," Ayah berujar sambil mencium keningku.

Selain menyandang nama belakang dan mempunyai wajah yang sangat mirip dengan Ayah, aku juga mempunyai tanggal lahir yang sama dengannya. Ketika aku masih kecil, Mbak Vina sering menjahiliku. Ia berkata bahwa aku sebenarnya adalah kembaran Ayah dan umurku juga sudah tua seperti beliau. Akibatnya, aku selalu menangis dan mengadu pada Ayah.

Karena persamaan wajah dan hari ulang tahun itu, hubunganku dan Ayah sangat dekat. Apalagi hanya aku yang dapat nama panggilan khusus. Panggilan 'Nana' ini berasal dari Ayah lho!

"Happy birthday Ayah dan Nana," Mbak Vina dan Gio berseru serempak.

Bunda meletakkan sebuah kue dengan lilin yang sudah menyala dihadapanku dan Ayah. "Happy birthday virgorian kesayangan kami," Bunda mengecup kedua pipiku dan Ayah bergantian. "Make a wish! Lilinnya udah mulai meleleh tuh,"

Aku dan Ayah bersama - sama menengadahkan tangan dan mengucapkan doa masing - masing di dalam hati. Kemudian kami meniup lilin bersama - sama. Bunda, Mbak Vina dan Gio bersorak sambil bertepuk tangan. Ayah memotong kue lalu membagikannya ke semua penghuni rumah. Sarapan pagi ini terasa spesial karena bertepatan dengan ulang tahunku dan Ayah.

Ketika pergi ke kampus, aku mendapat hak istimewa untuk duduk di kursi belakang khusus hari ini. Biasanya Mbak Vina yang mendapat privilege itu. Enaknya kalau selalu begini. Jadi pengen ulang tahun setiap bulan. Eh tapi kalo ulang tahun terus, cepet tua juga dong.

🌼🌼🌼🌼🌼

Hari ini aku hanya punya dua kelas. Semuanya selesai sebelum makan siang. Sejak pagi, aku belum bertemu teman - temanku. Belum ada juga ucapan selamat hari ulang tahun dari mereka. Dasar teman - teman durhaka! Awas saja kalau mereka lupa.

"Happy birthday, Nana!" Suara cempreng Hanna menyambut saat aku masuk di kelas terakhir hari ini. Begitu mendengar ucapan selamat Hanna tadi, semua teman sekelas kami mau tak mau ikut mengucapkan selamat padaku.

Aku mengambil tempat duduk di sebelah Hanna. Kami satu kelas di mata kuliah ini. Memang diantara teman-teman yang lain, aku lebih banyak mempunyai kelas yang sama dengan Hanna. Salah satu alasannya karena kami mempunyai peminatan jurusan yang sama.

"Gue kira lo lupa kalo hari ini gue ultah. Belum ada yang ngucapin soalnya. Grup whatsapp sepi banget kayak kuburan," aku memasang wajah cemberut pada Hanna.

Hanna tertawa. "Babe... gue ga bakal lupa. Mungkin yang lain lagi sibuk kelas makanya belum ngucapin," Aku masih cemberut. "Ayolah, hari ini kan ulang tahun lo. Jangan cemberut gitu dong," Bujuk Hanna.

Hingga kelas usai, aku masih belum mendapat ucapan selamat ulang tahun dari teman - teman yang lain. Benar - benar teman durhaka kalau mereka sampai lupa. Kalau teman - temanku yang ultah, aku yang biasanya jadi seksi repot. Nah giliran aku yang ultah, beginilah ceritanya. Boro - boro dikasih surprise, diucapin selamat aja kagak.

GEORGINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang